LEMBARAN BARU

13.5K 1.4K 54
                                    

Untuk kesekian kalinya Chika meringis ketika suster mengolesi obat merah di bagian siku Chika.

Sebenarnya, hanya luka kecil. Tapi Dimas harus merepotkan seorang suster.

"Udah ya, Mbak. Bentar lagi lukanya juga kering," ucap sang suster sambil membereskan kotak P3K yang dibawanya.

"Serius Sus? Itu ga akan infeksi kan?" tanya Dimas yang langsung mendapatkan pukulan pelan dari Chika di lengannya. Ia sudah merasa malu dibawa ke suster rumah sakit hanya karena luka kecil seperti ini, ditambah lagi dengan pertanyaan bodoh Dimas.

"Engga kok, Pak. Ini cuma luka kecil dan sudah dibersihkan dengan alkohol juga. Istri bapak akan baik-baik aja," jawab suster tadi tersenyum ramah lalu meninggalkan mereka setelah pamit dari ruang pemeriksaan.

"Sus! Saya bukan istrinya Sus! Suster!" panggil Chika segera turun dari ranjang pemeriksaan hendak keluar. Namun Dimas lagi-lagi menahan tangannya.

"Aw! Sakit tahu!" omel Chika sambil menarik kembali tangannya yang luka ditarik oleh Dimas. Hal itu sempat membuat Ririn yang melihatnya tertawa pelan.

"Galak banget sih," tukas Dimas. "Kamu jangan galak gitu ya, Rin kalau udah gede. Cantik-cantik ga boleh galak. Oke?" ucap Dimas sambil menggendong Ririn.

"Lagian lo ada-ada aja ya. Lo kan katanya ngelanjutin S2 di Amerika ya? Pemimpin perusahaan. Masa iya lo nanya luka kecil kaya gini doang bikin infeksi apa engga? Ya ampun konyol..."

"Lo ga tahu kan luka infeksi itu seserius apa? Lagian gue di Amerika belajar bisnis, bukan kedokteran. Kalau pertanyaan gue konyol, itu suster pasti ngetawain gue. Tapi dia jawab kan?"

"Okay, sekolah bisnis. Tapi apa lo ga pernah luka kecil kaya gini? Waktu kecil gitu? Oh, Jangan-jangan pas lo luka kaya begini ibu lo langsung panggil suster buat ngobatin?"

"Emang iya. Makanya sampe sekarang gue baik-baik aja. Liat? Ga ada luka apapun," sahut Dimas dengan sangat bangga hingga membuat Chika tercengang tak percaya.

"Asli, ga cocok gue sama nih orang," gumam Chika menggelengkan kepalanya pelan.

"Om Dimas. Ririn ngantuk," keluh Ririn pelan.

"Oke, cantik. Kita balik ke kamar mama kamu ya. Tidur aja, Om Dimas gendong kok," jawab Dimas sambil menyenderkan kepala Ririn pelan-pelan ke bahunya lalu berjalan keluar bersama Ririn yang langsung memejamkan matanya sambil memeluk Dimas.

"Tapi itu keren sih," gumam Chika melihat Dimas dari belakang. Ia akhirnya melangkahkan kakinya mengikuti Dimas menuju kamar Anastasia.

"Hallo, iya Nas. Ini gue sama Dimas lagi mau nganterin Ririn ke kamar rawat lo. Iya ... Ririn tidur sih," ucap Chika mengikuti Dimas masuk ke dalam lift. Ia sempat tertegun melihat Dimas yang menepuk-nepuk punggung Ririn pelan hingga anak itu benar-benar tertidur lelap.

"Hah? Oh  Iya. Bentar Nas. Kita udah di lift kok. Okey, santai aja," lanjut Chika kemudian mengakhiri sambungan teleponnya.

"Dim abis ini gue-"

"Sstt... Bisa diem ga? Ririn lagi tidur," bisik Dimas menghentikan kalimat Chika barusan.

Sampai akhirnya mereka sampai di ruang rawat Anastasia. Agastya segera menghampiri mereka, ia buru-buru menata sofa untuk tempat Dimas membaringkan Ririn.

"Sorry, ya Dim. Jadi gendong Ririn sampe ke sini," ucap Agas sambil menyelimuti Ririn.

"Ga apa-apa. Tadi kecapean kayanya main. Terus sorry ya tadi kelamaan, soalnya si Chika jatoh tadi. Makanya diobatin dulu," jawab Dimas sambil melirik ke arah siku Chika yang diperban kecil.

JATUH UNTUK MENCINTAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang