☄️1

3K 205 10
                                    

2013






Seorang anak laki-laki berumur 6 tahun itu tengah menatap binar bungkusan kue yang baru saja dibawakan oleh tetangga jauh nenek dan kakeknya.

Dia suka kumpulan kue coklat dengan berbagai bentuk itu. Ia ingin memakannya, baru saja tangannya ingin mengambil satu sepiring kue itu langsung dipindahkan oleh tetangganya ini.

"Eh eh, ini kuenya buat cucunya eyang. Kamu siapa?"

Anak itu terdiam, maksudnya apa? Dia tidak boleh ya? Dia pun menunduk merasa takut dengan tatapan tetangganya itu dan merasa sedih tidak mendapatkan kuenya.

Dari arah lain neneknya datang, anak itu langsung bersembunyi dibelakang sang nenek. "Aduh tin, nih kuenya buat Argi sama Adrian. Hampir aja dimakan sama dia."

Tina menoleh ke bawah, ke arah kakinya dimana anak laki-laki itu menunduk.

"Dasar rika, ini tuh cucuku juga. Kamu mah taunya cucuku si argi sama adrian aja."

Mendengar ucapan neneknya jelas anak itu langsung tersenyum, benar! Dia kan juga cucu neneknya. "Hah? yang benar? Duh maaf ya nak. Aku kira kamu anak pembantu tadi. Habisnya nenek kamu banyak cucunya sih." Mendengar ucapan tetangga itu seketika anak laki-laki itu berubah murung.

Dia itu anak papa mamanya, kok disangka anak pembantu sih?

Tetangga itu pun kemudian pamit, di depan mata anak laki-laki itu ia melihat tetangga memberikan uang saku kepada sepupunya argi dan adrian. Dia.. tidak dapat juga ya?dia kan juga cucu nenek.

Tina menoleh ke cucunya ini. "Sayang sini sebentar." Anak laki-laki itu mengikuti neneknya. "kamu mau kue ini kan?" Anak itu langsung mengangguk senang. Neneknya memotong kue itu dengan porsi kecil.

"Nah ini, jangan banyak-banyak nanti kamu gendut."

"Makasih nek." Dia memakannya, karena kuenya kecil ia merasa belum puas. Ia menarik rok neneknya.

"Nek, aku.. boleh minta satu lagi gak?"

Lalu neneknya menjawab.
"Entar ya, kalau ada sisa dari kak argi dan kak adrian."

Anak itu berpikir, kenapa harus menunggu sisa jika mereka bisa berbagi bersama? Dia janji tidak akan makan semuanya kok.

---:---

Malam harinya anak itu berkeliling rumah, bermain-main dengan imajinasinya sendiri. Membayangkan ada pesawat yang akan lewat diatasnya. Tertawa sendiri sambil membawa boneka lumba-lumba birunya.

Hal itu dipandang aneh oleh kedua sepupunya.

"Kamu ngapain sih? Kayak orang gila kesana kemari. Mending main sama kita sini." Ajak Adrian yang empat tahun lebih tua darinya. Anak laki-laki itu menuruti. Melihat sepupunya handal dalam play station.

Anak berusia enam tahun itu mulai penasaran bagaimana serunya.
"Kak adrian, pinjam dong."

"Ga boleh!"

"Sebentar aja, ya?kak ayo dong."

Adrian masih tidak ingin mengalah. Akhirnya yang tertua argi lah mengalah memberikan stick play station nya pada adik sepupunya itu. Namun baru saja anak itu ingin bermain suara nenek sudah terdengar.

"AYO TIDUR!! SUDAH MALAM! NANTI ADA NENEK SIHIR!!"

Anak itu langsung berlari ketakutan hanya dengan mendengar nenek sihir. Mendapatkan tawa kencang dari adrian.
"HAHAHAHA PENGECUT KAMU! MASA SAMA NENEK SIHIR AJA TAKUT."

Never Enough Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang