Di malam ini Geo memutuskan menginap di apartemennya Jiorel. Geo membutuhkan seseorang untuk menemaninya sekarang. Dia tidak ingin sendirian untuk saat ini.
Jika diperhatikan apartemennya Jiorel sekarang nampak lebih rapih dan bersih juga banyak barang-barang sebagai hiasan tak sepi. Makanan di kulkas juga lebih ramai dan lebih sehat, tak lagi mie instan atau beer kaleng.
Ada gitar coklat di sudut ruangan, mengingatkan Geo bahwa dulu ia belajar bermain gitar bersama sang papa dengan canda tawa. Namun gitar miliknya telah rusak karena dirusak oleh sang papa karena amarahnya dahulu. Hancurnya gitar juga menandakan hancurnya kenangan bahagia itu.
"Mau minuman hangat? Teh atau susu mungkin?" Tawar Jiorel kepadanya.
"Susu vanila aja."
"Oke tunggu."
Geo mendudukkan dirinya, bersandar di sofa dan mengecek handphonenya tentang isi chat grup kelasnya. Yang tidak lama Jio datang membawakan segelas susu hangat untuknya.
"Ini susunya, kamarnya kamu tahu kan. Aku harus persiapan buat seminar minggu depan. Malam Geo.."
"Ya, makasih.." hanya itu balasan dari Geo tak menoleh sedikitpun ke arah Jio.
Malam semakin larut sementara Geo belum juga beranjak atau menyentuh susunya yang mulai mendingin. Sadar ia telah terlena dengan ponselnya Geo pun bangun dan meminum pelan-pelan susunya.
Setelah habis ia membawa gelas itu ke wastafel dan mencucinya. Geo memutuskan masuk ke kamar tamu, disana ada satu baju ganti yang dipersiapkan jika tamu datang. Geo membuka pakaiannya dan menggantinya dengan yang baru begitu juga dengan celananya.
Menggantung bajunya untuk dipakai besok.
Sementara Geo terlelap dalam mimpinya seseorang yang sudah pastinya adalah Jiorel membuka pintu kamarnya dan masuk mendekati Geo yang tidur membelakangi pintu.
Duduk di pinggir ranjang memandang wajah sepupunya dengan tatapan sedih. Jiorel benar-benar sedang berjuang bertanggungjawab atas hidup Geo apapun yang terjadi saat ini dan nanti.
"Kita sama-sama hancur Ge, bukan berarti gua merasa gua paling tersakiti. Gua juga bukan orang yang kuat. Kita hancur dengan cara yang berbeda tapi gua cuma bisa berdoa bahwa kita bisa bangkit dengan cara yang sama, dengan alasan yang sama."
Geo mendengarnya namun ia memilih tetap memejamkan mata, saat ini kejujuran melingkupi mereka berdua. Tenanglah hati, tenanglah jiwa. Dengarkanlah bahwa sunyi sedang menyampaikan banyak cerita. Sunyi yang sudah lama kau diami. Sunyi yang sedang memahami.
"Selama ini kita dituntut menjadi sempurna, sejak kapan manusia menjadi sempurna?kita terus berusaha akan hal itu yang sebenarnya hanya menghancurkan kita, membawa kita ke titik saat ini. Aku menyadarinya sekarang Ge, Jangan menjadi sempurna. Kita harus menjadi utuh dan nyata. Bahkan meski harus menjahit luka dengan benang air mata dan tertatih dengan rantai doa."
Jiorel menggenggam jemari tangan Geo. Jiorel punya firasat bahwa suatu hari nanti bisa saja Geo akan meninggalkannya seorang diri.
"Aku tahu kamu mendengarkan, Terimakasih untuk tidak menyela. Geo... Dengarlah baik-baik, bahwa aku akan menemani dirimu selalu tanpa syarat."
Kata-kata telah direnggut dari Geo. Diam dan menerima dalam rentangan tubuhnya.
.
..
.Dini hari, malam kemarin seperti diubah. Jiorel memeluknya sepanjang malam dan ia menumpahkan tangisannya tanpa henti. Dua manusia yang saling menyatukan luka mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Enough
Teen FictionWarn : Ini mengandung beberapa adegan bromance/love platonic, Not BL. Jadi yg msh merasa kurang nyaman atau ga suka, silahkan tinggalkan. "Katanya Keluarga adalah kebahagiaan segalanya, katanya keluarga adalah tempat teraman, tempat berbagi suka ci...