"Mau sarapan apa?"
Di dalam mobil Dexter bertanya kepada Geo yang melamun bersandar ke kursinya. Ini jelas masih pagi dan mereka berdua belum sarapan.
Geo cuma diam tidak merespon Dexter. Sungguh Dexter tidak suka diabaikan oleh siapapun saat diajak bicara, jika orang lain ia pasti sudah akan menarik leher orang itu.
"Bubur?"
"Ga mau."
"Soto ayam? Tapi soto daerah sini dimana ya.."
"Ga mau."
"Terus mau makan apa ge? Sampai bilang terserah gw lempar ya lu.."
"Tinggal lempar lah, paling juga ke tabrak entar gw nya."
"Mulut minta dilakban apa dicium?"
Geo mendecih malas. "Mendingan gw ciuman sama aspal."
"Yang mau cium lu juga siapa pak?"
"Siapa dah terserah! Ryujin Itzy kek apa siapa gitu, Mingyu seventeen kek.."
Ga akan kelar itu perdebatan dari ngajak makan sampai ciuman. Jangan sampai debat partai aja.
"Terus kita makan apa njir?"
"Kita?lu aja yang makan, gw ga nafsu." Bantah Geo, sebenarnya dia mau makan tapi mau di rumah aja.
"Gw cekokin bubur bayi mamam lu!"
Dibalas dengan tatapan tajam nan melotot dari Geo.
"Lu gw cekokin lumpur!" Hah... Geo kesal, baru aja semalam dia nangis-nangis minta Dexter datang tapi setelah datang.. Dexter memang seperti berniat menumpuk rasa kesalnya.
Akhirnya secara tiba-tiba mobil Dexter berhenti di sebuah perumahan yang tidak Geo tahu. Geo bertanya-tanya lewat tatapan matanya kepada Dexter.
"Mau ikut masuk atau nunggu?"
"Gw mau pulang Dex!"
"Iya nanti gw anterin, kesini dulu sebentar. Mau ikut masuk atau nunggu?"
"Ini rumah siapa?"
"Nanti lu akan tahu kalau masuk."
Geo memilih masuk pada akhirnya. Ini mungkin sebuah rumah minimalis namun arsitektur yang modern membuat Geo terpukau, sesekali ia berhenti untuk melihat hiasan unik disana dan Dexter dengan sabar menunggu Geo menuntaskan rasa kagumnya.
Di tengah Geo yang terpukau dengan keindahan satu lukisan di ruang tamu, tanpa ia sadari ada seseorang yang mendekat ke arahnya dan Dexter. Tiga orang pria yang berpakaian kasual.
"Geo.." Dexter memanggil Geo membuatnya tersadar bahwa di ruangan itu sudah ada beberapa orang yang sebagian tidak ia kenali,karena salah satunya adalah Galang disana.
"Kenalin.. mereka teman gw juga, beda sekolah aja. Mereka yang punya rumah ini, sebenarnya ini markas kelompok gw." Dexter memperkenalkan mereka kepada Geo.
Satu bernama, "Gw Ian Henrik." Dia bertubuh tinggi, berkulit sawo matang dengan tatapan tajam tapi begitu tenang. Lalu yang satu bernama, "Gw Vicky Wang." Berwajah oriental yang khas, lebih pendek dari Ian dan terlihat... ramah?
"It's been a pleasure to meeting you, Geomara.." Sapa manis dari Vicky. Kacamata bulatnya benar-benar menjadi poin menarik dari Vicky.
"Makasih.."
Dexter pun memberitahunya bahwa dia hanya akan bicara sebentar dengan mereka bertiga, Dexter memintanya menunggu di Sofa dengan santai. Setelah ditinggal duduk sendiri, Geo menjadi semakin menumpuk banyak pertanyaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Enough
Teen FictionWarn : Ini mengandung beberapa adegan bromance/love platonic, Not BL. Jadi yg msh merasa kurang nyaman atau ga suka, silahkan tinggalkan. "Katanya Keluarga adalah kebahagiaan segalanya, katanya keluarga adalah tempat teraman, tempat berbagi suka ci...