☄️10

1K 143 13
                                    

Sore hari sepulang sekolah Hujan turun lumayan deras. Kali ini Geo pulang dengan tebengan dari Tirta, bukan pulang ke penginapan sementaranya tapi pulang ke Rumah Nyonya Arini.

Tirta punya dua jas hujan, makanya ia menawari tebengan. Butuh waktu 20 menit menempuh perjalanan dan sampai dengan selamat.

"Makasih banyak Ta.."

"Santai, lu kayak sama siapa aja."

Mereka berpisah di pos satpam, dari pos dengan dipayungi Geo berjalan ke depan pintu. Barusan Pak satpamnya bilang jika Arini dan Pram tidak ada dirumah.

Hanya ada Tasya dan Dexter yang sedang sakit. Geo mengerutkan keningnya, Dexter bisa sakit juga?
Ya bisa lah, dia kan juga manusia.

Sampai di dalam Geo membuka jaketnya dan langsung pergi menemui Tasya. Tasya sudah menunggu sambil membaca buku dongengnya.

Tasya memang suka dengan Fantasi dan Dongeng. Imajinasi anak itu sangat tinggi dan beragam. Geo hanya berharap tidak ada seorangpun yang menghancurkan Fantasi Imajinasi dari Tasya.

Karena dulu Geo juga sama seperti Tasya. Suka dengan berbau Dongeng Fantasi, ia bahkan sampai berhalu ria kalau dulu dia punya kekuatan sihir. Namun Imajinasinya jadi hancur semua karena keadaan.

"Halo kak ge.."

Geo mengelus surai rambut Tasya. Di hari-hari nya yang melelahkan, Tasya selalu menjadi akhir yang manis. Dengan tawa dan senyum polosnya seolah mengingatkan Geo bahwa kata Bahagia itu masih ada di Bumi ini.

"Kamu udah makan?"

"Udah dong, tadi sebelum mama dan papa pergi."

"Mereka emangnya pergi kemana?"

Tasya menggeleng menjawab tidak tahu. Dan seperti biasa kegiatan belajar mereka dimulai.










18.30

Sudah mau gelap tapi Arini dan Pram belum menunjukkan tanda mereka akan pulang. Pembantu disana meminta agar Geo makan malam bersama saja.

"Sebenarnya bibi minta nak Geo makan malam disini supaya ga takut."

"Takut kenapa bi?" Geo jelas penasaran, takut sama siapa?kok bawa-bawa dirinya?

"Nyonya dan Bapak kan ga ada, bibi takut kalau den Dexter sama non Tasya ditinggalkan berdua malah berakhir ribut."

Ah, begitu.

"Nak Ge, bibi boleh minta tolong gak?"

"Apa bi?"

"Cek keadaannya den Dexter. Dari siang dia ga keluar kamar, bibi khawatir."

Sebenarnya Geo sangat enggan untuk bertemu dengan Dexter. Alasannya ya karena malas saja, dia kan tidak dekat dengan Dexter. Iya kan..?

Tapi karena Pria itu sedang sakit dan tidak menunjukkan batang hidungnya sejak siang, Geo akhirnya melangkahkan dirinya untuk melihat Dexter.

Sekaligus ini adalah kali pertama ia akan melihat isi kamar dari Dexter. Dia mengetuk pintu coklat itu namun tidak ada balasan. Pikirnya Geo mungkin Dexter ketiduran.

Tanpa rasa takut ia membukanya dan masuk dengan santai. Hal pertama yang ia rasakan adalah dinginnya suhu kamar. Bukankah sedang sakit? Apalagi hujan diluar.
Ini nambah penyakit namanya.

Dan memang benar si pemilik kamar pulas diatas kasurnya yang berantakan. Wajahnya begitu pucat. Geo menyentuh telapak tangannya dan memang begitu dingin.

"Dia mau simulasi jadi mayat atau gimana sih?" Gumam Geo.

Buru-buru ia mematikan pendingin dan menyalakan penghangat ruangan. Arini dan Pram bisa kalut kalau pulang-pulang mendapati anak bujangnya membeku.

Never Enough Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang