Setahun kemudian...
Michigan, Amerika Serikat
"Apa 20° membuatmu kedinginan Ge?"
Geo menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Cuaca di kota ini sedang berangin dan berawan tapi tetap saja membuat Geo kedinginan. Ingatkan Jiorel jika ketahanan tubuhnya tidak sekuat yang lain.
Jio habis dari kampusnya dan terlihat dari tentengan di tangannya bahwa dia habis berbelanja juga. Selain Jio yang menjadi seorang Freelancer dan hidup mereka yang dibiayai oleh sponsor. Geo tetap memilih bekerja paruh waktu di sisa waktu setelah kuliahnya.
Jiorel menghela nafas, wajahnya nampak sangat lelah. Tapi sepertinya rasa lelah itu setimpal dengan Tante Rosa yang tidak seketat dulu dalam mengawasinya. Itu perjanjiannya jika Jio mau ke Amerika dan lulus dengan nilai tinggi, Tante Rosa tidak akan mengatur lagi keinginan anaknya ini.
Yang Tante Rosa tidak tahu adalah Jio satu apartment dengan Geo dan jangan sampai tahu. Perjanjian itu bisa-bisa batal, kan?
"Setidaknya ambil selimut tebalmu atau berbaringlah di kasur Ge, apa-apaan sih berbaring di karpet seperti itu." Sembari mengucapkannya Jiorel juga menata belanjaannya ke rak-rak dan kulkas. Sebenarnya Jio dan Geo lebih sering sarapan di kampus, jadi mereka hanya beli sedikit bahan makanan untuk makan malam saja. Itu pun terkadang kebanyakan frozen food.
Matanya melirik Geo yang masih berbaring menyamping saja di lantai beralaskan karpet tipis itu.
"Ini baru berangin belum nanti pas musim salju, Ge." Jiorel mendekati Geo, dia tarik pundak Geo agar berbaring terlentang dan betapa terkejutnya Jio mendapati bulir-bulir keringat dingin membanjiri dahi Geo membuat poninya basah.Geo nampak gelisah dengan tangan gemetar, dia kedinginan karena demam. Segera Jio memapah tubuh Geo dengan pelan-pelan Jio juga merasakan panas tubuh Geo yang lebih dari biasanya.
Setelah membaringkan Geo di ranjangnya Jio pun menyalakan pemanas ruangannya. "Istirahat ya, gua ke dapur bikinin bubur dulu."
Ditengah kegiatan memasaknya suara dering handphone dari ruangan tengah harus menghentikannya. Terdapat nama Mama dalam kontak masuknya.
"Iya ma, ada apa?"
"Kamu sedang di kampus?"
"Apartment." Jio menepuk dahinya karena menyadari bahwa ia keceplosan menjawab.
"Mama kira jadwal kuliah kamu kebanyakan sore dan selesai malam. Tapi jam segini sudah selesai, apa pekerjaanmu juga melelahkan?"
"Y-ya.. lelah tapi aku jalaninnya enjoy aja."
"Baguslah.. omong-omong mama nelpon kamu cuma mau bilang. Bulan depan bisa kamu pulang ke Indonesia? mungkin untuk 2-3 hari kurang lebih."
Bulan depan? Jio mengingat-ingat kegiatannya untuk sebulan ke depan. Projek kerjanya mungkin sudah lebih dulu beres, kuliahnya bisa ia meminta izin tapi... Bagaimana dengan Geo? Geo belum pernah ia tinggal sendiri disini.
"Ada acara apa emangnya?kalau ga terlalu penting aku ga bisa pastiin."
"Oh jelas penting banget, ini pertunangan Gendis."
Saat itu juga Jio terkejut dan mematung sendiri. Saat itu mungkin seluruh keluarga akan hadir dan cuma satu nama yang tidak hadir bahkan mungkin tidak akan diingat.
"Dia mau segera menikah? Mas Argi bahkan belum."
Terdengar tawa diujung sana yang jelas itu dari mamanya. Membuat kebingungan melanda pikiran Jio.
"Jelas dia akan menikah cepat, dia bahkan sudah mengandung. Om kamu sedang menanggung malu akibat perbuatan putri kesayangannya. Seandainya mama tahu dimana keberadaan Geomara.. mama lihat wajah kemenangan anak malang itu menyaksikan ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Enough
Teen FictionWarn : Ini mengandung beberapa adegan bromance/love platonic, Not BL. Jadi yg msh merasa kurang nyaman atau ga suka, silahkan tinggalkan. "Katanya Keluarga adalah kebahagiaan segalanya, katanya keluarga adalah tempat teraman, tempat berbagi suka ci...