Tadinya Geo ingin pulang sore hari sebelum gelap namun nyonya arini menahannya dengan seribu satu alasan agar ia mau makan malam disini.
Karena katanya Pak pram mau bawa banyak lauk pauk ke rumah.
Sambil menunggu tasya selesai mandi, geo membereskan meja belajar gadis kecil itu. Jika melihat kehidupan tasya, dalam hati geo sangat menyimpan banyak rasa iri.
Tasya adalah anak bungsu yang istimewa. Diperlakukan sebegitu sayangnya oleh pasangan pram dan arini. Tasya bisa mendapatkan apapun yang ia inginkan tanpa perlu waktu lama.
Lalu tasya sudah selesai mandi, sudah rapih dengan pakaian cantiknya. Gadis itu mengambil sisir dan bedak lalu mendekati geo. "Kak ge, sisirin rambut aku dong."
"Sini.."
Mereka naik ke atas kasur, tasya duduk didepan geo. Lalu merapihkan rambut tasya dengan lembut dan pelan.
"Kak ge... Aku takut banget sama kak Dexter. Dia itu suka ngelawan papa sama mama. Kakak tau gak kenapa kalian baru ketemu sekarang?"
Geo memutuskan hanya menyimaknya, dia sedikit penasaran dengan dexter itu. Apalagi ditambah omongan dari edvin.
"Kenapa?"
"Lusa kakak pulang kesini, selama ini dia dirumah nenek. Tadinya itu hukuman tapi kayaknya ga berpengaruh apa-apa ke kakak."
Geo baru dua bulan mengajar tasya, mungkin selama itu juga dexter dihukum di rumah neneknya.
Selesai menguncir rambutnya tasya lalu memakaikannya bedak, geo mengajak tasya turun ke lantai bawah sebelum nyonya arini yang memanggil mereka.
Kebetulan sekali pak pram baru pulang, ia langsung memeluk tasya dan bertanya apakah hari ini menyenangkan atau tidak. Melihat nyonya arini menata piring dan makanan, geo buru-buru ikut membantu.
"Tadi.. kamu bertengkar sama dexter ya?"
Ditanya seperti itu geo bingung bagaimana menjawabnya, dibilang bertengkar sepertinya lebih baik dibilang bahwa ia berusaha menengahi tasya dan dexter.
"Anu.. nyo.."
"Dexter itu kayak saya, keras dan anaknya agak sulit. Kalau kamu di apa-apain sama dia saya cuma bisa bilang supaya kamu sabar. Walau saya juga kesel sama dia, rasanya pengen buang ke jurang."
Mendengarnya membuat geo tertawa canggung dan langsung fokus ke lain hal. Nyonya arini memang berbeda.
"Geomara.. gimana kabarnya?"
"Sehat pak."
Pak pram menepuk kepalanya, hal yang sangat asing bagi geo diperlakukan seperti ini. Apalagi ditambah senyuman teduh pak pram.
"Makan dulu ya, habis tuh baru pulang. Duh.. pasti capek pulang sekolah langsung kesini."
"Ah nggak, nggak masalah. Saya disini juga kerja."
Tasya menyeletuk dengan tiba-tiba diiringi ekspresi bahagia. "Tadi kak ge juga kuncirin rambut tasya loh pah dia juga tadi bantuin Tasya pas dibentak sama kak dex."
Suasana seketika langsung berubah, senyuman di pipi pak Pram luntur begitu saja.
"DASAR PENGADU!!!" Geo terkejut mendengar suara teriakan keras dari arah atas dan rupanya itu adalah Dexter. Tasya otomatis langsung lari ke belakang tubuhnya.
"DEXTER!"
"Apa sih pa?apa?? emang bocah ini gatau sopan santun! Udah salah ga minta maaf dan aduan.."
BUGH!!!
Dexter mendorong bahu geo kencang. "LU JUGA!! jadi guru tuh ajarin sikap! Ga becus!"
"DEXTER!!! MASUK KAMAR!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Enough
Teen FictionWarn : Ini mengandung beberapa adegan bromance/love platonic, Not BL. Jadi yg msh merasa kurang nyaman atau ga suka, silahkan tinggalkan. "Katanya Keluarga adalah kebahagiaan segalanya, katanya keluarga adalah tempat teraman, tempat berbagi suka ci...