☄️13

874 135 8
                                    

Pagi ini Geomara terkulai lemas di atas kasur kecilnya. Wajahnya pucat dan bulir-bulir keringat yang banyak. Geo memastikan bahwa dirinya sedang demam.

Geo memijit kepalanya yang terasa sakit. Kedua kalinya ia memaksakan diri untuk bangun dan duduk. Melawan pusing yang teramat membebaninya. Mengecek handphonenya dan meminta pada Edvin bahwa ia akan izin sakit dari sekolah.

Geo melamun untuk beberapa detik. Lantas ia mengambil segelas di atas laci sampingnya, meneguk beberapa air guna membasahi tenggorokannya yang terasa serak.

Sudah beberapa bulan berjalan. Geomara yang pekerja keras dan tidak lagi mengenal waktu. Melupakan waktu tidurnya demi kehidupannya esok hari. Ada banyak sekali email dari Om Barata, namun tidak ada satupun yang ia buka apalagi sampai balas.

Geo bangun, pandangannya langsung berkunang-kunang. Semakin kuat meremas kepalanya, sakit yang bertambah. Kembali memaksakan dirinya. Keluar dari kamarnya Geo sempat terkejut beberapa saat ketika ia melihat ada yang tergeletak di lantai.

"Galang!siapa?" Tanya Geo pada Galang yang datang dari lantai bawah. Bau alkohol yang kuat langsung menusuk Indra penciuman Geo. Paham sekarang bahwa keduanya pasti menghabiskan banyak alkohol.

"Dexter.." gumamnya. Galang yang antara sadar dan tidak sadar hanya senyum pada Geo.

"Biasa lah ge, bocah malem." Galang menyeret kaki Dexter, membukakan jalan agar Geo bisa lewat. Dexter bahkan tidak terusik dari tidurnya.

Menuruni tangga Geo beberapa kali ingin terjatuh karena keseimbangannya. Berpegangan pada dinding dan akhirnya sampai di dapur. Ada note yang tertempel di kulkas.

Nenek pergi pagi-pagi ke Tambun. Jangan ada yang ribut selama nenek pergi, kulkas penuh bahan masakan silahkan pakai jika kalian butuh.
-Nenek.

Wanita yang amat baik. Geo tidak akan heran saat para penghuni disini enggan pindah karena Nenek Alia yang memang nyatanya sebaik itu..

Geo menoleh ke belakangnya saat Galang masuk juga ke dapur. Mereka berdua sama-sama sempoyongan dengan alasan yang berbeda tentunya. "Duh geo!! Bantuin gw ambil air dong.."

"Dua, gw sama Dexter."

Geo membantunya namun saat mau menuangkan untuk gelas kedua Galang menahan, "yang buat Dexter pakai air keran aja."

"Loh...?"

"Dexter mau gw siram biar cepet bangun."

"Lang.."

"Hm..?"

"Kenapa mabok-mabokan terus sih?"

Galang akhirnya duduk di salah satu kursi. Menelan dulu air minumnya. "Gw dipaksa Dexter, itu si bangsat emang, putus sama ceweknya tapi malah imbas ke gw." Ceritanya Galang. Ah patah hati rupanya.

Galang sering bercerita tentang hubungan Dexter dengan seorang perempuan dari keluarga kaya raya, gadis yang harusnya bisa bersanding sempurna dengan Dexter. Dexter tidak pernah bercerita tentang hubungannya.

"Putus? Dua hari yang lalu mereka jalan berdua kan?"

"Ya mungkin karena malam itu. Entahlah ge, cowok bangsat kayak Dexter mana mungkin serius sama perempuan."

Cowok bangsat ngatain cowok bangsat?

"Jangan begitu, kalian teman. Sama."

Galang tersenyum dan menepuk pundak Geo. "Ge, lu bisa merendahkan gw tanpa harus keluar makian. Mengesankan."

"Gw ga merendahkan lu, mungkin lu yang sadar diri duluan."

Geo mengeluarkan bahan-bahan. Kini dia punya alasan untuk memasak sup hangat, selain untuknya juga untuk dua cowok bangsat kaya raya ini. Engga, Geo engga memaki. Galang sendiri yang menyebut seperti itu tadi kan.

Never Enough Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang