☄️9

856 127 18
                                    

PLAK!!!!



Wajah Geo dan Jio sama-sama memucat dengan kejadian yang baru saja mereka alami. Tiba-tiba saja dari arah belakang pundak Jio ditarik dan ia langsung terkena tamparan keras dari... Barata. Ayahnya.

Wajah Barata terlihat begitu marah dan bukan hanya itu saja. Belum selesai.

"Kamu kurang ajar Jiorel! Begini balasan kamu ke ayah yang mati-matian cari pengobatan untuk kamu!"

Jiorel masih berdiri tidak menyangka akan ditampar oleh ayahnya didepan teman-temannya yang langsung diusir saat itu juga.

"Emang aku pernah minta untuk sembuh hah?!Nggak!!"

PLAK!

lagi untuk kedua kali Barata menampar anaknya. Nafasnya tersengal-sengal. "DASAR KURANG AJAR!! BALIKIN GINJALNYA GEO!! BALIKIN ANAK DURHAKA!!!"

Barata mencengkram kerah baju Jiorel dan mendorong anaknya ke dinding. Geo langsung menarik tangan om nya, memisahkan.

Tapi tak habis kejutan, papanya tiba-tiba datang bersama mamanya. Menghentikan kemarahan Barata. Tangan Barata pun terlepas dari kerah leher anaknya.

Jiorel menetralkan nafasnya dengan mata yang berkaca-kaca. Dia merasakan sebuah perasaan sakit namun Jiorel tidak tahu perasaan sakit karena apa itu.

Jiorel berjalan masuk ke kamarnya dan membanting pintu dengan kencang. Tersisa Geo dengan tiga orangtua ini. Belum mengatakan sepatah kata pun Papanya yang sekarang menarik tangannya kasar dan membantingnya ke sofa.

"Belum puas kamu? BELUM PUAS BIKIN RIBUT?!"

Geo yang hendak membuka mulutnya sebagai pembelaan kini mengatupkan kembali. Menunduk dan menerima semua amarah papanya.

"BERANI-BERANINYA KAMU BILANG KAYAK GITU KE JIOREL?!! KAMU GA MAU TINGGAL DIRUMAH DAN NUMPANG DISINI HARUSNYA TAU DIRI GEOMARA!!"

"KAMU MAUNYA HIDUP BAGAIMANA SIH?!! CAPEK-CAPEK PAPA SEKOLAHIN KAMU TAPI KAMU MALAH MAU KELUAR! KURANG BERSYUKUR KAMU! SEKARANG KAMU GA IKHLAS DONOR GINJALNYA GITU?!!"

Gantian Mama dan Barata yang menenangkan emosi dari Papanya. Sementara Geo mengusap matanya dengan kasar. Sudahlah biasa hatinya disakiti.

Papa sekarang menjadi diam, mengatur nafasnya walau rasa kesal masih begitu menumpuk dan ingin melemparkan kata-kata lagi pada anaknya.

"Kamu sekarang banyak berubah ya, dulu kamu anak papa yang penurut. Dulu kamu anak baik yang memahami semuanya. Sekarang? pembangkang? Diajarin siapa kamu? Ga mau tinggal sama papa lagi?yaudah! Cari sana orang yang mau nampung orang kayak kamu! Cari sana belas kasihan orang lain pada kamu!emangnya bagus hidup dari belas kasihan orang?kamu.. hanya akan jadi pecundang."

Sakit. Ini begitu sakit, teramat sakit didengar, Air matanya langsung berjatuhan membasahi wajahnya. Tangannya bahkan gemetar.

Geomara menguatkan hatinya untuk kesekian kalinya, tak henti-hentinya hatinya ditusuk dengan keadaan yang ada. Dia berusaha berdiri di atas kakinya sendiri.

"Papa.. pasti capek kan?sama pa, aku juga. Jadi.. ayo kita akhiri aja. Tapi papa harus tau kalau papa salah. Aku ga pernah mengemis belas kasihan orang lain demi hidup, aku ga akan pernah mengemis. Aku pamit."

Geo berbalik menuju kamarnya, Barata mengikutinya dan berusaha menahan Geo yang membereskan barang-barangnya.

"Kamu mau tinggal dimana ge? Jangan dengar papamu, dia sudah gila ge!"

Geo menatap tajam Barata.
"Kalau om masih mau tahan aku, om ga ada bedanya dengan papa. Kalian semua egois."

Sampai Barata angkat tangan dan menahan sakit hati atas hancurnya keluarganya. Sebagai anak sulung yang melihat keluarganya terpecah belah sangatlah menyakitkan.

Never Enough Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang