Di pagi hari yang sedikit mendung menandakan sebentar lagi datangnya hujan. Angin berhembus kencang menusukkan udara dingin ke tulang. Lantas Geo tetap pada posisinya di bangku belakang taman kecil rumah Nenek Alia.
Terasa dingin nan kaku, menatap hampa pada tanaman yang sebentar lagi melayu.
"Uhuk... Uhuk .... Uhuk.."
Geo terbatuk-batuk keras disertai sakit pada rongga dadanya, tangannya dengan cepat menutup mulutnya. Dan saat ia melepas tangan dari mulutnya...
Percikan merah yang kontras dengan pucat kulitnya.
"Geo!" Dengan cepat menggosok kasar tangannya ke kain celana hitam. Panggilan seseorang yang telah ia tunggu-tunggu. Seseorang dengan pakaian mewah nan rapih. Sepupunya yang masih peduli kepadanya.
"Aku belum ganti baju, Ji."
"Gapapa gue tungguin kok, oh ya lu udah makan belum?"
"Belum."
"Pas! Sekalian makan sama gue. Sana ganti baju!"
Geo berjalan meninggalkan sepupunya itu, harus diakui hubungan mereka berdua membaik seiring berjalannya waktu. Jiorel benar-benar membuktikan ucapannya untuk menjadi rumah bagi Geo.
Entah sudah berapa banyak kebohongan yang terlontarkan dari mulut Jiorel kepada mamanya, Tante Rosa. Setelah berganti pakaian Geo diajak Jio pergi bersamanya. Ke suatu tempat yang sebenarnya juga Geo sudah pernah kesana walau tidak sering.
Tempat ini tak lebih dari sebuah tempat makan, berkumpul dan belajar yang memang dikhususkan untuk siswa ataupun mahasiswa yang tidak punya tempat untuk sekedar santai atau membutuhkan waktu khusus sendiri.
Di tempat inilah Geo kembali bertemu dengan teman terdekat Jio yaitu Royce dan Arinta.
"Glad to see you again, Ge." Ucap Arinta sembari tersenyum menyambut hangat pertemuan mereka berdua.
"Kamu mau pesan apa?"
"Gue Nasi goreng seafood, ta."
"Gue bukan nanya lu Roy.."
Royce langsung mendecih, Arinta ini selalu jutek kepadanya entah kenapa. "Gue kasih tahu sebelum lu nanya." Tak membalasnya Arinta kembali fokus kepada Geo.
"Nasi ayam aja, minumnya teh."
"Oke, kalau lu Ji?"
"Sama kayak Geo."
Maka Arinta langsung memanggil pelayan dan mengucapkan pesanan-pesanannya.
"I know this isn't the right atmosphere, but Geomara... I swear I was wondering how you got close to Dexter?"
Geo tidak akan terkejut mendengar pertanyaan dari Royce, Royce memang orang yang penasaran. Dia adalah salah satu pembenci Dexter di sekolah. Kalau Dexter orang kubu kiri maka Royce adalah orang kubu kanan.
Sebuah keajaiban Royce menghargainya sebagai sepupu Jiorel bukan teman Dexter.
"Itu cuma cerita sederhana, Aku guru les untuk adik perempuannya."
"Oh wow.." Royce menutup mulutnya lantas menahan tawa kecilnya.
"Apa adik perempuannya sama berandalnya seperti dia?" Lalu diakhiri tawa mengejek kecil dari Royce. Inilah bagian yang paling tidak Geo sukai dari seorang Royce.
"The blood maybe thick, but the behaviour of twins can be different. Aku tidak suka kamu merendahkan orang seperti itu, aku tahu perilaku adiknya, kamu tidak pantas bertanya seperti tadi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Enough
Teen FictionWarn : Ini mengandung beberapa adegan bromance/love platonic, Not BL. Jadi yg msh merasa kurang nyaman atau ga suka, silahkan tinggalkan. "Katanya Keluarga adalah kebahagiaan segalanya, katanya keluarga adalah tempat teraman, tempat berbagi suka ci...