☄️24

475 89 19
                                    

Sejujurnya Geomara masihlah belum terima dengan apa yang terjadi. Dia butuh seseorang yang bisa meyakinkannya bahwa semua akan baik-baik saja, Geo terlalu tidak percaya kepada dirinya sendiri.

Ini sudah berjalan hitungan bulan ketiga seorang Dexter menghilang dari hidupnya, bahkan Arini dan Pram juga tidak tahu kemana. Bukan ini yang Geo mau.

Selama kepergiannya dari rumah, baru kali ini Geo merasakan kesepian yang sebenar-benarnya. Meskipun ia telah mengundang Edvin dan yang lain ke kosannya itu tidak mengubah apapun yang ada dalam hatinya.

Air mata jatuh membasahi meja kelasnya, Geo bahkan tidak bisa fokus pada mata pelajaran yang tengah diterangkan. Jadi... Ia harus merasa ditinggalkan untuk kesekian kali?

Setelah kelas berakhir, Geo menolak ajakan ketiga temannya makan di kantin. Membuat Edvin sedikit marah dengan Geo yang tidak bernafsu melakukan apapun. "Ge.. gw ga ngerti apa yang tengah lu alami tapi beneran deh gw sama yang lain khawatir sama lu. Gw ga mau lu sakit lagi.. lu kalau ga mau dengerin gw sebagai temen, lu mau dengerin siapa lagi?"

Setelah main ke kosan beberapa hari lalu akhirnya Geo terbuka kepada teman-temannya tentang kondisinya. Edvin dengan keras akhirnya membujuk Geo dan langsung membawanya ke kantin.

Melihat ke arah langit yang mendung membuat Geo teringat jika sudah masuk musim penghujan. Kalau diingat-ingat musim hujan sebenarnya sangatlah sulit untuk Geo. Bila malam kedinginan, bila siang susah untuk pergi kesana-kemari.

Membuat Geo mesti lebih giat mencari uang untuk sekedar membeli pakaian hangat baru dan makanan-makanan hangat dan obat.

Kantin adalah tempat yang selalu ramai kadang bisa sampai menjadi tempat keributan antar jurusan. Meributkan banyak hal tak jauh dari masalah-masalah anak SMA. Sampai terdengarlah ke telinganya Geo sebuah pembicaraan.

"Kemarin Owen habis duel sama Dexter anak SMA Hamasdi. Kalah telak si Owen woy.."

Mereka, sekumpulan anak begajulan di sudut ruangan itu menyebut nama Dexter. Geo langsung berdiri membuat teman-temannya kebingungan. "Ge.. mau kemana?Ge!" Tirta langsung mengikuti langkah Geo ke sekelompok anak itu.

Sumpah Geo sangatlah tidak mau sebenarnya mengajak ngobrol anak-anak yang suka tawuran atau berantem begini, mereka menyeramkan, mereka kadang hilang perasaan dan Geo bukanlah dalam posisi sebagai pahlawan yang mendapatkan kekuatan dari Ilahi untuk melawan balik.

"Mau nyari siapa lu?!" Dengan nada tak bersahabat, salah satu dari mereka yang penampilan urakan banyak bekas luka, seperti preman.

"Gw c-cuma mau tanya.."

"Ekhem.." sekelompok itu langsung melihat kehadiran Tirta yang berdiri dibelakang Geo. Tirta memang bukan anak yang berpengaruh antar geng tapi setidaknya semua geng disekolah tahu Tirta bukan sesuatu yang bisa dengan mudah diusik.

"Gw tadi ga sengaja dengar, kalian sebut nama Dexter."

Geo menelan ludahnya sendiri ketika reaksi yang mereka berikan adalah pelototan mata. Detak jantungnya langsung cepat.

"Lu emangnya siapa?main nyebut-nyebut nama Dexter. Dia bukan orang sembarang diantara geng-geng kek kita, anak cupu kek elu mana tau!"

"Taik, kenapa gw bisa debat sama Dexter, sama mereka kagak bisa?! Dexter kagak ada tampang preman serem begini anjir." Geo membatin.

"Gw punya urusan sama dia, gw ga bisa cari dia, kalau kalian seenggaknya pernah ketemu. Dimana dia..?"

Sekelompok yang berjumlah sebelas orang ini tertawa, begitu meremehkan saat mendengar jika Geo punya urusan dengan si Dexter.

Never Enough Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang