"Kenapa? Kenapa lu kembali lagi kesini Ge?"
Geo membuka matanya yang pada saat ini tubuhnya bersandar penuh pada punggung Dexter yang masih berjalan di sekitar perumahan yang sudah ia beri tahu.
Mereka masih basah kuyup kehujanan tapi sungguh Geo tidak merasakan kedinginan sedikitpun meski sakit di perutnya masih belum membaik.
"Karena mama, sampai mama sehat kembali."
Tidak bertanya lagi Dexter langsung menekan bell di dekat gerbang rumahnya. Belum ada yang keluar, Dexter memencet sekali lagi bell itu.
Sampai akhirnya seorang pria tua yang belum pernah ia lihat dan kuat ia duga adalah orangtua dari Geo. Pria tua itu nampak sangat terkejut melihat Geo berada dalam gendongannya, Geo dengan wajah pucat dan mata sayu.
Dirga langsung mengambil payung dan membukanya, menghampiri kedua orang depan gerbang itu. Lantas Dirga bukakan gerbang dan memayungi mereka berdua.
Tanpa diminta Dirga langsung mengambilkan dua handuk untuk mereka. Dexter menurunkan Geo di sofa panjang, menerima handuk dari Dirga dan ia langsung mengeringkan dan menyelimutinya ke Geo.
"Hey...yang mana yang sakit?" Tanya Dexter pelan sambil menepuk pipi Geo agar dia tersadar. Geo tidak menjawab tapi dia memeluk perutnya erat sebagai tanda.
"Om...dimana kotak obat ya?" Tanya Dexter ke Dirga. Tak menjawab Dirga hanya langsung mengambilkan kotak obat dan juga air hangat sebagai kompres.
"Om...dimana baju kering Geo?"
Lagi dan lagi Dirga hanya langsung menjalankan. Pria tua itu terlalu syok dan tidak tahu harus berlaku apa disaat seperti ini. Disaat kepalanya banyak pertanyaan untuk putranya ini.
Dexter memeras handuk kecil dan menempelkannya ke dahi Geo yang terluka. Geo meringis karena ditempelkan seperti itu. Darahnya cepat berhenti Dexter pun segera menutupnya dengan obat dan kapas.
Selanjutnya ia memeras kembali handuk kecil dan menempelkannya ke leher Geo. "Ganti baju Ge.."
Geo lihat Dexter sudah menyerahkan pakaian kering miliknya. "Bisa ga lihat ke arah lain?"
Dexter memutar bola matanya. "Dexter!" Dexter langsung membalikkan badannya. Dengan cepat tangannya sendiri juga membuka pakaiannya yang basah.
"Kenapa lu juga buka baju sih?!" Protes Geo yang masih dalam proses mengganti pakaiannya. "Gua juga ga mau masuk angin kali!" Balas Dexter juga. Karena tidak ada baju ganti Dexter pun memilih bertelanjang dada sementara.
"Udah?"
"Dah.."
Dexter membalikkan badannya. Dia kembali diam saat Dirga datang membawakan minuman yang sepertinya hangat. Dexter mengangkat sebelah alisnya melihat sikap Dirga yang... Berbeda dengan dugaannya.
Pria ini pria yang sama saat dulu dia memaki dan menghina anaknya kan?
Dan Dexter juga bisa merasakan aura canggung ayah dan anak ini.
"Kamu...?" Dirga memandang Dexter, seseorang yang belum pernah ia lihat dimanapun sebelumnya. "Dia temanku, Dexter." Geo yang langsung menjawabnya.
"Ini...buat hangatin, dan kalau teman kamu mau nginap ada kasur lipat dibawah tangga." Dirga langsung pergi begitu saja.
Tidak memusingkan kelakuan Dirga, Geo langsung menoleh ke Dexter seperti ada tenaga entah darimana dia berdiri dan menarik pundak Dexter. Kini posisinya Dexter berlutut sementara Geo memperhatikan belakang punggung Dexter.
"3 tahun ini lu perang?masuk militer? Apa gimana njir?!"
Ya di punggung Dexter ada banyak sekali bekas-bekas luka dengan berbagai macam bentuk sayatannya. Terdapat juga tatto di lengan dan pundaknya. Dexter melepaskan tarikan Geo dari pundaknya. "Kenapa kaget gitu?gue kan emang begini dari dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Enough
Teen FictionWarn : Ini mengandung beberapa adegan bromance/love platonic, Not BL. Jadi yg msh merasa kurang nyaman atau ga suka, silahkan tinggalkan. "Katanya Keluarga adalah kebahagiaan segalanya, katanya keluarga adalah tempat teraman, tempat berbagi suka ci...