☄️8

913 129 17
                                    

Seorang Geomara Airlangga memang tidak bisa mengendarai motor seperti remaja pada umumnya. Tapi kalau soal diajakin balapan tentu saja dia pernah. Oleh abang ojol tentunya.

Bila telat dan salip-menyalip di jalan sampai membuat jantung mau copot rasanya. Tapi hari ini. Dexter membawa sebuah pengalaman baru ke dalam hidupnya. Tidak, ini bukan konteks balapan atau salip menyalip.

Ini tentang bagaimana Dexter yang mengendarai motornya dengan sangat kencang, semua belokan tajam ia hadapi, polisi tidur pun ia hantam begitu saja. Astaga Tuhan! Lihat deh wajah hamba mu yang pucat ini belum siap ketemu engkau..

Ditambah jalanan yang sepi, benar-benar sebuah kesempatan untuk Dexter.
Berdoa saja mereka tidak bertemu polisi beneran di jalan nanti.

Dan akhirnya keadaan itu pun berakhir, Geo turun dengan kaki gemetar ia bahkan langsung jatuh terduduk di halaman rumah. Dexter membuka helmnya lalu menertawakan geo yang dilihatnya sangat lemah.

"Cuma segitu doang k.o lu itu emang anak soft banget ya?"

Geo menoleh ke arah dexter dan melayangkan tatapan mautnya. Apa-apaan manusia satu ini, dasar tidak pengertian kepada sesama manusia!

"Cuma orang-orang yang bersahabat dengan jalanan yang menikmati itu tadi dex! Dan tadi gw ga menikmati itu sama sekali! Makasih!" Karena kesal geo mengembalikan helmnya dengan kesal dan meninggalkan dexter disana.

Sesampainya masuk ke dalam Geo terkejut dengan adanya Tasya yang menangis dengan kaki dibagian lutut berdarah. Dari arah dapur Nyonya Arini datang membawa beberapa obat-obatan.

Geo tanpa diminta langsung membantu membersihkan lukanya, melihat datangnya geo, Tasya malah tambah menangis dan memeluk leher Geo. Menangis dan mengadu.

"Tasya kenapa?"

Dibelakangnya disusul Dexter yang baru masuk dan juga keheranan dengan keadaan yang ada. Drama apalagi yang dilakukan adiknya ini.

Masih sambil menangis, Tasya menceritakannya.
"Ak-kuuh... Didorong sama Arial!"

"Arial anak laki-laki dikelas kamu itu?" Tanya Nyonya Arini yang dibalas anggukan Tasya.

Lewat tatapan mata Geo bertanya pada Arini. Siapa Arial?

"Arial itu teman kelasnya Tasya, mereka emang jarang akur. Haduh... Bentar ya sya, mama telpon orangtuanya Arial."

Selagi menunggu kedatangan Orangtua Arial, Arini menyuruh Geo dan Dexter agar mengganti baju terlebih dahulu.

6 menit kemudian...

Tadinya niat Arini memanggil orangtuanya Arial adalah untuk mendiskusikan ketidakakuran dua anak mereka. Namun semua itu jadi bertambah kacau ketika Dexter tanpa kata langsung menarik kerah Arial, bocah kecil itu lantas menangis.

Geo langsung menarik lengan baju Dex, memisahkannya. Ayahnya Arial jadinya emosi.

"Bu! Apa-apaan ini? Anak ibu yang lembut sama anak saya!! Anak saya salah apa dikasari begini!"

"ANAK BAPAK SALAH! DIA DORONG ADIK SAYA SAMPAI LUTUTNYA BERDARAH GITU MASIH GA SADAR?!!"

Geo semakin menahan Dexter dan mencoba menenangkan Emosinya, Baik Arini maupun Geo sama-sama panik.

"Dex udah dex! Udah dong.. kita kan mau damai ih!! Mereka mau bicara baik-baik, kok lu nyolot sih?!" Ujar Geo sambil menatap dalam mata Dexter.

"Arial cuma anak kecil! Dia belum tau kesalahannya kalau ga ditegur baik-baik. Lu ga bisa tegur dia kayak tegur ke sesama preman gini, lu bahayain mental dia dex." Panjang lebar Geo berusaha memberi pengertian kepada Dexter.

Never Enough Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang