☄️21

803 98 19
                                    

Untuk hari-hari berikutnya Geomara tidak akan membiarkan orang lain dengan mudah melihat tubuhnya seperti Dexter, jangan berpikiran jauh. Geo masih cukup waras untuk tidak memperlihatkan ke orang lain lengannya yang penuh dengan bekas cakaran.

"Lu kayaknya lagi banyak pikiran ya ge?diem bae sampe makanan aja didiemin." Geo kembali memakan makanannya begitu ditegur oleh Edvin. Kantin sekolah sedang tidak ramai, tumbenan. Jadi sangat jelas bagi Edvin dan yang lain melihat wajah Geo yang lelah.

"Ga boleh loyo gitu meskipun kita sekarang remaja jompo, lu tetap harus makan." Edvin memberikannya beberapa potongan daging ayam yang memang sengaja tidak ia makan.

Geo tersenyum kecil kemudian berterimakasih. Seandainya saja ia bisa jujur kepada siapapun diantara sahabat yang ia percayai ini. Seandainya saja ia bisa terbuka kepada Edvin, Nanden atau Tirta siapapun itu. Apakah bebannya akan terasa ringan?

Setelah itu salah satu teman sekelasnya menghampiri meja kantinnya. "Ge, dipanggil ke ruang guru. Katanya Tante mu mau ketemu."


...o...

Harus Geo akui dia begitu takut untuk menghadap Tantenya. Ibu dari Jiorel, Rosa. Kembali Geo ingat bahwa wanita ini sangat memanjakan anak-anaknya, wanita dengan jejak pendidikan terbaik.

Tapi Geo entah kenapa selalu merasa rendah di matanya Rosa. Selalu segar diingatan saat dulu Rosa menjabarkan prestasi anak-anaknya dan merendahkannya secara halus.

"Saya lihat kamu masih bertahan,ya? Kamu pasti bekerja sangat keras."

Untuk mencukupi uang sehari-hari dan bayaran kosnya saja Geo bekerja siang dan malam. Geo tidak bisa membayangkan dan jangan sampai terjadi apabila wanita didepannya ini memutuskan untuk tidak membiayainya sekolah.

Namun bukankah Geo telah menjual ginjalnya sendiri ke keluarganya? dia tetap harus dan menebalkan wajah meminta bayaran.

"Tante mau apa?ga mungkin mau buang waktu hanya untuk tanya kabar." Geo mau cepat selesai, berlama-lama dalam satu ruangan dengan Rosa benar-benar mencekik nafasnya.

"Mungkin kamu sudah tidak melihat kita sebagai keluarga. Tapi Argi.. dia masih melihat. Dia mau kamu datang ke acara syukuran."

Argi, sepupu tertuanya. Kesayangan Nenek Tina ataupun Eyangnya. Geo berani bertaruh disepanjang hidupnya Argi tidak pernah kekurangan sedikitpun meskipun kedua orangtuanya wafat saat ia kecil. Karena perbedaan usia mereka hampir Geo tidak pernah atau mungkin tidak ingat kapan terakhir kali ia berbincang dengan Argi.

Yang ia ingat Argi selalu diam padahal ia tau kalau Geo tidak mendapatkan keadilan di keluarga, hal itu yang membuat Geo ikut membenci Argi.

Argi berhasil membuka usahanya sendiri, menjual makanan dan membuka ruko. Dan mungkin ia akan melihat Adrian bekerja disana untuk membantu-bantu.

Tibalah disini, Geo berdiri di depan Ruko yang akan menjadi tempat syukurannya. Melihat banyak kendaraan yang ia kenal, apalagi kalau bukan milik keluarganya yang lain?

Apakah ia berbalik dan mencari alasan untuk tidak datang saja? Geo terlalu memikirkan banyak ketakutan berada ditengah-tengah keluarga besarnya. Ia belum sanggup menghadapi wajah orangtuanya.

"Masih berani dateng ya? Untung Mas Argi yang undang. Gw sama yang lain mana mau ngundang lu balik, kan udah keluar kan?"

Secara spontan dan gemetar Geo menoleh ke belakang dimana ada Gendis dengan Auri dan juga ada Ruth, sepupu jauhnya.

Never Enough Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang