☄️33

359 63 7
                                    

Halo semua...
Sebelum berlanjutnya cerita ini aku sekali lagi inginnya menegaskan. Cerita ini bukanlah boys love, benar memang ada kata 'cinta' diantara tokoh.

Tapi itu adalah cinta platonik. keadaan ketika seseorang memiliki ikatan erat dengan yang lain, persis seperti rasa cinta, tetapi tanpa ada keinginan untuk saling memiliki dan bebas dari nafsu seksual.

Apa yang Dexter rasakan kepada Geomara adalah cinta platonik, cinta yang bebas dari nafsu seksual, cinta yang terbebas dari kata memiliki.

Aku menggambarkan hubungan mereka sebagai sepasang Soulmate. Apakah soulmate sama kayak pendamping hidup? mereka berbeda. Ada perbedaan antara belahan jiwa dan pendamping hidup, kalian bisa cari tahu di internet.

Lalu hubungan Dexter dan Claris?benar, Dexter mencintai Claris lewat perasaan kasihan. Bagaimana Dexter memperlakukan Claris sama dengan bagaimana ia memperlakukan Geo, hanya mungkin saja Dexter lebih mementingkan keadaan Geo karena kehadiran Geo itu seperti memengaruhi seorang Dexter.

Jadi sekali lagi aku harap tidak ada lagi kesalahpahaman, aku minta maaf jika ada yang merasa terganggu oleh tulisanku ini. Dan berterimakasih apabila ada yang masih membaca dan menunggu cerita ini.

.....

"Jiorel berencana kabur ke Amerika, serta mengajak gue." Tatapan matanya begitu tenang menyampaikan sebaris kata yang sudah ia rencanakan akan ia ucapkan hari ini.

Geo menunggu reaksi dari Dexter yang duduk di depannya. Beberapa menit yang lalu cowok berandal ini hilang kendali atas emosinya. Geo hanya menggigit bibir dan menabahkan hatinya menerima ucapan yang Dexter sampaikan dengan penuh rasa.

"Yakin ikut sama dia? Disini lu aja masih pontang-panting apalagi di Amerika sana."

"Makanya dia kerja, Jiorel juga manfaatin relasinya buat beasiswa dan sponsor."

Di sebuah halte pinggir jalan depan pemakaman keduanya berakhir tenang. Sementara rintik hujan membasahi jalanan aspal di depannya. "Ini keputusan benar? Sudah memikirkannya sepanjang malam?tahu apa konsekuensinya?"

Geo mengangguk sambil tangannya yang lain merapatkan jaketnya ke tubuh. Udara dingin dari hujan juga kehadiran Dexter tanpa senyuman disini, kali ini tidak terasa hangat untuknya. Dexter cuma diam menatap lurus air hujan di hadapannya saat itu. Bahkan sepertinya langit tidaklah menangis, langit sedang tertawa karena hari ini pendosa sepertinya menemui titik buntu.

Dexter tunduk dalam kebingungan dalam kepalanya. Teman terkasihnya akan pergi jauh meninggalkannya. "Ge...tahu ga? Saat gue telah kehilangan diri gue sendiri gue ga pernah sedih ataupun menangis. Tapi hari ini selain takut ditinggalkan untuk pertama kalinya juga gue baru merasakan gue takut kehilangan diri gue untuk kedua kalinya. Hidup gue saat lu datang, seperti ada keringanan. Bahwa saat nanti lu pergi, akan ada beberapa hal yang berubah lagi dari gue."

Geo menyentuh telapak tangan Dexter yang begitu dingin. Segera ia genggam rapat, "Dexter... Gua pergi bukan untuk ninggalin lu."

"Terus mau apa lu di Amerika sana?kalau berakhir sama aja, lantas apa bedanya disini maupun disana?"

Begitu banyak tanya yang dilemparkan ke hadapan Geo. Geo tersenyum lembut, bahkan jika sampai malam dia tetap disini untuk menemani Dexter, untuk menjawab segala pertanyaannya Geo pun mau.

"Disana gue mau... Apa ya.. mungkin mengganti nama?atau mengganti pikiran? Mengubah kehidupan menjadi baru. Amerika terlalu jauh?"

"Iya."

"Yang penting gua ga lupa jalan untuk kembali kan?"

Setiap burung-burung yang terbang melewati atas kepala mereka dan dedaunan yang terbang terbawa angin dengan Hujannya yang kecil. Dexter merengkuh sekali lagi jiwa paling hancur, paling hangat yang bisa menentramkan kehidupannya. Mendekap Geo jauh ke dalam sebuah perasaan berduka juga keikhlasan yang hari ini paling banyak ia gunakan.

Never Enough Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang