Kelar satu masalah dengan Jiorel. Kini Galang dan Geo pastinya harus memutar otak bagaimana menyembunyikan Dexter malam ini. Sangatlah tidak mungkin mereka membawa Dexter pulang ke rumahnya.
Itu hanya akan membuat keributan malam-malam yang akan berlanjut sampai ke pagi. Sementara saat ini keadaan Dexter juga.. kacau dengan alkohol. Galang sebenarnya kebingungan karena biasanya Dexter kuat dalam minum.
Awalnya mereka berusaha membawa Dexter ke tempat kerja Geo dan berusaha menyadarkannya disana. Tapi tidak berhasil.
"Ge.. maaf tapi kayaknya dia emang harus bermalam di kosan lu deh."
Jelas Geo menolak. Dia juga capek banget hari ini, masih ada kerjaan sekolah dan kerjaan rumah. Ditambah kalau ada Dexter... Kepala Geo langsung pusing membayangkannya.
"Ortu gw sama aja ge sumpah dah. Seenggaknya kalau di kos, nenek bisa diajak kerja sama. Lagian besok juga libur kan?"
Kalau begini adanya mau bagaimana?walau sepertinya Geo lebih ikhlas dia tinggalin Dexter dipinggir jalan. Bodo amat nih anak hilang atau gimana.
"Yaudah, lu yang bawa dia! Gw males ngangkut."
Emang cuma Galang sahabat yang mau kena repot sama Dexter. Geo sih ogah, eh mereka mah sama aja yakan.
Geo menyelesaikan jam kerjanya sementara Galang membawa Dexter ke kosan. Biarkan si dungu itu saja yang menjelaskan kronologi kepada si nenek.
Geo benar-benar tidak paham. Dexter selalu membawa masalah-masalah ke dalam hidupnya. Cowok itu selalu menempelinya dan agak.. ah Geo benar-benar menganggap Dexter adalah sebuah kesulitan.
.
.
.
.
.Geo sampai dirumah nenek pukul setengah satu malam. Masih ada Galang disana tapi dia langsung mau pulang dan berkata Dexter sudah ia urus dan sudah tepar di kamar.
Nenek tidak masalah katanya, Galang rupanya pintar menjelaskan dengan sedikit bumbu kebohongan. Entah harus Geo apresiasi atau tidak.
Geo membuka pintu kamarnya. Lalu mengganti bajunya dengan kaus putih tipis dan celana hitam selutut. Dia beranjak untuk membersihkan wajah dan menyikat gigi. Geo mungkin punya kebiasaan buruk dalam menyikat gigi.
Terkadang dia menyikat gigi terlalu kencang dan kasar. Sehingga membuat gusinya pun berdarah. Kebiasaan ini tanpa ia sadari sudah ia lakukan sejak remaja, saat dimana ia tidak tahu harus melampiaskan stres kemana.
Geo memuntahkan ludahnya yang merah tercampur darah.
Berusaha keras meyakinkan dirinya bahwa semua selalu akan baik-baik saja. Semua ini akan berlalu dengan semestinya selama ia terus bersikap baik kepada dunia.
Ini bukan tentang apa yang Dunia berikan kepadanya tapi tentang apa yang telah ia berikan ke Dunia.
Meski ia seorang yang miskin materi. Geo berusaha hidup dalam kekayaan hatinya.
Geo menyelesaikan bersihnya. Dia keluar dari kamar sebentar untuk mengambil air yang sudah dicampur garam. Guna mengobati gusinya, ia berkumur dengan itu.
"Kamu baru pulang?"
Geo menoleh ke belakang ketika Iko dan Ganes yang keluar kamar. Iya mereka sewa satu kamar untuk berdua, kamar yang lebih luas.
"Iya,mas.." jawab Geo seadanya.
"Tadi cucunya si nenek bawa-bawa orang gitu, temennya sih kayaknya. Tapi kok masuk kamar kamu..?" Tanya Ganes, ganes cuma memastikan bukan orang asing.
"Iya temenku. Itu yang jadi model foto nya mas iko."
"Oh dia!" Celetuk Iko.
"Aku udah berusaha hubungin dia tapi kok ga ada balasan ya? mau kasih tau kalau kita bisa mulai lusa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Enough
Teen FictionWarn : Ini mengandung beberapa adegan bromance/love platonic, Not BL. Jadi yg msh merasa kurang nyaman atau ga suka, silahkan tinggalkan. "Katanya Keluarga adalah kebahagiaan segalanya, katanya keluarga adalah tempat teraman, tempat berbagi suka ci...