Cumbu Mesra Berakhir Anemia

176 16 13
                                    


Hari ini adalah hari yang sangat melelahkan bagi aku. Aku memulai hari dengan mencari-cari suamiku yang tiba-tiba menghilang, kemudian aku pergi bekerja, setelahnya melanjutkan lagi pencarian suamiku season dua, kemudian aku menyerah dan pulang kerumah mertuaku. Aku dikejutkan dengan rumah mertua dan rumah kedua orang tuaku yang terkunci rapat, saat aku menghidupkan mobile dataku, banyak sekali pesan wa yang masuk yang mengabarkan kalau suamiku ada dirumah sakit. Jadi, karena untuk masuk kerumah saja aku sulit kuputuskan langsung saja pergi kerumah sakit. Bahkan saat diperjalanan saja aku harus diberhentikan oleh lampu dan adik-adik dari organisasi sosial yang meminta uang untuk penggalangan dana. Aku sudah capek, tuhaaaaan.

"Huuuuh," aku menghela nafas dengan panjang setelah aku memasuki ruang resepsionis rumah sakit.

"Selamat datang, ada yang bisa dibantu, Bu?" Tanya mbak-mbak yang sedang berjaga dibalik meja.

"Oh enggak, saya cuma mau mengunjungi pasien." Jawabku singkat. Bukan apa, aku udah tau mau jalan kearah mana setelah ini. Aku udah hafal rumah sakit ini, kamar bang Jaya juga aku tahu letaknya.
Aku berjalan lurus kemudian belok kiri, masuk ke kamar kelas 2, kenanga. Aku masuk dan semua anggota keluarga ku sedang bersila dilantai dengan beralaskan permadani punya mama.

"Assalamualaikum," seruku.

"Wa'alaikumsalam," jawab mereka berbarengan.

Aku langsung mengambil tangan mama dan bapak untuk bersalaman, kulanjutkan dengan tangan mertuaku, baru kemudian aku mendekati ranjang bang Jaya.

"Bang," panggilku. Dia sadar, hanya aja tatapannya sedikit melemah. Mungkin efek bisa si ular, mungkin.

"Ka," jawabnya dengan nada lemah.

"Masih sakit?" Tanyaku basa basi. Sebenarnya aku gak tau lagi harus ngomong apa. Kutolehkan wajahku kearah keluarga ku. Aku takut mereka curiga dengan interaksi kami yang sedikit kaku.

"Mendingan, kamu udah pulang?" Aku menghela nafas dengan pertanyaan dari bang Jaya. Kalau aku belum pulang gak mungkin akh disini. Eh, tapi kalau pulang kan harusnya pulang kerumah ya? Masa pulang ke rumah sakit sih. Eh, gak tahu lah.

"Ka, tadi Jaya udah makan sama minum obat, kata dokter juga nanti atau besok udah boleh pulang. Terserah." Kata Mamah menjelaskan.

"Iya, Mah. Alhamdulillah." Jawabku seadanya. Bingung ges mau reaksi kayak gimana.

"Kamu panik ya tadi. Mamah tadi suruh adik-adik(Mahmud dan Agus) kamu buat hubungin kamu. Terus katanya kamu gak aktif, jadi tadi Saman, sama Sanusi juga coba hubungi kamu, gak bisa-bisa. Bapak sama Mama kamu juga katanya kamu gak ngangkat telponnya." Jelas Mamah (mertua aku).

"Iya, Mah. Mamah sama yang lainnya udah makan siang?" Tanyaku masih dengan motif basa basi.

"Soal itu kamu gak perlu cemas, Rika. Kami semua udah makan kok, nanti juga makan malam disini lagi, males mau pulang kerumah. Nah, nanti malem kami mau pulang, terus kamu yang jagain suami kamu ya, besok kamu ambil ijin gak kerja ya, sekolah pasti ngertikannya kalau kamu ada urusan yang darurat gini."

"Iya, Mah."

Benar kata Mamah mertuaku, setelah selesai makan malam sekitar pukul delapan malam keluarga ku semuanya pulang kerumah masing-masing. Mereka janji akan jemput besok sekitar pukul sembilan pagi. Aku hanya menganggukkan kepalaku. Aku capek, aku pengen banget memeluk guling ku dan tidur hingga terbangun keesokkannya. Tapi apa dikata, setelah tadi pagi aku bekerja, saatnya aku kerja shift malam baca saja jagain sisuami dan gak bisa tidur nyenyak disofa maupun di lantai permadani.

"Rika...." Panggil bang Jaya.

"Iya, bang?"

"Kamu belum mau tidur?"

Fated To Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang