Simulasi

119 17 11
                                    

🌳🌳🌳🌳🌳🌳🌳🌳🌳🌳🌳

Sunyi. Keadaan dirumah sunyi banget. Mungkin aku yang bangunnya kesiangan. Tapi ini kejadian langka sih, bangun kesiangan dengan bang Jaya dipelukan. Hihi, alay banget sihh aku. Tapi beneran deh, seperti ada rasa bangga gitu di dadaku. Bang Jaya yang selama ini kelihatan gak pernah betah dirumah, kali ini bangun kesiangan sambil meluk istri. Ish, gemes deh!

Yap, meskipun aku gak rela kalau ngaku udah jatuh cinta ke preman ini, tapi siapa yang gak suka kalau dikasih suami ganteng seperti ini, kan? Entah ini namanya mengambil kesempatan dalam kesempitan atau bukan, aku mulai mengangkat tanganku yang bebas untuk membelai pipi bang Jaya. Kulitnya agak kasar karena tidak pernah dirawat. Tapi, meskipun bang Jaya kerja serabutan, dia adalah kuli yang paling ganteng yang pernah aku lihat. Ehem, kalau doi dengar aku dari tadi muji-muji dia, bisa besar kepalanya.

Tanganku mulai turun untuk meraba lengannya yang berotot. Ehem, agak malu sih, tapi ini enak banget, ehem. Hati berasa tenang, karena hanya dengan nyentuh lengan berototnya bang Jaya aku merasa dilindungi.

Bang Jaya membuka matanya dengan perlahan, aku panik dong, segera ku tarik tanganku. Kemudian dia bangkit dari ranjang menuju toilet. Huh, padahal aku udah ngebayangin adegan-adegan romantis sebelum dia bangkit dari ranjang. Oke, besok-besok kalau dia bangun kesiangan lagi, aku grepe-grepe aja badannya. Yap, aku udah bertekad! Astaghfirullah, segera ku pukul kepalaku, kenapa aku jadi mesum begini sih?? Astaghfirullah...!

Huft, hari ini aku harus ke rumahnya Bu inem jam sebelas. Berarti aku harus bawa motor sendiri dong, yahh, padahal udah kangen diantar sama bang Jaya.

Ku raih handphoneku, jam enam pas, nanti aja deh bangkit dari kasur, kalau bang Jaya udah keluar dari toilet. Iya bang lama-lama aja di toilet, aku masih mau rebahan sebentar.

Kriett, bang Jaya udah keluar dari toilet. Mukanya biasa aja, apa dia gak sadar ya tadi habis ku grepe-grepe lengannya?

Dia kembali berbaring ke ranjang, dan memeluk diriku. Ehem, dari mulutnya tercium aroma mint, seger banget. Dia kemudian mengecup keningku, lah, Bang Jaya kesurupan apa nih? stop bang, aku gak kuattt!! Kemudian tatapannya turun ke bawah, ke bibirku. Bang, jangan cium aku sekarang, mulutku masih bau jigong, lah Abang sih enak, udah gosok gigi, lah kalau aku belum!! Daaaann, bibirku dikecup pemirsahhh.

Ku layangkan tatapan syok kearah bang Jaya. Bau gak bang mulutku? Bang Jaya hanya tersenyum miring. Kemudian dia mencengkram kedua lengan atasku sambil meremasnya. Bang, istighfar bang! Gak baik balas dendam ke istri.

"B-bang, berhenti bang!" Ohh, pengen banget aku menjerit-jerit keenakan. Tapi aku harus jaga image dong! Masa cuma diginiin udah keenakan?

"Hm," bang Jaya menghentikan remasannya. "Apa! Gak boleh? Tadi kamu udah perkosa lenganku, loh." Katanya, nyebelin.

Ternyata dia sadar kalau tadi aku belai-belai sedikit. Untung dia gak bisa baca pikiran, huuh.

Tangan bang Jaya bergerak meremas lenganku lagi. Setelah kutanya alasannya, bukannya malu, dia malah bilang kalau ini sama dengan simulasi remas t*tek. Dasar manusia cabul!

Aku kembali terbangun dari tidurku, gara-gara lenganku dijadiin bahan simulasi, aku keenakan sampai tidur lagi. Masih setengah sadar, aku lihat bang Jaya masih meremas lenganku walaupun kali ini lebih pelan.

"Bang, jam berapa sekarang?" Tanyaku.

"Em, jam 07.00," katanya. Hah, gapapa lah ya aku telat hari ini. Aku segera bangkit dari ranjang menuju toilet.

****

"Ah Bu Rika, tumben hari ini terlambat?" Kata Pak Andi. Beliau sedang mengajar anak-anak kelas VII bermain bola voli.

Aku segera melapas helm-ku dan memasukkannya ke dalam jok motor.

"Ahh, iya nih. Tadi ada urusan sebentar. Oh, Pak Andi lagi pakai baju baru ya, agak keliatan segar gitu, loh. Hehe."

Pak Andi menggaruk kepalanya. Kemudian menutupi sebagian bajunya dengan buku absensi. Lagi lawak pak?

"Ah ini, gak baru-baru amat kok, Bu Rika. Tapi, mata Bu Rika tajam juga, ya? Hehe."

"Em, saya permisi dulu ya, Pak Andi. Saya mau ke ruang kantor."

Aku kembali mendekati motorku yang terparkir di dekat lapangan voli untuk mencabut kunci motor. Kemudian berjalan melewati Pak Andi sambil menyapanya sekali lagi, tapi heels-ku agak aneh deh. Jadi gak nyaman lagi. Dan,

Prak.

Patah, heels-ku patah. Untung Pak Andi memegangi lengan kananku agar aku gak terjatuh. Tapi...

"Lengan-simulasi-bang Jaya." Gumamku.

"Apa, Bu Rika? Bu Rika bilang sesuatu?."

Aku segera menyentak tangan Pak Andi hingga terlepas.

Alhasil, wajah Pak Andi kelihatan binggung dong. Habis gimana lagi, masa aku harus jelasin ke dia alasannya, sih? Owemji helowww.

"Ah, maaf Pak Andi gak sengaja,"

"Iya, gak apa-apa kok, Bu Rika. Em, sepatu ibu sepertinya rusak, di bawah meja saya ada flat shoes, untuk sementara pakai aja Bu,"

"Saya gapapa kok pak, nanti saya pinjam sendalnya Bu Azizah aja."

"Ya udah kalau gitu, lain kali hati-hati ya jalannya bu."

"Iya, Pak Andi. Saya pergi dulu, hehe."

Ya ampun, apa lagi sih ini. Pagi-pagi udah main drama aja aku sama Pak Andi. Huuh, mana banyak lagi muridnya Pak Andi. Kalau aku digosipin yang aneh-aneh gimana nih??
Ini lagi, sepatu butut!

Ahh, aku punya ide. Hehe.

****

"Assalamualaikum bang, ini aku, Rika."

"Mau berapa?"

Anj*i! Mau berapa, katanya? Bang Jaya ini peramal atau dukun beranak? Tau aja deh, aku lagi butuh duit buat beli sepatu baru.

"Ehm, aku mau 80 juta, bang. Kayak seleb yang pernah viral waktu itu, Vanessya angela."

"Hmm, mau apa, Ka?"

"Haa, gitu kan lumayan enak dengernya. Btw, bang Jaya pulangnya jam berapa?"

"Malem."

"Oh~, tadi aku udah ke warteg yang disimpang empat itu, wartegnya Bu... Bu siapa tuh? Pokoknya lah. Bang Jaya gak ada, te-"

"Rumah sakit."

"A-apa bang? Rumah sakit, siapa yang sakit?!"

"Tutt-"

Sambungan telepon terputus, dasar bang Jaya! Ku hempaskan handphone ku ke atas kasur, enggak deh, ku letakkan hapeku dengan lembut ke atas kasur. Kalau denger suaranya bang Jaya tadi, kayaknya dia lagi sehat wal Afiat, deh. Tapi siapa yang tau kan, bisa aja dia terluka di bagian kaki atau tangan? Atau dia lagi ngunjungin temennya yang lagi dirawat dirumah sakit?

Semoga aja yang kedua deh.

Atauuu, si bintang iklan sampo suns*lk yang jual gado-gado itu yang sakit, truss bang Jaya yang gatel mau nungguin dia!!!

Aku harus ke sana!

🌳🌳🌳🌳

Harus ke sana sih, Ka.

Luvv you, all❤️❤️

Fated To Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang