"Rika, kobokannya mana??" Tanya bapak.Aku lagi sibuk mengoseng sayur kecambah yang ku campur dengan sawi. Ih dasar laki-laki! Pada males semua, kerjaannya cuma nyuruh-nyuruh aja.
"Bang, ambilin bang! Aku lagi sibuk, nih!" Kataku ke bang Jaya yang lagi duduk di dimeja makan berhadapan dengan bapak.
"Udah, nanti aja!" Kata bapak yang otomatis membuat bang Jaya batal mengambil air kobokan. Ya ampun! Ku lihat mama hanya cengengesan gak jelas.
"Kamu lagi kerja apa akhir-akhir ini, Sanjaya?" Tanya bapak yang pastinya ditujukan ke bang Jaya.
"Em, gak banyak, pak." Jawab bang Jaya.
Eleh, jawaban apaan tuh. Gak nyambung banget bang Jaya, ditanyain kerja apa, jawabnya 'gak banyak', Wek.
"Apa aja?" Tanya bapak, lagi.
"Kemaren panen semangka tahap tiga, bawa ke desa Sukamaju. Tadi panen jengkol, tapi belum dijual, mungkin besok? Biar Agus yang jualnya. Bapak mau makan jengkol?" Kata bang Jaya.
"Mau... Tapi yang masih muda. Buat lalap."
" Em, itu udah tua, pak. Tapi masih belum bisa dibuat rendang."
"Oh, gak usah kalau gitu."
Mereka sempat terdiam beberapa saat, karena bapak yang asik menyesap rokok kreteknya. Kalau bang Jaya cuma diam-diam aja. Kayaknya dia gak berani merokok didepan bapak, wkwkwk. Aku memasukkan osenganku ke dalam mangkok.
"Kamu gak ada rencana daftar pernikahan ke KUA?"
"Saya gak tau, pak." Jawab bang Jaya kelewat santai.
"Keh, kamu gak punya hape? Lihat itu dihape kamu, gimana cara daftar nikah ke KUA, gitu. Anak muda jaman sekarang serba gak tahu. Saya tahu kamu gak ada tamatan sekolah, tapi Rika kan udah jadi guru SMP, dia juga gak ada kasih tahu kamu?" Tanya bapak.
Aku diam, emang salahku kayaknya ini. Bang Jaya cuma menggelengkan kepalanya. Dasar gak ada inisiatif!
"Besok-besok kamu pergi dengan Rika ke kantor KUA kecamatan, daftar nikah. Suruh Rika buat lengkapi berkas-berkasnya!" Perintah bapak.
"Iya, pak." Jawab bang Jaya seadanya.
"Setelah kamu dengan Rika selesai nikah di KUA, kamu Adain pesta pernikahan yang mewah, ya! Kamu gak lupa kan, kalau bapak itu kepala Dusun sini, bapak punya banyak kawan di kantor desa, belum lagi di luar desa ini. Belum lagi itu, keluarga dari mamanya Rika, belum keluarga dari saya, dan keluarga dari pihak kamu. Ha, temen-temennya Rika dikantor. Belum lagi itu, apa? Ee... Temen kuliahnya Rika. Temen SMA nya, temen SMP Sampek temen SD. Mereka harus tahu, kalau anak tunggal saya, Rika, udah nikah. Kamu gak keberatan, kan?"
Aku menahan napas sebentar satelah dengar permintaan bapak barusan. Gila ya, enteng banget bapak ngomong kayak gitu, berasa udah pro aja. Bang Jaya masih belum bereaksi apa-apa, dia pasti lagi mikirin duitnya dapat darimana?.
"Iya, pak. Gak keberatan."
Tuh kan. Eh, apa tadi? Gak keberatan? Duitnya mau dapat dari mana bang?? Sama gilanya bapak dengan bang Jaya ini. Kalau ngomong itu bawaannya asal ceplos aja.
"Hem, kemaren itu kalian baru nikah dibawah tangan saya. Itu sama aja seperti nikah siri. Jadi, kalau kalian bertengkar dan kamu bilang mau talak Rika dan ada saksi disitu, itu tandanya kalian udah sah bercerai, dan perceraian itu gak bisa dibawa ke pengadilan, itu tandanya apa? Itu tandanya Rika yang dirugikan. Kalau gak bisa dibawa ke pengadilan otomatis Rika gak bisa dapat harta Gono gini dari pihak laki-laki." Jelas bapak ke bang Jaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fated To Love You
Literatura FemininaDEWASA 1821+ "Satu kali lagi ya Sanjaya. Tenang aja nggak usah buru-buru" kata pak RT dengan wajah gelisah. Heleh dia yang nyuruh tenang. Tapi wajahnya bikin meriang. "Saya terima nikah dan kawinnya Rika Zulaikha Al Azalia binti Abdul Manab dengan m...