Test Drive

136 16 2
                                    

Happy reading 🌚

Sudah tiga hari setelah keluar dari rumah sakit. Dan hari ini kabarnya keadaaan bang Jaya yang masih lemes. Dih si Abang, alay banget, ikut-ikutan trend lemes besti, lagi.

Krieet.

Aku keluar dari kamar mandi yang terdapat di dalam kamar hanya dengan handuk setengah badan yang melilit. Ehm, udah biasa gini kok, ehm. Kuabaikan bang Jaya yang masih terbaring lemas tanpa atasan di atas ranjang.

"Ka, kamu ke sekolah hari ini?" Tanya bang Jaya dengan muka lesu.

"Iyalah, bang. Aku kan harus kerja mana suamiku sakit-sakitan lagi." Kupasang ekspresi jutek, cuma bercanda kok.

"Keh, emang aku gak bisa ngasih kamu makan, apa?!" Jawabnya dengan nada marah. Gak tau beneran apa pura-pura?

Aku memilih diam dan melanjutkan memasang bra dan celana dalam didepan bang Jaya.

"Handuknya coba lepas dulu, kan jadi susah pasang kutangnya." Kata bang Jaya sok menasehati.

"Iya-iya," kataku niat menggoda bang Jaya.

Perlahan-lahan aku menarik lilitan handukku dan melemparkannya ke sembarang tempat. Kulihat ekspresi mupengnya bang Jaya. Dengan tubuh yang hanya memakai bra dan celana dalam, kulangkahkan kakiku menaiki ranjang, mendekati bang Jaya dengan menggesekkan lututku ke spray. Kemudian mendudukan badanku tepat diatas benda keramat bang Jaya.

"Ugh," bang Jaya melenguh pelan.

"Kenapa, bang?" Tanyaku sok polos.

Lucu banget sih ekspresi nya bang Jaya, tersiksa banget. Kalau kayak gini mah, rela aku terlambat ke sekolah.

Ku belai leher bang Jaya dengan tangan kiriku.

"Ekh, Kaa!" Protesnya.

Ku angkat kedua tanganku, kemudian memasang ekspresi se seksi mungkin. Mungkin seksi?

"Bang, ketekku udah glowing kan? Aku pakai krim pemutih ketek yang viral di tikitoko ituloh... Bagus kan ketekku?" Tanyaku.

"Hmh, cantik." Pujinya sambil mendesah.

Kulanjutkan aksi dengan meraba-raba dada telanjang miliknya.

"Engh, Kaaa~." Eh merdu juga suaranya bang Jaya cocok nih jadi penyanyi stripteas, eh penyanyi organ tunggal maksudnya.

Tiba-tiba bang Jaya menggoyang-goyangkan bokongku yang masih terduduk di atas benda keramatnya. Jujurly, ada getaran-getaran aneh yang mendatangi tubuhku.

"B-bang?"

"Shhtss."

"Bang, 'ini' kamu ngembang gede!"

"Bodohh!!" Umpatnya.

Kemudian dia bangkit lari dan masuk ke dalam kamar mandi yang terdapat didalam kamar kami. Ya udah, aku kembali melanjutkan bersiap-siap untuk kerja.

Dasar bang Jaya, bininya secantik ini aja gak pernah di ajak belah duren. Dasar homo!

****

Tet teet teeeet.

"Assalamualaikum," sapaku ke anak-anak.

"Wa'alaikumsalam, Bu." Jawab mereka dengan serempak.

"Selamat pagi,"

"Pagi, Buu."

"Selamat pagiiii?!" Tanyaku sekali lagi karena respon anak-anak lemes banget.

"Pagiiiii!" Jawab mereka sedikit emosi.

Fated To Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang