Pagi itu, dikediaman keluarga pak Ahmad yang tenang dan sunyi bagai di kuburan. Aku pikir, aku dan bang Jaya bisa berpisah untuk selamanya, tapi ternyata cuma butuh waktu 3 hari pak Ahmad, Bu Ahmad dan bang Jaya untuk meluluhlantakkan isi hati aku, dasar b*******!
Jadi keinget apa yang pernah temen-temen katakan kalau semua manusia yang good looking akan dimudahkan 50% permasalahan dari hidupnya, dasarnya aku yang bego setelah 3 hari pisah rumah dengan bang Jaya akhirnya di hari ketiga kedua orang tua bang Jaya datang ke rumah untuk membujuk aku yang sudah ngambek dan kabur dari rumah untuk kembali ke rumah terkutuk itu lagi. Karena merasa gak sopan dan urat maluku yang belum juga putus, akhirnya aku pulang bersama mereka ke rumah mereka lagi. Ya udah deh nggak apa-apa pikir aku, mungkin memang aku dan bang Jaya itu masih jodoh, tapi masih sebel juga sih sama kehidupan yang kayak gini-gini aja, nggak ada perubahan, nggak ada perkembangan bahkan aku yakin bang Jaya itu sampai akhir hayatnya juga bakalan gitu sikapnya ke aku, nggak sopan, nggak pernah ramah dan perkataan dia yang selalu kasar ke aku, pasti itu nggak bakalan hilang.
Sekarang ya aku pikirkan itu cuma kerja pulang dan tidur. Aku nggak mau mikirin tentang perasaan aku yang lagi menye-menye gini dan aku juga nggak mau tergoda akan rayuan suami mencret itu. Awas aja kalu dia masih mau minta jatah, aku geprek tytydnya. Huh!
Krieet
Pintu kamar kami terbuka secara perlahan dan makin mendramatisir suasana. Lalu muncullah seekor manusia berspesies mencret yang wajahnya pernah berhasil membius janda anak satu penjual gado-gado di perempatan jalan. Ya, inilah dia bang Jaya... Jeng jeng jeng!"Kah, kamu kenapa ?" Tanyanya kepadaku. Mungkin dia terheran-heran setelah melihat sikapku yang berubah menjadi pendiam setelah sempat kabur dari rumah selama tiga hari.
"Bang, bisa nggak sih nggak usah ngomong dulu ke aku. Kamu nggak pernah mikirin perasaan aku? Aku lo itu udah capek menghadapi sikap kamu selama ini! Pikiran aku itu kacau, aku kalut, aku sensitif dan kamu pernah mikir nggak siapa yang buat aku kayak gitu? Kamulah orangnya, kamu yang bikin aku kacau." Ucapku semakin membuat atmosfer dimuka bumi ini memanas.
"Kenapa sih marah-marah, lagi PMS? "Tanyanya setelah berhasil melepas baju kaosnya yang dipenuhi dosa-dosa itu dan menggantinya dengan kaos yang masih bersih dari lipatan lemari hingga bertelanjang dada didepan Dewi kahyangan yang super suci ini, ah udahlah capek bikin kata-katanya, pikirku.
"Tuh kan, aku kayak gini aja kamu anggap bercanda, kamu anggap aku lagi PMS. Aku tuh capek bang, mulai sekarang aku bakal anggap kamu nggak ada, aku nggak mau lagi layani kamu, karena apa? Karena aku pulang ke rumah ini itu, bukan karena kamu, tapi karena aku masih punya harga diri."
"Terserah kamu Rika." Balasnya lelah.
Setelah mengucapkan itu dia keluar dari kamar dan gak berapa lama terdengar suara motor butut yang mulai jauh. Maaf ya bang, kali ini aku nggak akan merendahkan diri lagi. Aku akan tegas ke kamu. Aku tahu selama ini kamu cuma baik ke aku kalau kamu ada maunya aja. Kita tunggu aja, setelah kamu bosan sama sikap aku yang kayak gini terus kamu bakalan tinggalin aku dan kembali ke mantan kamu yang gatel itu.
Kamu pikir aku itu burung ruak-ruak yang nggak bisa terbang apa? Kamu salah besar, meskipun burung ruak-ruak tidak pernah terlihat terbang tapi kamu nggak tahu kalau burung ruak-ruak itu bisa terbang bahkan bisa meluncur seperti roket. Mulai sekarang jangan pernah menilai seseorang dari penampilannya saja karena kita nggak akan tahu bagaimana orang orang itu sebenarnya.
***
Tepat pukul tujuh pagi, aku udah sibuk memarkir kan motorku didepan kantor guru SMP Mulia Bakti Sosiologi Sastra Pendidikan ini. Kemudian berlenggak lenggok menyusuri lorong menuju kantor guru hingga duduk di kursi yang busanya udah tipis ini."Eh Rika, kok datang-datang mukanya murung gitu? Kamu lagi ada masalah ya?" Tanya Bu Elga kepadaku.
"Nggak kok Bu, emang lagi nggak enak badan aja." Kataku dengan penuh dusta.
"Jangan-jangan udah garis dua ini." Katanya sambil cengengesan.
"Ah enggak lah Bu." Kataku menyangkal perkataannya. Kulihat wajah Bu Elga yang sedikit terkejut.
"Loh, ibu Rika mau nunda dulu ya?" tanyanya.
"Mungkin kali ya?." Jawabku tidak jelas. Wajah Bu Elga semakin terlihat bingung. Seharusnya aku mulai berhati-hati saat menjawab pertanyaan yang sama. Agar aku gak terlihat bodoh, mana mungkinlah di usia 28 tahun, seorang wanita masih ingin menunda kehamilannya, mungkin setelah orang mendengar jawabanku yang seperti itu orang-orang akan berpikir bahwa aku ini penganut childfree alias penganut anak bebas eh bebas anak, eh pokoknya lah. Dan itu akan membuat masalah bakalan makin besar.
Aku mulai menghiraukan kehadiran Bu Elga, aku menyibukkan diri dengan tas dan bawaanku, aku gak ingin diganggu lagi, kepalaku sudah pusing dan hampir pecah. Saking sakitnya kepalaku rasanya aku tuh pingin pingsan sekarang juga, deh.
Aku bergegas berjalan menuju kelasku, saat tiba di lapangan aku gak sengaja berpapasan dengan pak Andi guru olahraga yang tampan itu yang kabarnya sekarang masih tetap setia menjomblo. Dia berlari ke arahku, mungkin. Dan berhenti sekitar satu meter setengah didepa aku, hehe.
"Bu Rika, gimana kabarnya hari ini? Saya dengar kemarin ibu mengirim surat pengunduran diri ya?" Tanyanya dengan wajah yang ragu.
"Ah, bapak dengar dari mana? Saya nggak mengundurkan diri kok. Lihat aja sekarang, saya masih pergi ngajar bukan?" Jawabku penuh manipulatif.
Pada kenyataannya kemarin aku sempat mengirimkan surat tersebut dan untungnya kepala sekolah masih menyayangkan aku buat pergi dari sekolah itu. Kayaknya takdirku memang mengajar di sekolah ini deh. Besok-besok aku nggak mau ambil keputusan dengan tergesa-gesa lagi, deh. Terutama keputusan dalam menikahi seseorang. Ehm!
"Oh, syukurlah kalau begitu Bu Rika. Saya sempat merasa tidak percaya, karena sangat disayangkan sekali kalau Bu Rika benar-benar mengundurkan diri." Katanya sambil tersenyum bahagia.
"Terima kasih pak Andi, pak Andi sangat baik, deh. Semoga jodoh pak Andi orangnya yang cantik dan berhati mulia seperti saya, amin." Kataku tidak nyambung dengan topik pembahasan.
"Amin bu. Eh kok jadi bahas jodoh saya? Kayaknya saya masih belum mau menikah, karena wanita yang saya cintai sudah menikah dengan orang lain." Kata pak Andi curhat dengan tidak jelasnya kepadaku.
"Oh begitu ya pak, semoga bapak masih melajang saat saya sudah menjanda deh ya."gumamku yang semoga saja tidak didengar dengan jelas oleh pak Andi. Aku merasa jahat karena mengharapkan pak Andi yang akan menggantikan suamiku yang gak tahu malu itu. Entah apa salah bang Jaya di masa lalu dan masa sekarang sehingga aku benci setengah mati kepada dirinya. Semoga setelah kami bercerai, bang Jaya mendapatkan istri yang sehati dan sesikap dengan dirinya. Amiinnn!
Aku bergegas karena ini memang udah telat. Saking bergegasnya, aku udah kayak lagi lomba jalan cepat ayo bahkan lari menuju kelasku. Semoga pak Andi tidak curiga dengan sikapku yang mulai aneh ini. Jangan tanya ke aku, gejala awalnya kayak gimana?
KAMU SEDANG MEMBACA
Fated To Love You
ChickLitDEWASA 1821+ "Satu kali lagi ya Sanjaya. Tenang aja nggak usah buru-buru" kata pak RT dengan wajah gelisah. Heleh dia yang nyuruh tenang. Tapi wajahnya bikin meriang. "Saya terima nikah dan kawinnya Rika Zulaikha Al Azalia binti Abdul Manab dengan m...