CHAPTER 25

86 15 1
                                    


***

Jangan lupa vote, komen dan share cerita ini ke teman-teman kalian.

Happy Reading👸

***

"Pak Agung, Jonan itu memang enggak berniat ikut Olimpiade ya?" Tanya Bu Maya di sela-sela istirahat makan siang mereka di ruang guru.

"Udah berkali-kali saya bujuk dia Bu, tapi dia tetap enggak mau," ujar Pak Agung setelah mengemas beberapa kertas ulangan di mejanya.

"Sayang banget ya Pak, kita punya murid yang IQ-nya tinggi begitu tapi dia enggak mau berpartisipasi dalam Olimpiade," tambah Bu Nata yang duduk tak jauh dari sana. "Di pelajaran saya, dia memang enggak pernah mendengarkan penjelasan saya, tapi sekali ditanya, semuanya dijawab dengan lancar. Sampai kadang saya mikir, mungkin level kecerdasan Jonan ini, udah bukan level anak SMA lagi."

"Saya juga berpikiran seperti itu Bu." Pak Bagus mulai ikut dalam pembicaraan. "Pernah waktu itu, sebenarnya sih saya cuma mau ngetes dia aja, jadi saya suruh dia jelaskan tentang Teori Mekanika Kuantum. Dan dia... menjelaskannya dengan sempurna. Mungkin Profesor Fisika pun akan kalah kalau disuruh berdebat dengan dia."

Pak Agung menghembuskan napas kasar. "Sebenarnya ada satu hal yang saya cemaskan dari kegeniusan Jonan."

"Maksud Bapak?" Tanya Bu Nata.

"Mungkin saja, Materi SMA sudah tidak cocok untuk orang sejenius Jonan. Mungkin dia lebih perlu pendidikkan khusus untuk orang-orang genius, bukan pendidikan biasa di sekolah formal seperti ini. Dan bisa jadi, sekolah formal membuatnya sulit berkembang. Yang saya lihat, Jonan itu seperti tidak tertarik dengan pelajaran SMA lagi, karena dia sudah bisa. Apa mungkin seharusnya kita beritahu hal ini pada orang tuanya?"

"Sebenarnya Pak, waktu melihat nilai Jonan di seleksi pemilihan kelas, kami udah tanyakan hal ini ke orang tuanya. Ya kan Pak Bagus?" Kata Bu Maya.

Pak Bagus mengangguk. "Sepertinya dia dimasukkan ke sekolah formal, bukan karena masalah pendidikan, dalam tanda kutip, pelajaran sekolah biasa. Tapi karena hal lain, ya sebenarnya saya juga enggak tahu apa hal itu." Pak Bagus menjeda kalimatnya. "Karena kalau soal pelajaran, mereka itu Alison Zhou loh, bahkan mereka bisa menyewa guru terbaik di dunia untuk mengajar anak-anak mereka. Pasti ada hal lain yang membuat mereka menyekolahkan anak-anaknya di sekolah formal."

"Benar Pak. Tapi apa ya alasannya?"

♡●♡

Jonan sedang memainkan ponselnya di dalam mobil sembari menunggu Mr. Fey kembali. Kini mereka sedang di Bandara Alison, menjemput seseorang yang sebenarnya tidak terlalu penting tapi sangat berguna di saat Jonan sedang kesulitan. Tadi Jonan ingin ikut keluar, tapi karena banyak orang yang berdesakan dan demi keamanan Jonan juga, Mr. Fey menyuruhnya untuk menunggu di mobil bersama Pak Dimas.

Jadilah sekarang Jonan dilanda kebosanan. Bibirnya terus saja bersenandung tak jelas, terkadang ia akan bernyanyi mengikuti alunan lagu dari radio mobil, setelah itu ia kembali memainkan game di ponselnya. Ia tidak menyangka menjemput orang di Bandara akan selama ini. Maklumlah, si Tuan Muda Alison Zhou ini selalu naik private jet saat sedang bepergian lintas pulau dan negara (kecuali waktu Jonan kabur ke korea). Jika private jet sudah mendarat, akan ada mobil yang menunggunya di sana, terkadang karpet merah juga digelar sepanjang jalan untuknya. Jonan tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya jika Jonan selalu berdesak-desakan dengan orang-orang itu.

Tok...tok...tok...

Jonan menoleh ke Jendela begitu mendengar suara ketukan dari luar. Dapat ia lihat seorang pria mengenakan kacamata hitam sedang kepanasan di luar sana. Jonan segera membuka pintu mobil itu untuknya.

Alison Zhou And The Beauty Easter | Series 2 Alison Zhou | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang