CHAPTER 36

104 13 6
                                    


***

Jangan lupa vote, komen dan share cerita ini ke teman-teman kalian.

Happy Reading👸

***

Kalia berjalan menuju sebuah pintu dengan langkah pelan, Gadis kecil berumur 8 tahun itu menarik handle pintu dengan tangan kecilnya. Ia mengintip sedikit untuk memastikan keadaan ruangan itu. Seulas senyum terbit di bibirnya saat melihat remaja lelaki yang sedang terlelap di atas kasur; siapa lagi jika bukan Abangnya, Keizio Antonie Alganendra, putra sulung keluarga Alganendra yang memiliki wajah rupawan.

Dengan perlahan Kalia menutup pintu, lalu berlari menuju Zio. "ABANG!" Pekiknya sambil cengengesan memeluk Abangnya yang tengah tertidur itu.

Zio langsung merasa risih setelah mendengar teriakan Kalia yang mengalahkan jam alarm-nya di pagi hari. "Ngapain lagi sih dek? Udah malam juga, masih aja ribut," kesalnya sembari melepas pelukan Kalia dengan kasar.

"Adek takut sendirian di kamar. Bunda sama Ayah belum pulang. Jadi Adek mau tidur sama Abang malam ini." Kalia langsung berbaring di sampingnya.

Lelaki berdecak kesal, kemudian mulai bergumam sebagai jawabannya. Itu hal biasa baginya, meskipun ia selalu mengizinkan Kalia di sana dengan setengah hati.

"Oh iya Bang, Adek punya cerita seru hari ini." Kalia kembali memulai pembicaraan. Kini gadis kecil itu sudah menghadap ke arah Zio.

"Cerita apa?" Tanya Zio dengan mata terpejam.

"Sekarang... Adek udah kelas 5!" Seru Kalia sembari menunjukkan kelima jari tangannya yang tampak mungil

Suara kekehan Abangnya mulai terdengar. Lelaki itu langsung membuka mata dan menoleh ke arahnya. "Adek Abang yang cantik, ini udah malam, jangan kebanyakan halu. Adek kan baru sebulan yang lalu naik kelas 3 SD, gimana ceritanya bisa langsung ke kelas 5?" Ujarnya sambil menepuk pipi adiknya pelan.

"Ceritanya itu..." Kalia melirik ke atas, tampaknya ia bingung bagaimana cara menjelaskannya, "Ceritanya... Adek juga Enggak tahu gimana ceritanya. Tapi kata Ayah, sekarang Adek udah kelas 5. Kata Ayah... Adek... loncat? Oh iya... loncat kelas. Karena Adek udah berhasil menang Olimpiade Matematika di Kanada kemaren," jelasnya dengan penuh semangat.

Lelaki itu masih diam mendengarkan.

"Ternyata ya Bang, enggak sia-sia Adek belajar sama Ayah. Mungkin kalau Adek menang Olimpade lagi, kita bisa satu sekolah Bang, kan kita bisa berangkat sama-sama, terus ke kantin sama-sama. Kan Bang?"

"Tidur Dek, udah malam." Suara Zio tiba-tiba berubah menjadi dingin. Ia berbalik memunggungi Adiknya.

"Tapi cerita Adek belum selesai Bang," ucapnya dengan bibir yang mengerucut.

"Tidur atau keluar?!"

"Iya Adek tidur. Selamat malam Abang."

♡●♡

"Apa ini Bang?!" Tanya Chris sembari melempar sebuah kertas di hadapan Zio. "Kenapa nilai Abang bisa serendah ini?!" Tatapan mata Chris penuh kekecewaan.

Angka 80 dengan tinta merah tertera jelas di sana. Bagi Chris, nilai 80 tidak ada artinya. Apalagi untuk orang segenius putranya itu, yang berhasil menempuh pendidikan SMP dalam waktu 2 tahun di Amerika dan memenangkan belasan medali emas dan puluhan medali lainnya dalam Olimpiade sains. Chris sungguh tidak percaya dengan apa yang dia lihat hari ini.

"Maaf Yah, Abang kurang fokus." Zio menunduk, tidak berani mengangkat wajahnya. Tangannya terkepal kuat di bawah meja.

"Ini pasti karena Abang ikut Geng motor itu kan?! Kemarikan kunci motor Abang!"

Alison Zhou And The Beauty Easter | Series 2 Alison Zhou | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang