CHAPTER 21

96 10 1
                                    

***

Jangan lupa vote, komen dan share cerita ini ke teman-teman kalian.

Happy Reading👸

***

Mobil yang ditumpangi Kalia berhenti begitu sampai di depan rumah mewah milik keluarga Alganendra. Kalia turun dari mobil dengan tergesa-gesa, ia harus segera menonton live streaming BCB sore ini. Ia sungguh tidak sabar untuk melihat wajah tampan Ray BCB di layar ponselnya. Kalia menebak-nebak dalam hati, menggunakan baju apa Ray hari ini? Apakah Ray mengganti warna rambutnya lagi? Jika benar Ray mengganti warna rambutnya, itu artinya BCB siap untuk comeback lagi.

Baru saja Kalia hendak menaiki tangga menuju pintu utama rumahnya, sebuah pemandangan tak biasa mulai menghentikan langkahnya. Pandangan Kalia terfokus pada Ayahnya yang berada di samping rumah sembari memindahkan barang-barang di kardus ke dalam tong alumunium yang biasa digunakan untuk membakar sampah.

Kalia mengernyit bingung, ia rasa Ayahnya tidak pernah membakar sampah sendiri. Sejujurnya, bahkan Kalia tidak pernah melihat Ayahnya pulang lebih awal di hari kerja seperti ini.

Tak ingin ditutupi rasa penasaran terlalu lama, Kalia melangkahkan kakinya menuju Chris.

"Ayah lagi ngapain?" Tanya Kalia langsung.

"Ayah lagi buang barang-barang yang enggak berguna di rumah ini," ucap Chris tanpa menoleh ke arah putrinya.

"Hah? Barang-barang apa..." Kalia menghentikan ucapannya saat melihat Chris kembali memasukan beberapa barang ke dalam api yang semakin membesar itu. "AKKHHH!" Pekik Kalia histeris saat melihat kobaran api sudah melahap album BCB edisi terbatas yang baru saja ia beli bulan lalu.

"KENAPA AYAH BAKAR BARANG-BARANG ADEK?!"

"Karena barang-barang ini enggak berguna buat pendidikan Adek!" Chris langsung menuangkan seluruh isi kardus ke dalam tong alumunium. Mulai dari album, photocard, lighstick, DVD konser, semua yang berkaitan dengan BCB sudah terbakar di dalam tong itu. Kalia hendak meraihnya, tak peduli dengan panas api yang akan membakar kulitnya nanti, tapi Chris lebih dulu menarik tangan putrinya itu.

"Dengar Ayah!" Chris menatap putrinya tajam, sembari memegang kedua bahunya. "Ayah enggak pernah nuntut Adek harus dapat peringkat 1 lagi bukan berarti Adek bisa seenaknya kayak gini. Berhenti main-main, 3 minggu lagi Adek akan ujian, bulan depan Adek udah harus mengikuti TOEFL. Tapi Ayah belum lihat peningkatan nilai latihan Adek. Semua ini pasti karena barang-barang enggak berguna itu. Ayah udah bilang sama Adek, kalau masih mau sekolah, berhenti main-main."

Air mata Kalia merebak keluar. "Apa salahnya kalau kita punya kesukaan lain selain pelajaran?"

"Salah! Karena sekarang sudah waktunya Adek persiapkan masa depan, bukan koleksi barang-barang enggak berguna seperti ini!"

"AYAH ENGGAK PERNAH NGERTI PERASAAN ADEK! Padahal Adek udah nurut semua kata Ayah, Adek udah menangkan semua Olimpiade yang Ayah mau. Tapi Ayah enggak pernah mau ngerti apa yang Adek mau," ungkap Kalia dengan air mata yang terus menerus jatuh di pipinya.

Chris menggeleng, tatapan tajam dibalik kacamata tebalnya itu tak teralihkan dari putrinya yang sudah terisak. "Ayah melakukan semua ini untuk masa depan Adek. KARENA AYAH ENGGAK MAU MASA DEPAN ADEK HANCUR!"

Tangan Chris terulur mengambil ponsel Kalia yang ada di saku tasnya. "Jangan harap ini kembali lagi sebelum Adek selesaikan semua ujian dan Essay yang Ayah minta kemarin," ancam Chris sembari menjauhkan ponsel itu dari Kalia.

Alison Zhou And The Beauty Easter | Series 2 Alison Zhou | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang