prolog

247 26 24
                                    

Playlist: Runtuh - Feby Putri Feat. Fiersa Besari 🎶

***

Dia sedang berjalan di hamparan ladang lavender, dengan balutan hoodie hitam yang membungkus tubuhnya. Juga sebuket bunga lavender di tangan kirinya, diiringi seulas senyum yang tak kunjung memudar dari bibirnya.

Wajahnya sama seperti bunga musim semi yang memanjakan mata, indah dan manis.

Langkahnya mulai berjalan memasuki gapura berlapis emas, dengan hiasan patung orang kudus di tepiannya. Kemudian, ia  berhenti begitu sampai di depan sebuah pusara yang sangat megah. Terlihat aksara Han terukir indah di atas batu nisan berwarna hitam itu.

Tak ingin berlama-lama, ia langsung meletakan buket bunga lavender itu di depannya, lalu menyalakan dua buah lilin putih yang tersedia di sana.

Perlahan Ia duduk, mengatupkan kedua tangannya, memejamkan mata, kemudian mulai berdoa.

Hembusan angin sepoi-sepoi, cahaya matahari yang tak terlalu terik, serta harum bunga yang tumbuh di sekitar pusara itu, menemaninya pagi ini.

Dua puluh menit berlalu, tangannya tergerak untuk membuat tanda salib sebagai penutup doa. Lalu mengusap air matanya yang jatuh tanpa permisi.

"Hai," sapanya sambil memandangi pusara itu. "Sorry... baru ke sini lagi sekarang. Akhir-akhir ini lagi sibuk."

Ia mulai tersenyum, lebih tepatnya senyum pilu. "Gimana rasanya di sana? Nggak kesepian kan? Kalau ngerasa kesepian, sesekali mampir ke mimpi aku, kita ngobrol di sana. Pasti seru banget bisa ngobrol bareng."

Tangannya mulai menulis-nulis tak jelas di atas rumput, dengan segala pemikiran yang kacau serta kebingungan yang sedang menyelimutinya saat ini.

"Banyak yang terjadi akhir-akhir ini, aku sampai bingung mau cerita dari mana. Beberapa minggu yang lalu, aku ketemu dia lagi. Dia cantik banget. Kamu pasti senang kalau ketemu dia. Katanya, dia pengen banget ketemu kamu. Kalian pasti bakalan cocok." Ia kembali tersenyum, tangannya mengusap batu nisan yang terbuat dari keramik itu.

"Tapi aku nggak akan biarkan dia ketemu kamu secepat ini. Tahan dulu ya, aku masih mau sama dia."

Mulutnya tak henti-henti menyuarakan keluh kesah, setiap untaian kejadian yang ia lewati akhir-akhir ini.

Sesekali air matanya menetes, namun ia tertawa setelahnya. Persis seperti orang gila yang berbicara sendiri. Tapi mau bagaimana lagi, ini adalah bagian dari rutinitasnya tiap tahun. Pergi ke tempat ini seorang diri, berbincang dengan seseorang yang sudah menyatu dengan tanah di bawah sana, hingga ia bisa merasa tenang.

Meski dalam hati kecilnya, ia sangat ingin berbicara langsung dengannya. Tapi sungguh disayangkan, sepertinya semesta tidak ingin mereka bertemu lagi.

***



"Jo serius nggak mau pergi?"

"Jo takut kecewain Papa, Ma."

"Lebih sakit kecewain diri kita sendiri, Nak. Karena hal paling sulit untuk manusia lakukan adalah memaafkan diri sendiri."

***

"Kata Mama, ada 2 tujuan orang bersekolah. Yang pertama, karena kewajiban. Yang kedua, karena kebutuhan. Lalu Kebutuhan dibagi menjadi 2 jenis. Kebutuhan akan ilmu dan kebutuhan akan nilai. Lo tipe yang mana?"

"Karena kewajiban. Kata Ayah, kalau gue nggak sekolah, gue nggak bisa jadi apa-apa. Makanya gue sekolah."

"Lo beruntung Kal. Sampai detik ini aja, gue nggak tahu kenapa Papa masukin gue ke sekolah formal."

"Kalau lo nggak masuk sekolah formal, kita nggak bakalan kayak sekarang."

"Mungkin kita memang ditakdirkan untuk bertemu hari itu."

"Untuk saling mengenal."

"Dan saling mengobati."

***

"Kenapa sih lo belajar terus? Terlalu banyak belajar bisa bikin gila."

"Lebih baik gue gila karena belajar, daripada gue harus gila karena dengerin omongan kalian!"

"Stres lo, periksa ke dokter deh. Gue takut lo beneran gila."

"Gue nggak perlu dokter, gue udah punya obat kok. Obat nggak harus dalam bentuk fisik kan? Bisa aja dia orang yang kita sayang."

***

"Memangnya pintar itu harus dapat peringkat 1 ya, Kak?"

"Pintar nggak berarti harus peringkat 1 di sekolah, lo cuma perlu tahu gimana cara berpikir yang benar, biar lo nggak gampang dibodohin orang-orang!"

"Tapi kenapa Bokap gue nggak pernah bangga kalau gue dapat nilai 90, padahal nilai gue paling tinggi di kelas."

***

"Gue nggak pernah mau di posisi sekarang. Gue mau hidup normal."
.
.
.
.
.
.
"Tatapan orang-orang selalu buat gue mau bunuh diri. Gue mau menghilang dari dunia ini!"
.
.
.
.
.
.
"Gue selalu nurut sama perkataan orang tua gue. Sampai gue lupa gimana caranya ikutin kata hati gue."
.
.
.
.
.
.
"Pergi, Nak. Kejar mimpi kamu, jangan kembali lagi kalau kamu belum berhasil."

***


"Sepertinya aku harus menunggu sedikit lebih lama lagi, atau mungkin aku harus merelakan semuanya."

"Apa pun itu, aku mau menjalaninya bersama kamu. Entah kamu harus menunggu atau merelakan, aku tetap ada buat kamu."

"Aku udah bilang sejak awal, aku nggak bisa hidup tanpa kamu."

"Sepertinya Tuhan memang mengirimkan aku ke dunia ini untuk mendampingi kamu."

"Dan aku yang akan selalu melindungi kamu. Sampai akhir."

"Sampai Tuhan bilang, tugas kita di dunia ini selesai."

"I love you."

"I love you more."

***

"Kenapa selalu ada telur di hari Paskah?"

"Peristiwa terpenting di hari Paskah bukan kematian-Nya, tapi kebangkitan-Nya."

"Maksudnya?"

"Dari telur Paskah, kita belajar tentang kehidupan."

"Kehidupan seperti apa?"

"Kehidupan kita ini ibarat sebuah telur. Jika dipecahkan dari luar, satu kehidupan akan mati. Tapi jika dipecahkan dari dalam, satu kehidupan baru akan lahir. Jadi, jangan sampai kekuatan dari luar menghancurkan kita. Tapi biarkan kekuatan dari dalam hati kita menghancurkan segala tembok penghalang, agar kita bisa lahir kembali menjadi pribadi yang lebih baik."

Paskah yang indah adalah kebangkitan, sebuah mukjizat yang membawa kita pada kehidupan baru.

Karena aku dan kamu berhak bahagia.

The Reason for My Euphoria 2

"Mencari alasan kebahagiaan, lewat sebuah filosofi singkat, berupa sebuah telur dan Paskah yang Indah."



***

Terima kasih sudah membaca cerita ini. Aku harap kalian suka.

Jangan lupa vote dan komen!
Satu Vote dari kalian sangat berarti buatku😊

Untuk yang susah memberikan vote dan komen, terima kasih ya.

Tuhan memberkati kalian semua.

7-11-2021

See you next part🤗

Alison Zhou And The Beauty Easter | Series 2 Alison Zhou | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang