CHAPTER 26

86 14 6
                                    


***

Jangan lupa vote, komen dan share cerita ini ke teman-teman kalian.

Happy Reading👸

***

Daren terbangun jam 3 dini hari karena kehausan. Dan dengan bodohnya, ia lupa mengisi botol minumnya sebelum tidur. Karena hal itu, dengan sangat berat hati, Daren terpaksa turun ke dapur untuk mengambil air atau kerongkongannya akan kering sampai pagi hari nanti.

Saat sudah menyelesaikan misinya dalam mengambil air ke dapur, tiba-tiba Daren teringat sesuatu hingga refleks menepuk keningnya sendiri.

"Oh iya, gue lupa cek Kak Iren udah tidur apa belum."

Daren bergegas menuju kamar kakaknya. Untuk melaksanakan tugas dari ibu Negara, yaitu memeriksa Kakaknya sebelum tidur. Meskipun terlihat sangat cuek, sebenarnya Daren sangat menyayangi kakaknya, hanya saja ya begitu.

Sesampainya di depan kamar Iren, Daren segera menempelkan telinganya di daun pintu. Biasanya Daren dapat mendengar suara Iren dari sana, apalagi Iren yang memang tidak bisa diam ketika sedang belajar.

Daren semakin menajamkan pendengarannya, "Kok enggak ada suara ya?" Gumam Daren.

Ia mencoba sekali lagi.

"Apa udah tidur?" Tanya Daren pada dirinya sendiri.

Tidak ingin terlalu lama di sana, Daren segera membuka pintu kamar Iren perlahan. Kening daren berkerut saat melihat kasur Iren yang kosong. Pandangannya beralih pada meja belajar Iren, mata Daren langsung membulat saat melihat Iren tertidur di sana. Daren harap Kakaknya benar-benar hanya tidur.

"Kak Iren tidur kan? Pasti tidur." Daren mencoba meyakinkan dirinya sendiri. Perlahan kakinya melangkah ke arah Iren seraya mengatur napas yang sekarang terdengar memburu. Apalagi detak jantungnya yang tidak beranturan.

"Kak Iren..." panggil Daren.

"Kak, Kakak tidur kan?"

Tangan Daren mulai menepuk pundak Kakaknya. Dapat Daren rasakan suhu tubuh kakaknya yang hangat, itu artinya Iren hanya tidur. Daren terlihat sangat lega.

Tapi kemudian Daren merasa ada yang aneh. Ia memeriksa suhu badan Iren sekali lagi.

"Kak Iren demam?"

"Kak?"

Tidak ada jawaban sama sekali dari Iren. Hal itu membuat Daren panik.

"MAMI!"

"PAPI!"

♡●♡

Hendriko dan Citra baru saja mendengarkan penjelasan Dokter tentang kondisi putrinya. Begitu melihat Iren yang lemas di meja belajarnya, mereka segera membawa Iren ke sebuah klinik yang tak jauh dari rumah mereka. Mereka tidak ingin mengambil resiko dengan pergi ke rumah sakit yang jaraknya cukup jauh.

Dokter mengatakan bahwa demam yang menyerang Iren saat ini merupakan gejala Tipes. Hal itu membuat Hendriko sedikit lega, tapi tidak dengan Citra.

"Kita bawa Iren ke rumah sakit Alison," kata Citra setelah berada di luar ruangan.

"Buat apa? Iren cuma Tipes, kita bisa rawat dia di rumah," ujar Hendriko.

"Enggak bisa Pi, Iren harus diperiksa secara keseluruhan. MRI, CT scan, rontgen, pokoknya semuanya. Mami enggak mau terjadi apa-apa dengan Iren," desak Citra.

Hendriko mengangguk mengerti, jelas ia mengerti tentang ketakutan istrinya. "Ya udah, kita bawa Iren ke rumah sakit umum di depan sana aja, biar lebih dekat. Kalau di Alison jauh banget Mi."

Alison Zhou And The Beauty Easter | Series 2 Alison Zhou | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang