CHAPTER 2

166 24 22
                                    

Playlist: Every End of The Day - IU🎶

***

Prabangkara, salah satu Yayasan pendidikan terkemuka di Asia yang terdiri dari tiga tingkatan, yaitu SD, SMP dan SMA. Di mana ketiganya sama-sama memiliki fasilitas lengkap dan berstandar internasional, segudang prestasi, terbukti dari ratusan piala, medali dan sertifikat yang tersusun rapi di salah satu ruangan dalam kompleks Prabangkara. Selain itu para alumni SMA-nya pun berhasil masuk kampus ternama Indonesia bahkan dunia dan bekerja di perusahaan-perusahaan raksasa.

Namun yang menjadi perhatian kali ini adalah, keributan yang terjadi di SMA Prabangkara, khususnya kafetaria yang terletak di lantai 2 gedung belakang. Semua Kafetaria di SMA Prabangkara tampak ramai, apalagi setelah ada pengumuman bahwa semua makanan di kafetaria, gratis selama satu minggu. Benar-benar gratis. Tentu saja hal ini tidak bisa disia-siakan begitu saja.

"Tumben banget ya ada gratisan hari ini," ucap Tian yang sedang menikmati makanannya di Kafetaria kelas 12. Sebenarnya orang tua Tian adalah pemilik maskapai penerbangan terbesar di Indonesia, namun tetap saja ia menikmati makanan gratis hari itu dengan senang hati.

"Enggak perlu bawa kartu Kafetaria kan kalau begini? Berarti aman uang jajan gue." Dito, bestie Tian yang tak kalah kaya itu sedang tersenyum senang sembari memeluk kartu persegi panjang berwarna biru tua.

"Memangnya sekolah ada acara apa Ren?" Tanya Cika dengan suara cemprengnya pada seorang gadis cantik dengan nam tag berwarna gold yang duduk di sebelahnya.

Name tag itu tampak sangat berkilau di dada kirinya, ukiran hitam yang menunjukkan namanya juga sangat cocok di sana, Irena Putri Kencana, anak pemilik sekolah yang sekalligus menyandang predikat juara umum nyaris 3 tahun berturut-turut selama masa SMA-nya. "Enggak tahu, Bokap gue enggak cerita apa-apa," jawab Iren sembari menggeleng, pandangannya kini tertuju pada gadis berkacamata dengan rambut panjang bergelombang yang duduk di depannya. Gadis itu terlihat pucat dan tidak bertenaga. "Woi Kalia, enggak makan lo?"

"Hah?" Kalia terlihat bingung sekaligus terkejut mendengar suara Iren. "Oh.. lagi males makan."

"Makan aja males lo, gimana mau sehat?" Celetuk Tian.

Kalia mendengus. Anak perempuan Profesor Matematika itu benar-benar tidak berselera makan sekarang. Banyak hal yang mengganggu pikirannya akhir-akhir ini. Mulai dari soal-soal latihan yang diberikan Ayahnya, ujian praktik yang sudah di depan mata, tugas-tugas yang sudah menumpuk, dan juga Jonan yang tidak pernah menghubunginya lagi.

Sikap Jonan yang tiba-tiba berubah sangat mengganggu pikirannya. Ia masih ingat saat pesta perayaan Natal di Mansion Alison Zhou sebulan yang lalu. Jonan bersikap sangat manis, bahkan mengajaknya berjalan-jalan di taman depan Mansion dan bercerita sampai lupa waktu. Tapi sekarang, Jonan seperti sedang menjauhinya.

Pernah waktu itu saat mereka tak sengaja bertemu di gereja, Jonan hanya tersenyum singkat saat melihatnya, lalu segera menjauhinya. Bahkan saat Kalia mengirimkan pesan padanya panjang lebar, Jonan hanya menjawab dengan beberapa kata.

Sekarang Kalia jadi memikirkan beberapa dugaan di otaknya. Pertama, mungkin saja Jonan memang tidak pernah berniat untuk mendekatinya sedari awal, dirinya saja yang kepedean. Kedua, ada beberapa perkataan Kalia yang menyinggung Jonan. Mungkin saja kan? Yang membuatnya bingung adalah, bagaimana cara mengetahui dugaan mana yang benar dan dugaan mana yang salah? Apalagi setelah melihat sikap Jonan yang seperti enggan untuk bertemu dengannya.

"Memangnya Kalia sakit lagi?"

Pertanyaan Cika langsung membuyarkan lamunan Kalia.

Tian mengangguk. "Drop lagi dia kemaren. Nyokap-Bokapnya pergi semua lagi, untung banyak ART di rumahnya."

Alison Zhou And The Beauty Easter | Series 2 Alison Zhou | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang