CHAPTER 34

102 15 3
                                    

Jangan lupa vote, komen dan share cerita ini ke teman-teman kamu.

Happy Reading👸

***

"Pada hitungan ketiga, buka mata kamu perlahan. Satu... dua... tiga..."

Iren langsung membuka matanya begitu mendengar instruksi wanita itu. Napas Iren tak beraturan, pipinya sudah basah karena air mata.

"Diminum dulu Ren," ucapnya lagi sambil memberikan segelas air pada Iren.

Citra dan Hendriko pun langsung menghampiri Iren serta membantunya untuk duduk di kursi. Iren memang meminta orang tuanya untuk menemaninya selama proses hipnoterapi pertamanya ini. Katanya, Iren takut tidak kuat.

"Gimana rasanya?"

"Rasanya lebih lega Dok," jawab Iren setelah menghabiskan minumannya.

Dokter itu tersenyum mendengarnya. "Kamu sudah melewati banyak hal. Kita akan obati pelan-pelan sampai kamu sembuh."

"Anak saya benar-benar bisa sembuh kan Dok?" Tanya Citra untuk kesekian kalinya.

"Biasanya para penderita post-traumatic stress disorder ini membutuhkan waktu lebih dalam proses pengobatannya, apalagi Iren sudah mengalaminya cukup lama, bahkan sampai melakukan percobaan bunuh diri. Perlu diingat bahwa trauma itu tidak bisa dihilangkan, tapi kita bisa meminimalisir gejala-gejalanya, sehingga Iren nanti bisa menjalani kesehariannya seperti biasa," ujar Dokter itu pelan.

"Apa trauma dan OCD Iren bisa diobati secara bersamaan Dok? Saya takut ini mengganggu aktivitas Iren. Sebentar lagi juga Iren ujian, apa perlu kami menunda ujiannya?" Tanya Hendriko beruntun. Setelah mendengar bahwa gaya belajar Iren yang berlebihan itu karena OCD, Hendriko berpikir untuk mengatur Ujian susulan Iren. Agar Iren bisa fokus pada kesehatannya terlebih dahulu.

"Karena ujiannya tinggal sebentar lagi, lebih baik diselesaikan saja dulu Pak. Supaya nanti saat selesai ujian, Iren bisa lebih fokus dengan kesehatannya. Tapi mulai dari sekarang, Iren harus belajar mengontrol diri agar tidak terobsesi pada nilainya lagi. Belajar secukupnya dan sempatkan diri untuk istirahat ya Ren."

Iren hanya diam. Ada rasa tidak nyaman dalam hatinya setelah mendengar hal itu. Namun Dokter itu hanya tersenyum. Ia mengerti betul, para penderita OCD selalu menganggap dirinya baik-baik saja, dan merasa tidak perlu diobati.

"Selama beberapa minggu menjelang ujian ini juga, stres Iren harus benar-benar dijaga," lanjutnya.

"Bagaimana caranya Dok?" Tanya Citra.

"Mulai dari sekarang, coba lebih terbuka dengan orang-orang di sekitar Iren ya. Hal itu bisa bantu Iren untuk lebih cepat sembuh. Lalu Iren juga harus coba hal-hal yang Iren suka lagi, biar pikiran Iren bisa lebih fresh. Nanti saya juga akan berikan obat anti depresan, tapi ingat... minum obat sewajarnya, jangan berlebihan."

Iren mengangguk sambil tersenyum.

Setelah mendengar tentang gangguan mental yang ia alami, Iren sedikit khawatir. Bullying yang Iren alami secara tidak langsung, serta perkataan buruk orang-orang yang Iren dengar sejak kecil, melekat erat di alam bawah sadarnya. Yang tanpa sengaja menjadi trauma tersendiri bagi Iren. Awalnya Iren hanya berusaha belajar untuk menutup mulut mereka, tapi ternyata hal itu justru menjadi obsesi yang kemudian bersifat kompulsif bagi Iren.

Orang dengan Obsessive-Compulsive Disorder atau OCD memiliki pikiran dan tindakan yang sulit dikendalikan. Jadi meskipun Iren ingin berhenti belajar, Iren tidak bisa. Perasaan takut dan pikiran yang kacau membuatnya sulit mengendalikan diri, hingga ia ingin terus belajar dan belajar.

Alison Zhou And The Beauty Easter | Series 2 Alison Zhou | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang