CHAPTER 35

92 14 3
                                    



Jangan lupa vote, komen dan share cerita ini ke teman-teman kalian.

Happy Reading👸

***

Fina terlihat sangat sibuk hari ini. Pesanan pakaian yang sudah menumpuk membuatnya terus saja marah-marah pada pegawainya. Sebenarnya tidak ada alasan khusus, Fina hanya masih kesal pada suaminya yang tidak pernah mau mendengarkannya. Dan Fina perlu seseorang yang dapat ia jadikan pelampiasan emosinya.

"Saya udah bilang dari awal loh, jangan pakai bahan yang ini untuk buat kebaya. Harus berapa kali lagi saya bilang?!"

"Ini lagi. Kenapa perpaduan warnanya jadi enggak sesuai gini, jahitannya juga enggak rapi. Ulangi lagi, ambil bahan yang baru. Sesuaikan warnanya. Saya enggak mau ya pelanggan komplen lagi."

"Yang untuk acaranya Bu Sandra yang mana ya? Udah selesai belum?"

"Belum semua Bu. Kita kehabisan bahan," ucap salah seorang pegawainya.

"Loh kok bisa kehabisan bahan? Masih banyak itu di gudang. Saya enggak mau tahu ya, pokoknya hari jumat harus sudah selesai!"

"Permisi Bu. Ada yang mau ketemu Ibu di luar."

Fina menatap tajam pegawainya itu. "Saya udah bilang kan? Hari ini saya sibuk. Suruh aja Katrin yang layani pembeli hari ini."

"Maaf Bu, tapi dia ngotot ingin ketemu langsung dengan Ibu."

Fina berdecak sebal. "Ih siapa sih? Enggak tahu apa orang lagi banyak pikiran gini?!" Fina berlalu keluar sembari menahan emosi.

♡●♡

"Itu Bu, orangnya di sana. Yang lagi pilih baju."

Pandangan Fina mengarah pada seorang pria yang tampak sibuk melihat-lihat baju di sudut kanan butik mewah itu. Dengan berat hati, Fina berjalan ke arahnya. Ia kira orang yang ingin menemuinya adalah salah seorang pelanggannya, ternyata dugaannya salah.

"Permisi, saya dengar tadi anda mencari saya. Ada perlu apa ya?" Fina berusaha seramah mungkin.

Pria yang sejak tadi membelakangi Fina, kini membalikkan badannya perlahan. Ekspresinya terlihat sangat gugup dan ragu, terlihat jelas dari sorot mata di balik kacamatanya itu.

"Bunda."

Tangan Fina bergerak menutup bibirnya yang sedikit terbuka. Kini matanya berkaca-kaca, jantungnya berdetak begitu cepat. "Abang?"

Pria itu mengangguk bersamaan dengan air mata yang jatuh tanpa permisi.

Tak ingin berlama-lama lagi. Fina langsung memeluknya erat sambil menangis. "Anak Bunda pulang?" Tanya Fina di sela tangisannya.

"Maafin Abang Bunda. Maaf Abang pergi waktu itu." Pria itu terisak dipelukan Bundanya. Bunda yang ia tinggalkan 7 tahun yang lalu.

Fina menggeleng kuat. Ia tidak peduli lagi dengan tatapan para pembeli serta pegawai di butiknya. Yang paling penting sekarang, Putranya sudah berada dalam pelukannya lagi. Dia kembali setelah pertengkaran hebat 7 tahun yang lalu. Keizio Antonie Alganendra sudah kembali padanya.

"Abang minta maaf Bunda," lirih Zio untuk kesekian kalinya. Mungkin kata maaf saja tidak dapat menghapus segala penyesalannya. Tapi ia tidak tahu harus bagaimana lagi. Hanya kata itu dapat mewakili semuanya.

"Abang enggak perlu minta maaf Nak..."

"Tapi Abang udah pergi waktu itu. Abang udah salah Bunda." Zio memeluk Bundanya semakin erat. Ia benar-benar telihat sangat menyesal. Ia kira Bundanya akan menyebutnya anak Durhaka atau menamparnya sekarang. Tapi yang dilakukan Fina malah sebaliknya. Fina memeluknya erat, persis seperti dulu. Tidak ada yang berubah. Fina masih tetap menjadi Bundanya.

Alison Zhou And The Beauty Easter | Series 2 Alison Zhou | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang