CHAPTER 39

115 14 0
                                    


***


Jangan lupa vote, komen dan share cerita ini ke teman-teman kalian.

Happy Reading👸

***

"Permisi."

Sudah sekitar 5 menit Zio berdiri di depan rumah megah ini. Pintu rumah berwarna putih dengan bordiran emas itu terbuka lebar, tapi Zio menahan diri untuk masuk. Padahal para penjaga di depan telah mempersilakannya masuk begitu tahu identitas dan maksud kedatangan Zio ke rumah ini. Zio ingin terlihat sopan di mata sang pemilik rumah nantinya.

"Permisi," panggil Zio sekali lagi. Sembari menekan bel yang ada di sebelah kanan pintu.

"Iya."

Zio dapat mendengar suara sahutan dari dalam rumah, bersamaan dengan suara derap langkah yang semakin mendekat. Seorang wanita yang sudah tidak asing lagi bagi Zio, menghampirinya sambil tersenyum.

"Eh Zio, tumben ke sini. Ada apa?" Tanyanya ramah.

"Ini Tante, Bunda suruh antar baju ke sini. Katanya pesanan Tante minggu lalu." Zio memberikan paper bag yang ada di tangannya.

"Oh iya, Tante lupa kalau minggu lalu pesan baju tempat Bu Fina. makasih loh ya." Wanita itu mengintip sedikit isi paper bag itu lalu tersenyum ke arah Zio.

Sembari membenarkan letak kacamatanya Zio berdehem singkat sebelum membuka topik baru,"Saya juga sekalian mau jemput Iren, Tante. Semalam udah janjian mau pergi hari ini, itu pun kalau Tante bolehin sih," ujar Zio setelahnya sambil tersenyum manis.

"Mau pergi sama Iren? Oh boleh banget. Ayo masuk, biar Tante panggilkan Iren dulu."

Zio bersorak dalam hati, selangkah lagi untuk mencapai tujuan utamanya datang ke rumah ini. Ia tahu bahwa ia pasti bisa mendekati Iren lagi lewat keluarganya.

♡●♡

Pria berkacamata itu dibawa ke ruang keluarga oleh Citra. Di sana sudah ada Hendriko yang sedang membaca buku. Zio jadi sedikit gugup, tapi ia harus melancarkan rencananya hari ini.

"Zio duduk dulu di sini ya, Tante panggilkan Iren dulu di atas," ujar Citra dengan lembut.

"Siapa ini Mi?"

Pertanyaan Hendriko membuat Citra menghentikan langkahnya.

"Ini loh Pi, anaknya Profesor Chris yang waktu itu Mami ceritain. Dia ada janji sama Iren. Udah ya, Mami mau panggil Iren dulu." Citra melenggang pergi dari sana.

"Oh. Ayo silakan duduk." Hendriko menunjuk sofa yang ada di depannya.

"Makasih Om."

Zio membenarkan letak kacamatanya sekali lagi, menarik napas dalam, lalu menghembuskannya perlahan. Meskipun Zio disambut baik di sini, entah kenapa terasa sangat menegangkan. Bahkan saat ia interview kerja saja, tidak semenegangkan ini.

"Kamu kuliah atau kerja sekarang?" Hendriko memulai pembicaraan dengan antusias. Sepertinya Hendriko sangat penasaran dengan latar belakang pendidikan putra dari seorang Profesor Matematika terkenal itu, apakah secemerlang karir orang tuanya?

"Saya kerja sambil kuliah Om. Baru aja kemaren selesaikan S2, tinggal tunggu graduation bulan Mei nanti."

Hendriko tampak terkejut. Jika dilihat-lihat, Zio masih sangat muda untuk bisa lulus S2. "Memangnya umur kamu berapa sekarang?"

"24 tahun, Om."

"Oh. Kemarin kuliah di mana?"

Sepertinya Zio benar-benar sedang di interview, tapi ia berusaha menjawab tiap pertanyaan itu dengan sopan. "S1 saya kuliah di Stanford jurusan Teknik mesin. Setelah itu saya magang di salah satu perusahaan tekonologi milik Alison Group yang ada di Korea selatan, terus diterima jadi pegawai tetap di sana. Makanya saya sekalian lanjut S2 di SNU untuk ambil gelar Master."

Alison Zhou And The Beauty Easter | Series 2 Alison Zhou | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang