CHAPTER 16

108 15 1
                                    

Playlist: Hanya Debulah Aku🎶

***

Jangan lupa vote, komen dan share cerita ini ke teman-teman kalian.

Happy Reading👸

***

Daren memejamkan matanya sambil bersandar di sofa. Terlalu banyak tugas membuat kepalanya nyaris meledak. Untung saja tulang tengkoraknya cukup kuat untuk melindungi otaknya yang hampir meleleh itu. Biasanya di saat seperti inilah, Daren selalu datang ke kamar ini untuk melepas penat. Ruangan dengan nuansa coklat muda yang tampak sangat indah. Semua barang tertata rapi di sana, termasuk kasur king zise yang sudah 7 tahun ini tidak pernah ditempati.

Setelah 15 menit dalam posisi itu, Daren akhirnya kembali membuka matanya. Pandangannya jatuh pada sebuah pigura foto yang digantung di dinding atas tempat tidur, 3 buah huruf dan sebuah kata yang disulam dengan benang berwarna emas.

Z . I . D
KENCANA

senyum Daren mengembang. Tapi rasa bersalah kembali menyelimutinya. Daren mengacak-acak rambutnya kesal, lalu segera keluar dari sana. Daripada menyesali yang sudah berlalu, lebih baik Daren menjaga yang masih ada sekarang.

♡●♡

"Tidur kak, udah malam!"

Ini sudah ketiga kalinya Daren masuk ke kamar Iren dan menyuruhnya tidur. Tapi Iren belum juga beranjak dari meja belajarnya sejak 4 jam yang lalu. Padahal ini sudah jam 11 malam.

"Kenapa enggak lo aja yang tidur? Pusing gue liat lo ke sini terus."

"Udah malam Kak, jangan belajar terus. Nanti lo sakit baru tahu rasa."

"Sok perhatian lo. Gue bisa ngurus diri gue sendiri."

"Mami enggak akan suka kalau lo belajar terus."

"Yang bakalan dimarahin tuh gue, kenapa lo yang banyak bacot?!"

Daren menghembuskan napas kasar. Lalu berjalan ke luar kamar Iren.

Iren menatap adiknya yang sudah menutup pintu kamarnya. Kemudian Iren tersenyum sambil menggeleng pelan. Iren tahu bahwa adiknya khawatir dengan cara belajarnya yang terbilang ekstrem, tapi mau bagaimana lagi? Satu-satunya cara agar dapat mematahkan spekulasi buruk orang-orang tentang dirinya adalah dengan belajar. Karena Iren sudah tidak sanggup lagi membalas perkataan mereka satu persatu. Jadi Iren memutuskan untuk menunjukkannya secara langsung.

Fokus gadis ambisius itu kembali pada kumpulan soal-soal Biologi di depannya. Tepatnya soal isian nomor 17.

Seorang anak mengeluh sendinya sakit. Setelah berkonsultasi dengan Dokter, nyeri pada sendi tersebut disebabkan oleh autoimun, yakni sistem pertahanan tubuh yang menyerang persendian sehingga meradang dan terasa sakit. Penyakit yang diderita oleh anak tersebut adalah?

Iren menggerakan pensil di tangannya. Mencoba untuk menghubungkan data-data dalam soal dengan materi yang sudah ia pelajari. "Autoimun yang menyerang persendian?" Gumam Iren sambil berpikir. Ia mengetuk-ngetuk jari telunjuknya pada ujung meja. Sekitar 45 detik kemudian, sebuah kata muncul di otaknya. "Sendi berarti arthritis. Seorang anak mengeluh sendinya sakit?"

Detik ke 50...

"Rematik? Oh.. Rheumatoid Arthritis."

Pada detik ke 60, Iren segera menulis 2 kata itu pada kertas. Lalu beralih ke soal selanjutnya, nomor 18.

Alison Zhou And The Beauty Easter | Series 2 Alison Zhou | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang