CHAPTER 32

87 10 4
                                    


WARNING!: Segala adegan kekerasan di chapter ini jangan ditiru ya guys, ambil baiknya aja.

Jangan lupa vote, komen dan share cerita ini ke teman-teman kamu.

Happy Reading👸

***

Perkemahan akhir tahun...

Bumi Perkemahan Prabangkara tampak sibuk sekarang, apalagi di jam istirahat seperti ini. Mulai dari sibuk memasak dan membereskan tenda, hingga sibuk bergosip di dalam dan di luar tenda. Tampaknya Prabangkara layak disebut gudang gosip yang sebenarnya.

Bahan gosip paling hangat di Prabangkara bulan ini, tertuju pada dua gadis yang sifatnya sangat bertolak belakang. Tapi entah kenapa sekarang mereka tampak sangat menikmati hari-hari bersama.

"Kok Kalia mau ya temenan sama tukang bully kayak Iren? Padahal bahaya banget buat dia."

"Sumpah, ini pasti Iren ada rencana jahat nih makanya dia dekati Kalia."

"Polos banget sih Kalia, sampai mau temenan sama mak lampir itu."

"Kasihan banget ya Kalia. Gue curiga kalau Kalia itu diancam sama Iren."

"Shhhtt... nanti mereka dengar."

Gosip mereka terhenti saat melihat Kalia dan Iren melewati tenda mereka, tentunya dengan tawa sepanjang jalan.

Dengan susah payah Kalia membujuk Iren untuk mengabaikan mereka. Padahal Iren sangat ingin menghajar mereka saat ini.

"Ayo cepat Ren, nanti kita enggak makan." Kalia mengalihkan perhatian Iren dengan menarik tangannya menuju tenda mereka. Kalia tidak mau Iren membuat keributan.

Sesampainya mereka di tenda, mereka langsung dapat melihat seorang gadis dengan rambut yang dicepol asal tengah memotong bawang.

"Alice, nih garamnya." Kalia memberikan sebungkus garam padanya.

(Note: alice ini pernah muncul di Seri 1, waktu lomba nyanyi untuk diesnatalis.)

"Makasih Kalia," balasnya ramah.

Iren memperhatikan pekerjaan gadis itu. Setahunya, Alice adalah seorang penyanyi yang sedang naik daun saat ini. Bahkan saat konser solonya tahun lalu, gadis itu tampak sangat anggun di atas panggung. Aneh rasanya saat melihat si penyanyi sedang memasak seperti saat ini.

"Lo beneran bisa masak?" Tanya Iren memastikan. Kini Iren sudah duduk di samping Kalia.

"Enggak bisa-bisa banget sih, tapi masakan gue masih bisa dimakan kok. Gue juga sering bantu Nyokap gue masak di rumah," jelas Alice sambil memasukkan minyak goreng ke dalam wajan. "Lagian, kalau bukan gue siapa lagi yang masak? Mereka lagi Sholat, lo berdua memangnya bisa masak?" Alice menoleh pada mereka.

Iren dan Kalia langsung menggeleng pelan.

Alice hanya tersenyum. "Nah, makanya biar gue aja yang masak."

"Terserah lo deh." Iren menjauh dari sana. Ia memilih berbaring dengan berbantalkan boneka yang ia bawa, tak lupa mengeluarkan sebuah buku dari dalam tasnya.

Sedangkan Kalia masih setia bersama Alice di sana. "Ada yang bisa gue bantu enggak lice?" Tanya Kalia.

"Tolong keluarin piring sama sendok yang ada di kantong itu dong kal, terus disusun ya. Biar nanti pas mereka selesai sholat, kita bisa langsung makan," ujar Alice pelan.

"Kantong merah ini?"

"Iya yang itu."

"Oke."

"Lo berdua udah dengar beritanya belum?" Tanya Alice tiba-tiba, tangannya masih setia mengaduk nasi goreng yang ada di dalam wajan.

Alison Zhou And The Beauty Easter | Series 2 Alison Zhou | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang