CHAPTER 31

95 13 3
                                    


Jangan lupa vote, komen dan share cerita ini ke teman-teman kalian.

Happy Reading👸

***

Iren kembali mendapat peringkat 1 di Ulangan Tengah Semester satu ini. Ia berhasil mengalahkan dua orang paling fenomenal di kelasnya itu. Tentu saja Iren bisa. Anak perempuan jenius yang duduk di sampingnya itu, selalu tidur setiap jam pelajaran Sejarah Indonesia, Kewirausahaan dan juga PKN. Iren tahu betul bahwa nilai sikap dan keaktifan siswa di kelas juga mempengaruhi hasil Ulangan. Selain itu, Tutor belajar Iren selalu mengingatkannya untuk tetap fokus pada tujuannya dan menjaga mentalnya agar tetap stabil, dengan begitu Iren dapat percaya diri saat mengerjakan soal hingga bisa mendapat nilai yang memuaskan.

Setelah melihat namanya yang tertempel indah di papan pengumuman sekolah itu, seharusnya Iren senang kan? Tentu saja harus.

Tapi sayangnya, bisikkan sampah dari mulut orang-orang itu, membuatnya sangat kesal.

"Iren yang peringkat 1?"

"Masa? Nggak mungkin banget."

"Dia pasti dapat kunci jawaban tuh."

"Iyalah, kan Bokapnya yang punya sekolah."

"Kampungan banget pakai kunci jawaban."

"Nggak mungkin Iren bisa ngalahin Kalia. Secara Kalia itu jenius banget, dia nggak pernah turun dari peringkat 1."

"Kalia yang selalu menang Olimpiade itu, dikalahin sama Iren yang nggak pernah menang Olimpiade apa pun? Nggak mungkin banget, dia pasti curang."

"Mereka kan sebangku, jangan-jangan Iren nyontek punya Kalia. Atau Iren nukar lembar jawaban mereka?"

"Bisa jadi tuh. Dia kan wanita ular. Licik."

Iren mengepalkan kedua tangannya kuat. Sisi jahat dalam dirinya memberitahu Iren agar segera membalas mereka, menjambak rambut mereka satu persatu dan mengatakan bahwa yang mereka pikirkan itu salah. Iren belajar semalaman untuk mendapat nilai itu. Iren rela bangun pagi-pagi untuk mengerjakan soal-soal prediksi Ulangan. Iren juga rela mengemis pada Papinya untuk mencarikan Tutor belajar terbaik agar dapat membantunya belajar. Iren menahan rasa laparnya agar memiliki waktu belajar lebih. Iren ingin memberitahu mereka tentang semua pengorbanannya untuk meraih nilai itu.

Tapi sisi lemah Iren kembali muncul. Membuat Iren hanya bisa menangis di kamarnya seorang diri. Mendengarkan perkataan orang-orang yang terus berdengung di telinganya. Iren sampai menutup telinganya, menggeleng kuat, berusaha mengusir suara-suara itu. Tapi tetap tidak hilang. Suara mereka terekam jelas di kepala Iren. Membuat Iren terlihat sangat menyedihkan.

Kuku-kuku Iren semakin menggores permukaan telapak tangannya dan perlahan Iren menekannya cukup kuat. Entah kenapa rasanya tidak sakit, tapi malah melegakan.

Sejak saat itu, Iren melampiaskan rasa sakitnya yang tidak bisa selalu ia balas pada orang-orang, dengan menyakiti dirinya sendiri. Tanpa tahu bahwa hal itu justru merusak fisik dan mentalnya.

Jadi, selain menyakiti orang lain di sekolah, Iren juga menyakiti dirinya sendiri di rumah.

♡●♡

"Iren mau ikut Mami ke salon enggak besok?" Tanya Citra setelah menuangkan air putih di gelas putrinya.

"Enggak. Iren mau belajar aja di rumah," jawab Iren cuek sambil meletakkan sendok dan garpunya. Kini ia meminum air putih yang baru saja diberikan Citra padanya.

Citra menghembuskan napas kasar. "Mami udah bilang ya Ren, jangan belajar terus. Harus berapa kali lagi Mami bilang?!" Bentak Citra.

"Baru aja kemarin selesai Ulangan, istirahat dulu enggak papa Ren," tambah Hendriko yang baru selesai menghabiskan makanannya.

Alison Zhou And The Beauty Easter | Series 2 Alison Zhou | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang