🥀 51 🥀

451 27 2
                                    

LUCAS POV

Setelah memuaskan nafsuku, kini aku sedang berada didapur untuk mengambil sebotol air dingin di kulkas. Benar menguras tenagaku saat melakukan bersama Roycé. Aku masih mengingat bagaimana frustasinya Roycé saat itu desahan, teriakan, mata yang memohon itu masih terngiang sempurna dibenakku.

Satu botol itu habis olehku dan kemudian, aku meletakan di tempat pencucian piring dan kembali ke kamar. Setibanya disana, Roycé sudah terkapar kelelahan.

Aku mendekati Roycé yang separuh tubuhnya tertutupi selimut berwarna abu-abu muda. Bibir nan sedikit bengkak dan luka kecil karena hasrat kuatku ingin mencumbu bibir itu serta pundak, leher, dan dada penuh dengan love bite layaknya noda pada kanvas putih.

"You really drive me crazy." Jelasku sambil mengusap kepalanya.

Kelopak mata itu terbuka dan menampilkan iris berwarna hazel sedang menatap kearahku.

"I'm sorry, i was make you wake up."

"Lucas–" lirihnya.

Aku langsung berbaring dan memeluknya. Sungguh nyaman jika aku memeluk my little ice bear seperti ini. Rambut hitam dan poni yang menutupi jidatnya terlihat sangat lucu terlebih saat ia memakai kaca mata.

"Lucas."

"Eung, wae?"

"Ani, geunyang. Nan an-ajugo sipeo."

"Roycè." Panggilku pelan dan ia pun mendongakan kepalanya kearahku.

"Roycé, terimakasih. Kau menerima diriku apa adanya. Kau selalu ada untukku terkadang aku bersikap egois hingga kau mungkin terluka. Aku sangat mencintaimu, Roycé."

Sungguh, aku mengatakan itu dengan tulus. Roycé memang pria nan sangat baik jauh dariku yang sangat dingin dan kejam. Dia sangat murni, pantas saja Jeno, Mark, Hardin bahkan teman-teman hyeong suka dengan Roycé.

"Aku juga Lucas. Kau sudah menyelamatkan hidupku mungkin aku tidak ada saat ini jika kau tidak menolongku. Kau sangat pintar, kau membantuku saat mengerjakan PR. Aku bahagia melihat dirimu versi sekarang. Kau banyak tersenyum dan kau begitu hangat. Aku ingin kau selalu seperti ini, Lucas. Aku juga mencintaimu."

Aku semakin memeluk Roycé dengan erat dan aku mencium pipinya. Aku merasa sangat bahagia bisa seperti ini. Aku merasa hidup dan dunia terasa berpihak denganku. Aku merasa paling sempurna saat ini. Layaknya semua tunduk kepadaku.

"Lucas, aku ingin mandi."

"Baiklah, aku akan mandi bersamamu."

Aku langsung menggendong Roycé menuju kamar mandi. Sesampainya di bawah shower aku memutar kran dan air dingin pun menghujani tubuhku dan Roycé. Berawal dari mencuci rambut kemudian, kami memakai sabun dan menggosok punggung kami satu sama lain. Setelah itu, kami dibilas oleh air dingin lagi dan disana aku mencium Roycé dengan lembut. Ini sungguh nikmat hingga aku tidak bisa menghentikannya.

"Lucas, aku lapar bagaimana kita makan diluar?"

"Apa kau sedang mengalihkanku?"

Tiba-tiba, tanganku diraih oleh Roycé dan meletakannya pada perutnya. Sungguh ini sangat lucu, perutnya bergetar dan aku tertawa keras saat itu juga. Aku bahkan tidak bisa berhenti tertawa karena itu.

"Lucas!! Kau tertawa." Ucap Roycé begitu bahagia.

"Ini pertama kalinya, aku tertawa seperti ini. Buatlah aku tertawa seperti ini, Roycé."

"Dari kelihatannya, kau mempunyai selera humor cukup sulit dan hanya satu orang yang sangat parah. Ayo, cepat aku sangat lapar Lucas."

Aku menuruti perkataan Roycé dan kami pun segera bergegas memakai baju dan kemudian, aku dan Roycé pergi menuju restoraunt ayam galbi yang tepat favorite Roycé.

MONSTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang