Bisakah kamu memberikan aku cinta? Sedikit saja. Aku mohon. Jika memang tidak bisa, Tolong Cintai aku bayangkan jika aku adalah 'Dia'.
****Bel Pulang Berbunyi dengan nyaring di penjuru sekolah. Arsen langsung merapikan buku-bukunya dan berlari menuju kelas Addley.
Di depan kelas, Arsen melihat Addley yang masih menulis sesuatu di buku dengan serius. Arsen memilih menyandarkan punggungnya di samping pintu menunggu Addley, kali ini mereka berdua harus pulang bersama.
Kelas Addley sudah sepi tidak ada orang lagi kecuali Addley sendiri, Reyna tadi sudah langsung pergi setelah melihat kedatangan Arsen.
Addley keluar dari kelasnya terkejut melihat Arsen yang berada di depan kelas.
"Arsen?! Kenapa Arsen ada disini?"
Arsen menoleh melihat Addley yang sudah di samping dan menggendong tas berwarna putih.
"Nunggu lo. Lama, " Setelah mengatakan itu Arsen berjalan lebih dulu di ikuti Addley dengan langkah besar berusaha sesuai dengan langkah Arsen.
"Arsen aku mau ke ruang kepala sekolah dulu. "
"Udah tahu? " Arsen memperlambat langkahnya agar sesuai dengan Addley.
"Iya! Tadi Reyna juga nyarinin hal yang sama kayak Arsen, Aku juga udah mempertimbangin dan Ya, aku milih jurusan Fashion Desain! " Ucap Addley dengan penuh semangat.
"Suka? "
"Hah? " Addley mencerna kata singkat yang bermakna banyak dari Arsen.
"Ah. Gak juga sih, sebenarnya aku hanya iseng doang gambar desain pakaian begitu. Oh iya, Arsen kan juga pintar gambar apa Arsen pernah gambar orang? "
Dari pandangan Addley baru kali ini melihat Arsen kikuk dan langsung berjalan cepat meninggalkan Addley, di pikirannya mungkin Arsen pernah menggambar wajah Elisa. Segera Addley menghempaskan pikiran yang membuatnya badmood lagi, kali ini Arsen bersamanya bukan dengan Elisa atau wanita manapun.
"Ayo. Lama. "
Addley berlari menghampiri Arsen yang sudah berada di depan ruang kepala sekolah, hari ini sepertinya ia banyak berlari berkat Arsen.
Arsen membuka pintu ruang kepala sekolah setelah mengetuk tiga kali sesuai peraturan, mempersilakan lebih dulu Addley masuk di susul olehnya.
"Pak. Saya sudah tahu apa yang ingin saya tulis di Jurusan saya. "
Pak Bimo tersenyum melihat Addley yang langsung menulis jurusan di kertas formulir, sebagai seorang guru juga ia merasa bersalah kepada siswinya ini karena membiarkan kekacauan yang terjadi selama bertahun-tahun berdampak pada gadis berusia 17 tahun itu.
"Fashion Design? Dan Kampus yang sama dengan Arsen Gavin? "
Addley mengangguk dengan semangat lalu melirik Arsen yang sedang berdeham sambil memalingkan wajahnya.
"Bapak sudah mengira kamu akan memilih jurusan ini. Kampus yang sama? Apa kalian Janjian? Bapak tahu kalian berpacaran tapi tidak menyangka sampai Janjian satu kampus. "
Pipi Addley bersemu menundukkan kepalanya ia sempat mengintip Kampus yang di Tulis Arsen, ia juga sudah mencari tahu di kampus itu ada jurusan Fashion Design.
Arsen kembali berdeham melirik sekilas Wajah merona Addley dan melihat raut wajah kepala sekolah yang menggoda mereka.
"Kalau begitu kami pamit, Pak. "
Arsen menarik pelan tangan Addley keluar dari ruang kepala sekolah. Raut Wajah Arsen yang tenang dengan telinga memerah menjadi mengeras dan tatapannya menjadi dingin begitu membuka pintu Ruang kepala sekolah di sana ada Surya berdiri di luar ruang kepala sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Arsen...
Teen FictionDear Arsen... Selamat ulang tahun ya, semoga kamu suka hadiah ini. Maaf jika hanya ini yang bisa aku berikan, karena aku tidak tahu apa yang Arsen inginkan saat ini. Dear Arsen... Maaf jika aku telah lancang masuk ke dalam hidupmu. Tapi, aku tida...