31. Bicara

124 18 1
                                    


Berita tentang pertunangan Arsen dan Elisa menjadi sangat panas di SMA Tunas Harapan, karena mereka sendiri yang melihat bagaimana Arsen yang menjadikan Addley sebagai Kekasih pria itu. Kini Gadis yang mereka kira kekasih Arsen menjadi Selingkuhan. Tentu saja membuat semua orang heboh.

Bahkan sudah seminggu lebih berita itu mengudara dan selama itu Arsen tidak menampakkan dirinya di hadapan publik maka Addley lah yang kembali menjadi sasaran.

Meski kelas 12 sudah menyelesaikan ujian nasional, mereka tetap harus datang ke sekolah karena beberapa hari akan diadakan Promnight.

Addley memegang erat lengan Reyna. Sejak munculnya artikel itu karena Arsen tidak ada maka Addley lah yang menjadi sorotan. Hal itu membuat Addley merasa tidak nyaman.

"Ingat apa kata gue, Add. "

Addley mengangguk mengingat semua ucapan Reyna padanya. Untuk melupakan Arsen, Namun saat ini se berusaha apapun ia melupakan pria itu sangat sulit sekali.

Sejak Artikel itu keluar Arsen tidak pernah menghubungi Addley, Pria itu seperti menghilang di telan bumi, tidak menampakkan barang hidungnya di hadapan Addley bahkan untuk menjelaskan apa yang terjadi sekedar basa-basi saja tidak.

Tentu saja Hal itu semakin membuat Addley terpukul. Hati kecilnya masih saja berharap bahwa semua itu tidak benar. Kini kehidupannya telah berubah, ia menemukan keluarga yang terus mencarinya selama ini.

Bagi Addley kehidupannya yang sekarang harus ia pertahankan, perlakuan yang ia dapatkan dulu dari Tiara sangat membekas dalam ingatannya lalu di tambah dengan perilaku Arsen saat ini.

Keluarga Addley yang sekarang membawa Addley ke Psikiater lagi-lagi ia kembali ke sana. Mendapatkan perawatan yang sudah lama tidak ia dapatkan lagi.

"Gavin... Masih belum menghubungi lo?"

"Ya."

"Lo udah bahagia sekarang, jangan sia-siain kebahagiaan yang lo dapat sekarang. "

"Ya."

"Gue gak mau lo kembali ke saat itu, Add. Ke saat dimana lo hancur dan gak ada yang dukung lo. Cukup. Lo harus buka lembaran yang baru, oke? "

Addley mengangguk pelan. Entahlah apa yang ia rasakan saat ini. Rasanya seperti mati rasa, tidak mengetahui bagaimana perasaannya saat ini.

*・゚゚・*:.。..。.:*゚:*:✼✿  

Di sebuah Ruangan gelap tanpa cahaya di dalamya, sama seperti seseorang yang berada di dalam ruangan itu. Entah sejak kapan Pria itu tidak bergerak dalam posisi yang sama, menatap sebuah foto pasangan di tangannya.

Sudah beberapa hari ini, Pria bernama Arsen itu berada di dalam Ruangan gelap tanpa cahaya sambil berulang kali mengutuk dirinya sendiri, Mengatakan dirinya pengecut tidak bisa mempertahankan seseorang yang ia cintai.

"Addley... Aku sangat Pengecut karena berusaha menjauhimu dalam situasi seperti ini."

Tringg Tringg

Sudah sekian kalinya Ponsel Arsen Berbunyi entah itu dari sahabatnya, Orang tuanya yang mungkin tidak bisa disebut Orang Tua, Serta Addley. Arsen masih belum siap melihat tatapan kecewa dari kedua mata indah itu, ia takut tatapan tulus itu berubah menjadi tatapan penuh kekecewaan dan benci. 

Ting tong

Ting tong

Dering ponsel Arsen sudah berhenti di gantikan, bel apartemen yang berbunyi terus menerus.

Ting tong

Ting Tong

Arsen bertanya-tanya siapa yang datang ke sini, tidak ada yang tahu tempatnya ini. Tidak. Mungkin hanya satu orang yang mengetahuinya. Memikirkan hal itu, Arsen berlari membuka pintu.

Dear, Arsen... Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang