7. Sakit

195 18 1
                                    

Sudah berulang kali ku tepis perasaan ini meyakinkan diriku bahwa kamu tidak mencintaiku, Namun semakin aku menepisnya semakin besar Perasan itu.

*****

Addley meringis menyentuh kepalanya yang sedikit Pusing mungkin akibat Semalam ia Pulang dalam keadaan basah, Namun tak bisa dipungkirinya Bahwa semalam adalah Malam terindah sepanjang hidupnya.

Seperti biasa Addley menenteng Paper bag yang berisi bekal untuk Arsen, Senyumnya tak pernah lepas dari Bibir Munggil itu.

Addley memasuki kelas Arsen dengan senyuman,Namun senyumnya hilang setelah melihat isi kelas tidak menemukan Pria bermata Hijau yang tajam itu.

Addley segera menghampiri Alan, Dimas dan Leo yang sedang bermain Game. "Kalian Lihat Arsen gak? "

Mendengar suara Addley Alan,Dimas dan Leo sontak mendongak dan serempak mengedikkan bahunya.

"Arsen belum datang. Atau emang gak masuk. "Sahut Alan.

Addley terdiam dengan pikiran tertuju kepada kejadian Semalam, Apa Mungkin Arsen Sakit setelah mengantarnya pulang?

"Hmm. Aku boleh Minta Alamat Rumahnya Arsen gak?"

Alan hanya mengangguk sambil merobek Kertas Dan menulis Alamat Arsen.

"Nih. " Alan menyodorkan robekan kertas pada Addley.

Addley menerimanya. "Makasih. " Addley tersenyum lalu pergi menuju kelasnya.

🎶🎶🎶🎶

Bel berbunyi dengan nyaring menandakan Waktunya Pulang lebih awal.

Addley melirik jam tangannya setelah itu berlari menuju halte, Addley bersyukur Dewi Fortuna berpihak padanya karena mendatangkan Angkutan umum dengan cepat Addley memasukinya.

Di sepanjang jalan Addley terus berdoa agar Arsen tidak terlalu parah sakitnya.

Sampai di komplek perumahan Arsen, Mata bulat Addley melihat papan Nomor di setiap Gerbang.

Kakinya berhenti tepat di rumah mewah yang berdominasi warna Putih, Sekali Lagi Addley menyamakan papan Nomor yang ada di depannya dengan kertas ditangannya.

Dengan sekali tarikan nafas Addley menghampiri gerbang yang menjulang tinggi.

Addley melihat Seorang Pria paruh baya yang berada di pos satpam dengan cepat Addley menghampirinya masih dengan gerbang yang tertutup.

"Permisi Pak. "

Salam Addley membuat pria paruh baya itu berdiri dari duduknya.

"Iya neng mau cari siapa? "

Addley tersenyum sopan. "Saya mau Cari Arsen pak. "

Pria paruh baya itu tampak sedikit berfikir kemudian mengangguk. "Maksud Eneng, Den Gavin? "

Addley mengangguk semangat. "Iya pak!" Seru Addley yang merasa lega karena alamat yang diberi Alan benar.

Saat pintu gerbang dibuka Addley segera berjalan menuju pintu Utama. Addley memencet bel yang berada di samping pintu sampai seorang Wanita paruh baya muncul dibalik pintu.

"Iya ada apa?"

"Hmm itu Bu, Saya ingin bertemu Arsen."

Wanita itu tersenyum. "Oalah jadi kamu teh Temannya den Gavin. Bibi teh namanya Maryam, Den Gavin lagi Sakit kalo mau liat kamu teh ke kamarnya aja di lantai atas paling ujung. Nama neng geulis siapa ya?"

Dear, Arsen... Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang