29. Bulan dan Bintang

93 20 0
                                    

Bagiku Arsen sangat berharga, tapi apa bagi Arsen aku sangat berharga?

*・゚゚・*:.。..。.:*゚:*:✼✿  

Menjelang Ujian nasional diadakan para siswa sibuk belajar untuk mendapatkan hasil yang terbaik, termasuk 6 remaja yang tengah belajar di salah satu perpustakaan kota.

Dimas menghembuskan nafasnya dengan kasar menatap Teman-temannya yang tengah fokus pada buku masing-masing.

"Bosen banget gue. Kenapa di hari libur juga belajar sih?! "

Leo yang sedang di samping Dimas langsung menoyor pelan kepala Temannya.

"Eh, Mas. Denger ya, dua hari lagi kita UN. Lo mau nilai lo anjlok kayak muka lo? Kalo gue sih malu. Karena muka udah jelek masa harus nilainya harus jelek juga."

"Eh singa! Mata lo yang kecil emang bisa liat semua isi bukunya? Buka dulu gih mata lo. "

Lagi-lagi mendiskriminasi mata sipit, Leo langsung Mencubit hidung Dimas sampai merah. Dan mulailah adegan perkelahian kecil antara Dimas dan Leo.

Alan yang melihat dua temannya bertengkar hanya melihat sambil memakan Popcorn yang entah sejak ada di tangannya, sedangkan Arsen hanya menghela napasnya melihat kelakuan teman-temannya.

"Woi! Bisa diem gak sih? Kita lagi di perpustakaan dan lo Alan jangan makan lagi! Suara kunyahan lo berisik! kalo kalian masih gak mau belajar mending keluar Deh. "

Perkataan Reyna yang sedang kesal membuat semuanya diam tidak ada yang berani menyahut, tapi tak lama suara derit Kursi membuat semuanya menatap satu orang yang sedang berdiri, Yaitu Addley.

"Aku mau, jawab telepon dulu. Kalian lanjut aja. "

Setelah mengatakan itu Addley berlari keluar dari ruang baca membawa Ponselnya.

Suasana pun menjadi hening. Leo dan Dimas kembali memfokuskan diri pada buku tebal di hadapannya dan Alan yang memasukan Popcorn kedalam tasnya, lebih baik menuruti perintah ibu negara.

Sedangkan Arsen menjadi Resah setelah melihat Addley keluar dari ruang baca. Deritan kursi terdengar lagi membuat Alan, Dimas, Leo dan Reyna menoleh ke Arsen.

"Toilet."

Setelah mengatakan satu kata Arsen berlari dengan terburu-buru keluar dari ruang bacanya.

"Ck ck! Kayaknya Gavin... "

"... Cepirit... "

*・゚゚・*:.。..。.:*゚:*:✼✿  

Setelah keluar dari Ruang Baca, Arsen mencari keberadaan Addley, sejak Gadis itu mendapatkan pesan dan keluar membuat Arsen khawatir apa pesan itu dari Tiara setelah melihat raut wajah Addley yang berubah.

".... Maaf... Maksudnya apa ya?... "

".... "

"Aku.... "

Telinga Arsen mendengar sayup-sayup suara Addley segera ia menghampiri sumber suara itu.

".... Ini gak benarkan...? "

".... "

"Aku gak percaya... Jika bukan dia yang bicara padaku.... "

Arsen masih berusaha mendengar lebih jelas suara Addley di balik pintu.

Klek

Entah karena apa tubuh Arsen Refleks menjauh dari pintu tangga darurat.

Tak lama keluarlah Gadis berkuncir kuda yang semakin membuat Arsen gugup.

Dear, Arsen... Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang