9. Terima kasih Reyna

147 20 1
                                    


Maaf jika diriku tidak sesempurna yang kamu bayangkan, Maaf jika kehadiran ku sangat mengganggumu.

Reyna menatap Sahabatnya yang sedang terbaring tak sadarkan diri di Ranjang Gadis itu, Suhu tubuhnya sudah mulai menurun sejak kedatangannya beberapa menit yang lalu sebelum Addley jatuh tertidur.

"Gue gak pernah tau, Add. Sampai kapan Lo seperti ini, saat Lo sakit gak ada yang peduli sama lo. Gue pengen bisa lihat senyum Lo lagi, Senyum tulus Lo dan Keceriaan Lo lagi kayak dulu, apa yang harus gue lakuin agar Lo bisa kembali kayak dulu lagi. Gue kangen Lo Addley. "

Reyna selalu menangis saat melihat sahabatnya tersakiti, Reyna sudah mengenal Addley sejak mereka masih kecil ia tahu betul apa yang membuat Addley seperti ini yaitu penghianatan yang diberikan oleh orang yang sangat di sayang dan dipercayai Addley. Reyna sangat membenci itu, sangat membenci seseorang yang tidak bisa membahagiakan Addley namun masuk terlalu dalam di kehidupan gadis itu membuat seseorang itu penasaran seolah memberikan harapan kebahagiaan untuk Addley nyatanya orang itu sama sekali tidak bisa membuat sahabatnya bahagia. Orang itu adalah Arsen, Reyna sangat membenci pria bermata hijau tajam itu dan wajah datar yang menurutnya menjijikkan karena wajah itu menyembunyikan kebrengsekkan sang pemilik.

Tringg

Reyna mengambil ponselnya disaku roknya, Oh iya satu lagi orang yang ia benci Yaitu Alangga Sahabat Cowok brengsek itu.

Dengan malas Reyna membaca pesan dari Alan.

Hey bagaimana keadaan Addley? Dia sakit? Tadi kenapa kamu lari keluar sekolah bawa tas?

Reyna mendengus Pria tebar pesona dan sok baik untuk mendapatkan hatinya bukannya ia Geer tapi memang itu kenyataannya sahabat Arsen ini selalu mendekatinya padahal ia tahu Alan sama seperti Arsen yang membenci kehadiran sahabatnya Addley.

Jari-jari lentik Reyna mengetuk keyboard handphonenya membalas pesan Alan.

Bukan urusan Lo!!

Setelah membalas pesan dari Alan, Reyna menaruh ponselnya di atas nakas samping tempat tidur Addley. Matanya menyusuri kamar tidur Addley, Putih Polos tanpa aksesoris lain seperti kebanyakan perempuan diluar sana mencerminkan kepribadian Addley yang Putih tanpa noda jika ternoda sedikit saja harus ditutupi dengan warna lain lagi supaya tertutup sempurna noda itu.

Addley mengerjapkan matanya saat matanya membuka sempurna dirinya mendapati Reyna berada di sampingnya.

"Reyna... "

Reyna menoleh kemudian tersenyum melihat Addley yang sudah bangun.

"Kenapa? Mau makan lagi? Mau makan apa? Gue bikinin ya. "

Addley menggeleng sambil tersenyum. " Aku udah kenyang. Kamu udah makan? Kenapa gak balik ke sekolah? Sekarang udah masuk, Kita udah kelas 12, Na, gak boleh sering izin apalagi Izinnya gak penting kayak kamu. "

Reyna mendengus kesal. "Gak penting apaan sih? Menurut gue Lo itu paling penting di kehidupan gue, Add. Lo sahabat gue, gue udah anggap Lo saudara gue, jadi gak ada ya yang menurut Lo gak penting. Dan gue mau disini aja nemenin Lo, gue gak tega ninggalin Lo disini sendiri. "

Addley meremas pelan tangan Reyna. "Na, Kamu bisa balik lagi nanti pulang sekolah. Jadi aku mohon, balik ke sekolah ya, Aku gak mau kamu ketinggalan pelajaran gara-gara aku, Kalo kamu ketinggalan pelajaran aku juga gimana? Kamu mau kita gak lulus? "

Dear, Arsen... Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang