13. Bohong

145 18 4
                                    

Aku bahkan tidak melakukan hal yang salah
Tapi mengapa kau membenciku tanpa alasan
Mengapa kau tidak bisa mengerti aku?
Aku suka kamu

****
Addley menarik nafasnya merasakan sejuknya udara di taman yang tidak tercemar oleh Polusi udara dari kendaraan.Raffa yang melihatnya tertawa pelan membuat Gadis itu menoleh.

"Kenapa?"

Raffa menggelengkan kepalanya. "Tidak hanya saja kamu masih belum berubah, Masih sama seperti dulu. Menyukai Lingkungan sejuk seperti ini dibandingkan dengan Mall seperti anak perempuan seusia kamu."

Addley tersenyum tipis. "Aku sudah berubah, Raffa. Aku bukan aku yang dulu." Lirihnya.

Raffa mengusap Rambut coklat Addley menyelipkan rambut yang menutupi wajah Addley ke belakang telinga, sorot matanya berubah melihat tanda merah kebiruan di pipi Addley.

"Kenapa sama pipi kamu?"

Addley memegang pipinya gelagapan. "Aku... Cuman ke bentur Pintu dirumah... Hehehe." Ucapnya tertawa Canggung.

"Kamu berbohong, Gabriel. Apa sakit?" Jari Raffa mengusap pelan pipi Addley.

"Maaf. Tidak sakit kok, sudah aku kompres dengan es batu."

"Tapi ini masih merah Gabriel." Kekeh Raffa.

Addley menurunkan tangan Raffa di pipinya. "Tidak apa-apa sebentar lagi hilang kok."

Raffa menggenggam tangan Addley. "Maafkan aku. Kalau saja dulu... " Ucapan Raffa terhenti saat Jari telunjuk Addley menyentuh bibir Raffa sambil menggelengkan kepalanya.

"Bukan salah kamu, Raffa. Ini sudah takdir aku yang menjadi seperti ini."

Raffa menyentuh jari Addley menariknya pelan hingga Addley berada di pelukannya.

"Aku tetap Minta maaf, Gabriel. Seandainya waktu bisa berputar kembali pasti kejadian ini tidak akan terjadi, kamu tidak akan menjadi pacar Gavin dan kamu tidak akan dibully oleh teman-teman sekolahnya. Semua ini gara-gara Cassy, dia yang buat kekacauan dua tahun yang lalu yang membuat kamu seperti ini. Aku tidak akan pernah memaafkannya. Karena, aku percaya kamu."

Addley melepaskan pelukannya dengan sorot mata terkejut. "Kamu tahu aku Pacar Arsen? Kamu juga tahu aku di bully di sekolah."

Raffa mengangguk. "Aku tahu Gabriel tentang kamu, saat kamu dirumah sakit aku ada disana untuk menjenguk kamu tetapi aku tidak berani masuk saat di sana kamu sedang bersama Gavin. Dan aku juga sudah menemukan bukti tentang kasus yang menyebarkan Video di forum Sekolah kamu dan yang membully kamu di sekolah serta kejadian di toilet. Aku akan mengungkapkan semuanya agar mereka yang membully kamu mendapatkan hal yang setimpal dengan apa yang mereka perbuat. "

"Raffa maafkan aku, aku tidak tahu kamu datang ke rumah sakit. Dan juga... Terima kasih sudah percaya denganku, tetapi tentang bukti itu tidak perlu Raffa. Aku tidak ingin mereka mendapat hukuman, aku terlalu merepotkan kamu. dengan kamu yang percaya padaku juga sudah cukup." Addley menunduk setelah berkata lirih di Kalimat terakhir mengingat Arsen yang tidak percaya padanya tentang berita di Forum Sekolah.

Raffa mengangkat dagu Addley yang menunduk. "Tidak Gabriel mereka harus di hukum, kamu terlalu baik melepaskan mereka dengan begitu mereka akan semakin menjadi mereka tidak akan jera. Aku selalu percaya padamu, Gabriel."

"Justru kalo kamu melaporkan mereka, mereka akan mengatakan aku tukang ngadu dan mereka diam-diam aku melakukan yang lebih dari ini Raffa. Aku mohon.... Jangan...biarkan saja semuanya.... Aku... Aku tidak apa-apa."

Raffa mengangguk lemah mengusap air mata Addley yang turun. "Baiklah. Tapi jika terjadi sesuatu hubungin aku, aku akan segera melindungimu."

"Terima kasih Raffa."

Dear, Arsen... Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang