34. Bukti

373 22 0
                                    

Beberapa bulan setelah kepergian Addley, Arsen kembali menjalankan hidupnya. Kali ini sifatnya semakin dingin dan sulit digapai, hal itu sebagai upayanya untuk menutupi kesedihannya yang amat mendalam. Saat ini dia berkuliah di kampus impiannya dengan jurusan yang sangat dia inginkan, dikampus yang sama dengan Addley saat gadis itu mendaftar untuk SNPTN, Namun semuanya telah berbeda, meski gadis itu lulus tetapi dia sudah tidak ada lagi di sampingnya.

Saat Ini Arsen berada ditaman, tempat dimana dia sering menghabiskan waktunya dalam kesunyiaan namun menyenangkan saat bersama Addley. Matanya terpejam menikmati angin yang menerpa tubuhnya, tangannya yang berada di pangkuannya memegang buku binder berwarna putih dan kotak kecil dengan pita hitam.

Arsen terdiam dengan pandangan ke atas dimana langit berada, dimana bintang senantiasa bersama bulan meski cahayanya tertutup oleh bulan. Semuanya sudah berakhir dan mungkin inilah awal dari penyesalannya, awal dari rasa sakitnya dan awal dari Rasa cintanya yang tidak mungkin bersama lagi.

Kepalanya menoleh ke kanan seolah disana ada Addley yang tersenyum memandang bintang dengan tatapan berbinar kemudian menatapnya dengan tatapan yang sama. Arsen tersenyum, senyum yang sangat tulus, Senyum yang tidak pernah ia perlihatkan pada semua orang termasuk Elisa, senyum pertama yang terbit di bibirnya hanya dengan bayangan Addley.

Perlahan senyumnya pudar bersamaan dengan Senyum Addley yang pudar juga lalu menghilang seolah menjadi debu dan kembali menyisakan Arsen dengan perasaannya yang amat menyakitkan yang pertama kali ia rasakan.

Arsen menutup Buku kecil berwarna biru pastel yang dibacanya lalu Menggenggam erat buku itu buku yang menceritakan tentang perasaan Addley, buku yang menjadi teman Addley. Arsen akan menyimpannya. Ya, dia akan menyimpannya bersama memorinya dengan sang pemilik buku ini.

Tangannya terulur membuka kotak dengan pita hitam itu. Saat dibuka, dia melihat MP3 berwarna putih dengan headsetnya serta kertas berbentuk bintang. Dia lebih dulu membuka kertas berbentuk bintang tersebut dan membaca isinya.

Halo Arsen, Selamat Ulang tahun, Ini kado dari aku untuk Arsen. Aku harap Arsen suka ^-^

Arsen tersenyum melihat tulisan tangan Addley yang indah, dia menaruh lagi kertas itu kedalam kotak lalu memakai Headset dan menyalakan Mp3 yang telah tersambung.

"ehem...halo..test..test...Arsen ini aku Addley. Sekali lagi selamat Ulang tahun Arsen! Semoga Arsen panjang umur dan diberikan banyak kebahagiaan dalam hidup Arsen, Aku berharap yang terbaik untuk Arsen dan Apapun yang Arsen lakukan, Aku akan selalu dukung Arsen! Pokoknya Arsen harus terus bersemangat dan gak boleh pantang menyerah!"

Senyuman dibibir Arsen semakin mengembang dan matanya tampak berkaca-kaca, dia lalu meng-klik tombol selanjutnya, kembali didengarkan oleh suara indah Addley yang bernyanyi membuat jantungnya berdebar.

Setelah selesai mendengarkan nyanyian Addley, Arsen kembali menekan tombol selanjutnya, dia kembali tersenyum mendengarkan suara lembut gadis itu.

"Arsen harus percaya sama aku, Arsen pasti bisa menjadi Arsitek yang sangat hebat! dan aku akan menjadi Fashion designer yang sangat hebat juga, Aku akan menjadi pelanggan pertama Arsen! aku akan Meminta Arsen untuk membuat bangunan Toko busana aku! Atau mungkin rumah impian aku yang dibuat oleh Arsen dan ada Arsen didalamnya, Pasti terasa hangat dan menyenangkan bisa bersama Arsen selama sisa hidupku"

Arsen tersenyum, kepalanya tertunduk menahan tangisnya setelah mendengar suara gadis itu, dia bisa merasakan usaha Addley yang tengah menghiburnya dan senyuman Addley yang sering membuatnya berdebar.

"Arsen kuat sekali bisa melawan Ayah Arsen, tidak seperti aku yang hanya diam setiap kali Mama memaki dan memukulku, meski Ayah Arsen terus melontarkan perkataan yang tidak berguna, tetapi Arsen sangat berharga bagiku, Arsen telah menjadi kekuatanku untuk melawan Trauma dan kegelisahan hatiku. terima kasih."

Arsen kembali terisak mendngar perkataan Addley, dia kembali mengingat Bagaimana Tiara memperlakukan Addley dan bagaimana perilaku dia saat Gadis-nya diterpa rumor yang tidak mendasar.

"Arsen, aku punya kabar bahagia! Aku bertemu dengan orang tua kandungku! selama ini Ayahku selalu mencariku dan akhirnya kami bertemu, Aku bahagia sekali Arsen, Rasanya seperti mimpi. Besok saat kita bertemu aku akan menceritakan semuanya secara detail pada Arsen"

Dia mengusap air matanya yang mengalir dan mendongak menatap bintang yang paling terang, Wajah Addley yang tersenyum padanya kembali memenuhi penglihatannya sebelum wajah cantik itu menghilang lagi, Wajah Arsen kembali datar bahkan lebih dingin dari sebelumnya, tatapannya sangat tajam meski perasaannya tergambar jelas di mata tajam Arsen dalam hati ia berjanji akan menjalani hidupnya dengan lancar tanpa Addley di sisinya.

"Aku berjanji Addley. Aku berjanji padamu, Demi Cinta aku. Aku akan menjalani kehidupan ini tanpa kamu, Tolong aku untuk Ini Addley, Bantu aku menjalankan semuanya. Aku berjanji aku akan selalu mengingat mu
dalam setiap langkahku dan setiap hembusan nafas ku."

Addley, Ini Aku Arsen.

Maaf aku telah membaca buku diarymu

Maaf aku telah memperlakukanmu dengan sangat kasar

Maaf Aku telah membencimu

Maaf karena aku menyadari semuanya secara terlambat

dan Maaf, Atas segalanya.

Sekarang, Aku akan memberitahumu perasaanku yang sebenarnya.

Aku mencintaimu

Ya, Aku sangat mencintaimu Addley

Matahariku

Cahayaku

Penuntunku

Penyemangatku

dan Harapan hidupku

Kini Aku tahu arti kehadiranmu saat kamu telah pergi, Addley kamu adalah bukti bahwa seseorang sepertiku ternyata mendapatkan cinta yang tidak bisa dimiliki orang lain.

Kamu adalah bukti bahwa Tuhan sangat baik sampai memberikanmu padaku.

kamu adalah bukti bahwa aku mencintai seorang gadis yang memberikan dunianya padaku, namun aku hanya memberikan luka yang dalam padanya

Addley, Sekarang adalah giliranku untuk mencintaimu sepanjang hidupku, Cahayaku.

Untuk Addley Gabriel Adillah

Dari Arsen Gavin

FIN 

Dear, Arsen... Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang