Sepertinya makhluk berdaging menjalar itu tidak menyadari hal bahwa pikiran saudaranya kini telah ku kendalikan. Aku bersusah payah menahan rasa sakit kepala yang sangat menyakitkan ini, demi memperlihatkan bahwa tidak ada apa-apa yang terjadi, supaya makhluk berdaging menjalar itu tidak curiga juga.Dengan ragu-ragu makhluk berdaging menjalar itu menurunkan Zayn, aku menyuruh tubuh makhluk dengan kaki ular ini untuk menurunkan Iren, Miya dan Danee ke tempat yang lebih baik, mereka diletakkan di atas tanah. Wajah mereka semakin ada tanda kehidupan setelahnya, makhluk daging menjalar itu kembali berjaga-jaga dan kembali ganas ketika aku melangkah mendekati Zayn yang terkapar lemas di tanah juga.
Bersamaan dengan itu aku kembali memerintahkan tubuh makhluk berkaki ular itu untuk menyerang makhluk daging menjalar tersebut, dengan perintah itu juga pemberontakan yang dilakukan oleh alam bawah sadar makhluk itupun makin mengamuk, sesaat keseimbangan ku berkurang, hampir saja aku jatuh lemas di tanah karena menahan rasa sakit di kepala ini.
Aku tidak kuat lagi berjalan, bagaimana ini? Bagaimana aku akan menyelamatkan Zayn dari situ? Daritadi di telingaku hanya terdengar teriakan kedua makhluk itu yang saling melawan. Makhluk berdaging menjalar itu seolah-olah hanya menangkis serangan saudaranya dan berusaha menyadarkan saudaranya. Aku dengan bersusah payah berusaha memerintahkan makhluk berkaki ular itu bertarung juga tetap melindungi Zayn yang ada di sekitar situ.
Dentuman demi dentuman terdengar, semakin lama aku memerintahkan, semakin sakit juga kepalaku. Alam bawah sadar makhluk ini seolah-olah menangis melihat kejadian ini, aku sebenarnya kasihan melihat kedua saudara ini saling bertarung, aku bisa ikut merasakan perasaan makhluk berkaki ular ini, sangatlah menyakitkan dan menyayat hati, aku baru tau jika makhluk terlarang juga bisa merasakan hal semacam ini seperti manusia, aku pikir makhluk terlarang hanya bisa memikirkan tentang bagaimana mereka akan terus hidup dan tidak memikirkan sekitar, namun ternyata salah.
"G-Griz" seolah-olah rasa sakit kepalaku pergi begitu saja, aku membulatkan mataku kemudian segera mengarahkan pandanganku ke sumber suara.
Di sumber suara itu aku melihat Iren dengan susah payah berdiri, dengan wajah yang masih setengah pucat dia berusaha berdiri, aku ingin membantu tapi tiba-tiba ada dengungan di kepalaku. Aku segera jatuh terduduk lalu merasakan betapa sakitnya kepalaku ini, bersamaan dengan itu perutku juga terasa sangat sakit, badanku sakit semua, luka-lukaku juga semakin lama semakin perih. Ini sangat menyakitkan, aku sudah tidak kuat menahannya lagi, aku harus bagaimana sekarang, rasa sakit ini, ukkkkkh! Sangat menyakitkan.
Tanpa sadar aku memuntahkan darah dari mulutku. Terdengar suara larian, itu Iren yang berlari, dia segera berlari ke arahku kemudian memelukku dengan erat, berusaha menenangkanku setelah aku memuntahkan darah, aku menangis.
"Griz sudah cukup! Kau sudah cukup terluka Griz! Cukup semua ini, lepaskan Griz." Iren memelukku dengan erat, tapi aku segera melepaskan pelukan ini dengan kasar ketika merasakan rasa sakit yang menggerogoti tubuhku. Tubuh makhluk berkaki ular itu juga kini tumbang tanpa alasan, membuat makhluk berdaging menjalar itu mendekat dan panik melihat apa yang terjadi di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARAH_pemburu book 1 of pemburu
FantasyBook 1 of series pemburu Singkat saja Griz. Hanya kau sendiri yang bisa menentukan jalan apa yang akan kau ambil. Mau bagaimanapun resikonya, jalanmu tetap akan berakhir kepada keputusan takdir. Hal pertama itulah yang perlu kau ingat sebagai manusi...