Osha POV.
Aku membuka pintu kelas dengan gampang. Padahal kupikir di awal jika pintu kelas ini terkunci, ternyata tidak.
Ketika aku membuka pintu, cahaya lampu menyorot langsung ke mataku, membuatku sedikit kesilauan karena koridor yang lumayan gelap. Mataku dengan cepat mengkondisikan cahaya lampu itu. Aku mulai masuk ke dalam kelas dan melihat Ms. Anfa yang sedang mengerjakan sesuatu. Entah mengerjakan apa sampai dia belum pulang dari kelas ini.
Aku tidak mempedulikan guru itu, lagipula aku tidak menyukai guru itu. Aku tetap berjalan masuk menuju bangku milikku untuk mengambil beberapa buku di laci mejaku. Guru itu masih terus mengerjakan apa yang sedang dia kerjakan daritadi, hanya suara kertas yang bergesekan yang terdengar jelas di telinga, Tidak ada yang mau berbicara terlebih dahulu diantara kami. Lagipula aku tidak peduli.
"Apa kamu masih
Marah?" Guru itu bertanya sambil tetap fokus kepada apa yang dia kerjakan. Aku memberhentikan aktivitasku mengambil buku di laci beberapa detik, kemudian kembali mengambil beberapa buku yang masih ada di laci mejaku. Mau sampai kapanpun jika aku tidak menyukai orang itu, selamanya juga akan seperti itu."Menurutmu?"
"Kudengar kau adalah murid Ze Fedine saat home schooling. Dan juga saat itu, Ze Fedine sedang mengerjakan misi, oleh karena itu dia tau kau mempunyai aura berkemampuan khusus, dan menawarkanmu menjadi salah satu bagian dari tim muridnya, Zayn, bukan?" Guru itu benar. Aku tau tentang sekolah dan juga Mr. Ze juga karena Mr. Ze adalah guru home schooling ku waktu itu. Mr. Ze adalah guru yang menyenangkan dan asik, dia tidak terlalu serius dalam urusan pembelajaran. Jikalau aku merasa bosan atas penjelasannya, Mr. Ze pasti melakukan sesuatu yang tidak membosankan untuk kutonton. Membuat belajar mengajar yang dilakukannya sangat seru. Tidak seperti guru lainnya.
"Ya." Aku tidak terlalu tertarik dengan obrolan ini. Mau apapun itu yang di obrolkan oleh guru itu, pasti membosankan. Aku tidak suka mendengarnya berkata. Tidak penting dan tidak menarik.
"Kau membenciku hanya karena kau bosan mendengarkanku mengajar, bukan?" Aku masih tidak peduli dengan apa yang dia katakan, aku tetap berjalan menuju pintu kelas untuk keluar dari kelas ini. Aku tau ini tidak sopan, tapi mau bagaimana lagi. Aku tidak ada niatan untuk mendengarkan guru itu mengoceh, jadi aku harus pergi dari kelas ini.
"Aku bukan Ze Fedine Nak. Cara mengajar kami berbeda. Kalaupun kau ingin guru yang lain dalam kelas pemburu ini. Maka pilihlah sesuka hatimu ingin menetap dikelas apa, aku akan mengurusnya." Aku memberhentikan langkahku. Aku menatap ke arah lantai kelas. Mau bagaimanapun aku mencari guru yang sesuai untukku menetap di kelasnya, Tidak akan pernah ada yang benar-benar membuatku mendengarkan.
Aku tidak pernah menyalahkan bagaimana Ms. Anfa mengajar. Namun aku hanya tidak habis pikir dengan mereka. Mereka mengajar tanpa mempedulikan apa yang murid rasakan. Guru hanya memberikan pembelajaran kemudian memberikan tugas, tidak ada penolakan ataupun pengurangan di dalam tugas. Guru juga tidak bisa mengerti murid-muridnya. Memalukan muridnya di depan murid-murid lainnya itu sangat kejam, aku heran apakah guru tidak pernah merasakan hal seperti yang dirasakan murid-muridnya sampai guru tidak mengerti muridnya seperti itu. Aku kadang tidak terlalu mengerti dengan pembelajaran yang diberikan, tapi setiap kali aku ingin bertanya, Guru tidak berkenan menjawabnya. Mereka bilang jika mereka sibuk padahal waktu mereka sangat longgar. Aku merasakannya sendiri di kelas ini. Bukan oleh Ms. Anfa, namun guru lainnya. Aku membenci Ms. Anfa karena dia berniat mempermalukan ku di depan murid lain. Dia juga senang ketika aku akan melaksanakan hukuman, aku tau mungkin aku melanggar aturan, tapi itu karena aku bosan dengan cara dia mengajar. Aku justru makin pusing jika mendengar dia mengajar.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARAH_pemburu book 1 of pemburu
FantasiaBook 1 of series pemburu Singkat saja Griz. Hanya kau sendiri yang bisa menentukan jalan apa yang akan kau ambil. Mau bagaimanapun resikonya, jalanmu tetap akan berakhir kepada keputusan takdir. Hal pertama itulah yang perlu kau ingat sebagai manusi...