"Happy birthday, Griz!" Apa apaan ini? Aku baru masuk kedalam toko. Mereka mengejutkanku dengan ini? Aku lupa kapan aku ber-ulang tahun, apakah sekarang aku benar-benar ulang tahun? Bagaimana mungkin aku melupakan hari ulang tahunku sendiri.
Aku masih terdiam kaget bisa mendapat kejutan ini, di depanku. Ini semua adalah teman-teman sekelas ku, bagaimana mereka bisa tau kapan aku ber-ulang tahun? Apakah Iren yang menyuruh mereka untuk merayakan ulang tahunku?
"Inilah kejutannya Griz, aku tau ulang tahunmu hari ini, jadi aku meminta teman-teman untuk merayakannya agar lebih seru." Benar saja, ini semua ulah Iren. Oh aku merasa tidak enak dengannya dan teman-teman, maksudnya aku tidak terlalu mengenal dan berbaur dengan teman-teman di kelas, tapi kenapa Iren meminta mereka untuk memberikan kejutan untukku.
"Kau ini apaan sih? Kau memaksa mereka, ya?" Aku berbisik kepada Iren, jujur aku merasa tidak enak kepada teman-teman lainnya. Mungkin mereka terpaksa memberikan kejutan ini karena perintah Iren.
"Kami tidak merasa keberatan Griz, kau itu teman kami, jadi wajar jika kami merayakan ulang tahunmu, bukan?" Sepertinya ucapan berbisik ku terdengar oleh siswi yang memegang kue dengan lilin di atasnya itu, aku hanya nyengir pendek saja, tidak terlalu percaya akan jawabannya sih sebenarnya.
Iren menyikut lenganku pelan, seolah-olah dia memberikan aba-aba untukku meniup lilin. Dengan bersamaan juga teman-teman yang lain menyanyikan lagu tiup lilin, eeeem aku menyadari kalau ini seperti acara ulang tahun anak kecil sih, terlalu dipenuhi lagu dan tepuk tangan.
Dengan sedikit terpaksa, senang dan tidak enak aku meniup lilin di atas kue tersebut, seketika itu juga teman-teman bertepuk tangan meriah, tidak banyak yang ada di tempat ini, tapi ya cukup ramai juga jika mereka bertepuk tangan dengan meriah seperti ini.
Kini setelah acara tiup lilin, Iren dengan sengaja menyambar kue yang dipegang oleh murid perempuan itu dan menumpahkan kue tersebut ke mukaku. Membuat mukaku sekarang terlumuri oleh krim juga roti, Iren tertawa diikuti dengan teman-teman lainnya yang juga ikut tertawa, dan aku, aku tidak tau dengan perasaanku saat ini. Perasaanku seperti bercampur antara sebal, juga perasaan senang dan ingin tertawa, entahlah apa yang sebenarnya perasaan yang kurasakan ini.
"Setuju tidak jika kita lumuri Griz menggunakan tepung dan air!?" Iren bertanya kepada murid-murid lainnya, dan dengan serempak mereka menyetujui pertanyaan Iren itu.
Dengan sigap dua orang memegangi kedua lenganku dan satu murid lagi menutup mataku. Oh ayolah aku tidak mau seragamku kotor, aku seperti ingin keluar dari sini, tapi entahlah aku merasakan keseruan dalam acara ini. Aku hanya sedikit memberontak ketika kedua murid itu memegangi kedua lenganku, sedikit saja memberontak, kemudian pasrah dengan apa yang akan terjadi.
Tepung secara bergiliran jatuh diatas kepalaku, aku yakin seragamku yang sekarang kupakai pasti berlumur tepung saat ini, karena tidak hanya sekali mereka menuangkan tepung, tapi berkali-kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARAH_pemburu book 1 of pemburu
FantasyBook 1 of series pemburu Singkat saja Griz. Hanya kau sendiri yang bisa menentukan jalan apa yang akan kau ambil. Mau bagaimanapun resikonya, jalanmu tetap akan berakhir kepada keputusan takdir. Hal pertama itulah yang perlu kau ingat sebagai manusi...