17. ketiga senior

104 125 12
                                    

Saat aku sudah meng-scan barkode ini ke mesin scanner itu, aku mulai masuk ke lorong kamar asrama ini, tapi baru saja menginjakkan kaki, aura dingin nan mengerikan tiba-tiba lewat begitu saja seperti angin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Saat aku sudah meng-scan barkode ini ke mesin scanner itu, aku mulai masuk ke lorong kamar asrama ini, tapi baru saja menginjakkan kaki, aura dingin nan mengerikan tiba-tiba lewat begitu saja seperti angin. Tentu saja aku merinding, namun sebelum berjalan menuju kamar, seperti kata Gatsha, aku merobek kertas barcode itu lalu membuangnya, setelah itu baru melanjutkan perjalanan menuju kamar.

Sebelum aku sampai di kamarku, sekelompok wanita berjumlah tiga orang keluar dari satu ruangan sambil tertawa, mereka mungkin tertawa, namun aura mereka, eeem mengintimindasi. Memang benar kata Gatsha, aura manusia berwarna ungu adalah aura yang mengerikan, aku baru sadar, walau aku merupakan manusia pemilik aura itu.

Awal-awal salah satu dari mereka yang paling menakutkan auranya memicingkan matanya kemudian menatapku dari atas sampai bawah, aku tidak suka di tatap begitu. Bukan apa-apa, tapi aku jadi kurang percaya diri dengan penampilanku, ya aku baru pertama kali memakai seragam, lagipula untuk apa aku memakainya sebenarnya? Sama saja 'kan ketika aku sampai di kamar aku tidak akan sekolah hari ini juga, kenapa aku baru menyadarinya sekarang sih.

Sedangkan dua teman si belakang wanita beraura mengerikan itu hanya menatapku dengan tatapan biasa, bahkan aura seram mereka tidak terlihat, yang satunya sibuk menatapku dengan tatapan biasa bahkan seperti anak burung yang sedang bengong, yang satunya lagi malah melipat-lipat handuk kecil di tangannya. Entahlah, dua orang itu tidak mengancam, berbeda dengan orang yang sedang menatapku dengan lekat ini.

"Siapa kau? Kenapa bisa masuk kedalam sini?" Sejujurnya, auranya sangatlah menyeramkan ketika dia mengeluarkan suara, aku saja sampai terpaku mendengarnya, membuatku seketika kehilangan suara, susah mengeluarkan suara untuk menjawab pertanyaan perempuan ini.

"Kenapa malah diam?"

"Heh heh heh, kau itu yang bertanya seperti preman, dengarkan saja nada bicaramu itu, sangat tidak ramah, nilaimu satu." Aku tidak mengerti maksud perempuan itu, namun ketika dia menyebutkan nilai satu perempuan itu mengangkat jari telunjuk tangan kanannya, perempuan yang memiliki aura menyeramkan itu juga seperti takut, dia saja sampai terkejut.

"A-anu, aku murid baru, dan baru pertama kali menginjakkan kakiku di asrama ini." Akhirnya aku bisa berkata dan mengeluarkan suara setelah terdiam seribu bahasa, ketiga perempuan itu yang sedang sibuk dengan aktifitas masing-masing pun sempat melirikku, lalu kembali sibuk lagi.

"Oh kamu murid baru ya, senangnya ada anggota baru di kelompok aura ungu simpanse, haha semoga kau bisa langsung akrab dengan suasana disini ya." Perempuan yang memberikan penilaian nilai satu ke perempuan beraura mengerikan itu melangkah menuju ke arahku sambil menepuk-nepuk pangkal kepalaku pelan, seketika telingaku panas, entahlah aku belum pernah merasakan hal ini dari siapapun itu.

"Kau jangan langsung akrab begitu Leane, sa—akkh!"

"Lebih baik kau diam saja daripada hanya berkomentar negatif." Perempuan bertubuh sedikit lebih tinggi dariku, berambut pirang panjang dikuncir, dan juga berpakaian pakaian olahraga itu ternyata bernama Leane, aku tidak tau itu nama singkatan atau memang namanya begitu, karena aku hanya mendengarnya dari perempuan yang barusan dipukul oleh, Leane, itu.

ARAH_pemburu book 1 of pemburuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang