Part 40 - Pamit

1.4K 275 43
                                    

     Seperti biasa pagi ini adalah jadwal rutin untuk suster kontrol kondisi Lea. Sejak semalam belum ada progress pada kondisi Lea, dirinya masih setia dengan mata yang terpejam dan tubuh yang terbaring lemas tak berdaya diatas ranjang rumah sakit. Dari balik ruangan ICU tersebut terlihat jelas ada sepasang orang tua yang tidak henti-hentinya memanjatkan doa untuk kesembuhan putri mereka.

• ICU RS. ROYAL PREMIER JAKARTA
Pukul 08.00 WIB
'Sus, saturasinya melemah.' ucap salah satu suster.
'Berapa sus?'
'Hanya 60% sus.'
'Baik sus, saya segera panggil dokter.'

Salah satu suster keluar dari ruang ICU dan segera memanggil dokter Ivan. Disisi lain Andin tampak bingung ketika melihat suster tersebut keluar dari ruang ICU dan lari memanggil dokter.

'Loh mas, kok susternya lari? Lea nggak apa-apa kan mas? Dia baik-baik aja kan?' ucap Andin cemas.
'Udah kamu tenang aja ya, Lea pasti baik-baik aja kok.'

Tak lama kemudian suster kembali datang bersama seorang dokter. Terlihat mereka sedikit berlari dan panik. Andin yang melihat hal itu langsung bangkit dari tempat duduknya mencegah sang suster.

'Sus sebentar sus, ini ada apa? Lea nggak kenapa-napa kan?'
'Maaf bu, nanti biar dokter saja yang jelaskan, ibu bantu dengan doa aja ya.'

Suster pun meninggalkan Andin dan kembali masuk ke ruang ICU itu.

'Ya Allah mas, Lea kenapa? Lea baik-baik aja kan?' ucap Andin gemetar.

'Hey, dengerin saya. Lea itu anak yang kuat, saya yakin Lea pasti bisa lewatin ini semua. Kamu denger kan kata suster tadi? Kita berdoa aja ya untuk Lea.' ucap Al sambil memegang kedua pipi isterinya itu.

Disisi lain, terlihat dokter Ivan sedang memeriksa kondisi Lea.

'Sus, segera pasang ventilator.'
'Baik dok.'

'Siapkan anti kejang juga ya sus.'
'Akan segera saya siapkan dok.'

Setelah dokter memberikan obat anti kejang untuk Lea, ia keluar dari ruang ICU lalu menghampiri Aldebaran dan Andin.

'Pak, bu..' sapa dokter Ivan.
'Dok, gimana keadaan anak saya dok? Dia baik-baik aja kan?' ucap Andin.

'Begini bu, saturasi oksigen Lea hanya 60%, jauh dari batas normal, jadi tadi kami pasang ventilator untuk membantu Lea bernapas.'
'Saya juga sudah berikan obat anti kejang lewat infus karena dikhawatirkan Lea akan kejang.' lanjutnya.

DEG

'Ya Allah nak.' batin Aldebaran.

'T-tapi Lea pasti akan sembuh kan dok, dia nggak akan kenapa-napa kan?' ucap Andin gemetar.
'Bapak dan ibu bantu doa ya, semoga ada keajaiban dan Lea bisa segera sadar.'

Tak terasa air mata Andin sudah membasahi pipinya, bahunya gemetar hebat. Sementara Aldebaran hanya bisa menahan tangisnya dan terlihat kuat di depan isterinya.

'Maaf pak, bu, saya permisi dulu ya karena harus memeriksa pasien lain. 10 menit lagi saya akan kembali untuk melihat perkembangan Lea.'
'Baik dok, terimakasih.' jawab Al.

'Mas, aku takut mas.' ucap Andin yang jatuh di pelukan Aldebaran sambil menangis.

'Sstt, kamu nggak boleh ngomong gitu. Ada saya, mama, papa, Azka, dan yang lain. Kita hadapin ini bareng-bareng ya.'

Bersenyawa 2 -Aldebaran & Andin-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang