Extra Part - Welcome Baby Girl

3.7K 325 16
                                    

Jam dinding sudah menunjukkan pukul dua. Tiba-tiba Andin merasakan sakit perut yang begitu hebat. Awalnya ia hanya merasa bahwa itu kontraksi palsu, namun ia merasakan kontraksi terjadi dalam jarak waktu yang berdekatan.

'Arrghh.. sstt...'

Merasa ada pergerakan disebelahnya, Aldebaran langsung membuka matanya. Betapa terkejutnya dia saat melihat Andin sudah basah dengan keringat.

'Astaghfirullah ndin, kamu kontraksi? Kita ke rumah sakit sekarang ya.'

'Sakith mash...' ucap Andin dengan nafas yang tersengal-sengal.
'Bertahan ya ndin.'

Dengan perlahan Aldebaran memapah Andin ke kursi rodanya. Tanpa berfikir panjang Aldebaran langsung mengemudikan mobilnya dengan kecepatan lebih dari biasanya.

RS. ROYAL PREMIER JAKARTA
'Gimana keadaan istri saya dok?' tanya Aldebaran kepada dokter kandungan itu.

'Saat ini Bu Andin sudah pembukaan empat pak, kita tunggu sampai pembukaannya sempurna baru Bu Andin bisa melahirkan. Namun, jika pembukaan Bu Andin belum sempurna tetapi air ketubannya sudah habis, terpaksa kami akan melakukan tindakan Caesar pak.'

'Caesar dok?'

Seketika Aldebaran kembali mengingat memori saat Andin melahirkan Azka dulu, ia tak sanggup jika peristiwa itu terulang kembali.

'Iya pak. Kalau begitu saya tinggal dulu ya pak, kalau ada sesuatu yang terjadi pada Bu Andin, bapak bisa langsung menghubungi kami.'

Aldebaran kembali ke ruangan Andin, dilihat istrinya itu sedang tertidur. Matanya terpejam, namun rasa sakit dapat tergambar jelas di wajahnya. Ia duduk disamping sang istri, ia mengelus lembut tangan Andin.

'Mas..'
'Eh sayang, kok bangun? Kenapa hmm? Mau apa?'

'Kata dokter gimana mas?'
'Kamu hebat ndin, ini udah pembukaan empat. Kita tinggal tunggu sebentar lagi habis itu kita bisa ketemu sama anak kita.' ucapnya sambil mengelus perut sang istri.

'Kamu udah kabarin mama sama papa mas?'
'Saya udah coba hubungin mama sama Papa Surya tapi belum dibales, mungkin masih pada tidur ndin. Apalagi Papa Surya sama Mama Sarah kan baru sampai Surabaya, mungkin mereka juga masih pada istirahat. Udah ya kamu nggak usah pikirin masalah itu, yang penting kamu fokus sama persalinan aja.'

Andin mengangguk lemas.

Rintihan-rintihan telah Andin lewati, Aldebaran juga masih setia dengan posisinya. Dengan sangat telaten ia mengelus sang istri dan menciumnya. Tak lupa doa-doa selalu terucap pada mulutnya.

Tepat pukul enam pagi, Andin mengalami kontraksi yang begitu dahsyat dari sebelumnya. Aldebaran yang menyadari itu langsung bertindak cepat, ia langsung berlari memanggil suster yang berjaga.

Tidak membutuhkan waktu yang lama, seorang dokter dengan dua orang suster datang menghampiri Andin. Dilihatnya kondisi Andin.

'Baik pak, bu. Pembukaan sudah sempurna, Bu Andin bisa melahirkan saat ini juga.'

'Maash.. stt...'

'Sus, tolong siapkan perlengkapan bersalinnya.'
'Baik dok.'

'Pak Aldebaran bisa ikut naik keatas ranjang sebagai sandaran Bu Andin.'
'Baik dok.' ucap Aldebaran sambil memposisikan tubuhnya.'

'Sakiit.. mash...'
'Semangat ya sayang, saya tau kamu bisa.'
'Baik bu, ikuti instruksi dari saya ya.'

Aldebaran yang berada tepat dibelakang sang istri, merasakan betul bagaimana perjuangan Andin. Saat Andin mengejan pun dirinya ikut mengejan. Tak henti-hentinya ia menyemangati sang istri.

Bersenyawa 2 -Aldebaran & Andin-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang