Extra Part - Menjelang Kelahiran

3.1K 367 32
                                    

Hari demi hari telah dilalui Andin bersama dengan kehamilannya. Saat ini kandungan Andin sudah memasuki trimester akhir. Dokter juga sudah mengatakan bahwa Andin akan melahirkan dalam kurun waktu tujuh hari lagi.

Pada kehamilan kali ini, Andin nampak lebih tenang daripada kehamilan-kehamilan sebelumnya. Meskipun bisa dibilang lebih tenang, namun ngidam Andin kali ini sedikit membuat suaminya bahkan orang disekitarnya itu kewalahan.

Contohnya saja saat Andin menyuruh Roy untuk membeli buah mangga di pasar hanya dengan menggunakan celana pendek berwarna terang, atau Andin menginginkan Papa Gunawan untuk membuatkannya nasi goreng.

Aldebaran pun juga tak kalah menjadi sasaran empuk Andin. Dirinya sering sekali bangun tengah malam hanya untuk memenuhi hasrat ngidam sang isteri yang bisa dibilang tidak masuk akal. Meskipun demikian, semuanya bisa menuruti kemauan Andin.

• KAMAR AL & ANDIN
Pukul 08.00 WIB
Andin sedang merebahkan tubuhnya diatas ranjang sambil memperhatikan Azka yang sibuk berlari kesana kemari bersama mainan barunya.

'Nak, udah ya sayang lari-larinya, nanti jatuh loh.'
'No mama, nda jatuh.'

Diusia Azka yang hampir menginjak 2 tahun ini, dirinya sudah pandai menjawab ucapan sang mama. Bahkan terkadang kedua orangtua nya ini merasa kewalahan dengan jawaban dan pertanyaan Azka.

'Azka udah lari-larinya nak, kasian mama pusing
ngeliatin Azka muter-muter terus.' ucap Aldebaran yang baru saja keluar dari kamar mandi.
'Let's run papa..'

'Nggak ah papa nggak mau, Azka ngeyel kalau dibilangin. Mending papa main sama mama aja.'

Melihat sang papa yang mulai mendekati mamanya, Azka pun langsung menangis dan melemparkan mainan barunya kearah sang papa.

'No papa, huaa.. hiks.. hiks...'
'Aduh sakit, kok papa dilempar sih sayang.'

'Itu mama Azka.' ucapnya dengan tangisan yang masih menggema.
'Lagian kamu sih mas, udah tau anaknya cemburuan masih aja digodain.'

Entah karena perasaan atau apa, saat ini Azka lebih cemburuan. Dirinya tidak rela jika ada yang mendekati Andin sekalipun itu papanya sendiri.

Perlahan namun pasti, Andin juga sudah sering memberikan pengertian kepada Azka bahwa dirinya akan mempunyai adik.

'Sini, sini sayangnya mama. Udah ya jangan nangis. Kan udah mau jadi kakak, nggak boleh cengeng ya.'

Azka langsung berlari menghampiri Andin dan mendaratkan pelukannya kepada sang mama.

'Ssst aduh sayang, pelan-pelan ya. Kasian adeknya kegencet.'
'Sowly mama.'

'Azka mau cium adek nggak? Tanyain adek kapan keluar, kakak udah nungguin.'

Mendengar tawaran sang mama bocah itu langsung menggelengkan kepalanya dan malah mengeratkan pelukannya pada sang mama.

'Kenceng banget sih Az meluknya.' sindir Aldebaran.
'Mama Ka...'
'Iya deh tau kalau itu mamanya Azka. Tapi masa papa nggak dibagi sih.'
'No, papa nakal.'

'Hahaha sukurin, makanya mas kalau bercanda sewajarnya aja. Inget anaknya udah gede.'

'Ya udah deh kalau papa nggak boleh peluk mama, papa mau pergi aja. Pergi ke Amerika, jauh naik pesawat, Azka nggak diajak.'

Merasa mendapat ancaman dari sang papa, bocah itu langsung melepaskan pelukannya dan mengamati sang papa yang sudah berdiri diujung pintu bersiap untuk keluar.

'Papa sini.. Peluk mama sama-sama.'

Sejujurnya Andin sedari tadi menahan tawanya melihat kelakuan anak dan suaminya itu. Ia tak habis pikir dengan alasan Aldebaran dan jawaban polos sang anak.

Bersenyawa 2 -Aldebaran & Andin-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang