Part 41 - Runtuh

1.4K 260 22
                                    

     Suasana Pondok Pelita pagi ini tampak seperti biasanya. Penghuni nya melakukan aktivitas sesuai dengan rutinitas mereka masing-masing. Namun, entah mengapa sejak semalam Azka agak rewel saat diajak tidur. Mereka pikir ia hanya rindu pada sang mama.

Wanita paruh baya sedang menyiapkan beberapa barang bawaan untuk dibawa ke rumah sakit. Wanita itu sangat cemas pada keadaan cucu perempuannya. Rencananya pagi ini, ia beserta suami dan anak bungsunya akan menjenguk Lea.

'Pah, Roy ayo cepetan.' teriaknya memanggil suami dan anaknya.

'Sebentar mah. Mama liat gesper papa yang warna coklat nggak?' tanya Papa Gunawan yang masih memegangi celana panjangnya.

'Astaghfirullah papa, diantara 1001 gesper kenapa suka banget sama yang coklat sih.'
'Itu spesial mah, kan hadiah dari mama dulu.'

'Gesper nya ada di lemari nomer 4 pah, cepetan nanti kita kesiangan.'
'Siap bu komandan.'

'Roy, cepetan!'
'Sebentar mah, lagi pake sepatu.' teriak Roy dari kamar atas.
'Ya Allah ini anak bapak sama aja leletnya.' gumam Mama Rossa.

'Mama udah coba telepon Al? Kabarin kalau kita mau kesitu sekarang, takutnya kita kesitu malah ada perubahan jam besuk.'
'Belum pah, coba mamah telepon dulu ya.'

'Assalamualaikum, halo Al. Pagi ini rencananya kita mau kesana, nggak ada perubahan jam besuk Lea kan?'

Merasa tidak mendapat jawaban dari lawan bicaranya, Mama Rossa kembali menyapa Aldebaran.

'Halo Al, are you okay?'
'Hh-halo mah.' balas Aldebaran dengan nafas yang tersenggal.

'Al? What happened?'
'Mama nggak perlu kesini pagi ini.'

'Why? Ini mama udah siapin semuanya loh.'
'Nanti kita pulang mah.'

'Seriously? Wah mamah harus bikin penyambutan spesial ini.'
'Nggak perlu mah. Karena..' ucap Aldebaran menggantung.

'Karena apa Al?'
'Lea udah nggak ada mah, Lea udah ninggalin kita semua.' ucap Aldebaran diiringi dengan isakan yang tidak dapat ia tahan lagi.

Seketika jantung Mama Rossa serasa ditikam menggunakan belati tajam. Perkataan yang baru saja di ucapkan anaknya itu sulit sekali untuk dipercaya. Dahinya berkerut, pandangannya terbelalak, bulu kuduknya berdiri. Nafasnya seketika mulai sesak ketika mendengar ucapan anaknya.

'K-kamu bohong sama mama kan?' ucapnya dengan nada tidak terima.
'Untuk apa aku bohong tentang hal ini mah. Nanti setelah jenazah Lea selesai diurus pihak rumah sakit, akan dibawa pulang mah.'

Tidak sempat menanggapi perkataan terakhir Aldebaran, Mama Rossa sudah melepaskan handphone nya. Ia terduduk lemas di sofa tengah, tangannya memijat pelipisnya kasar.

Papa Gunawan yang melihat tingkah aneh istrinya itu, langsung sigap menghampirinya.

'Mama kenapa?' tanya Papa Gunawan yang langsung memeluk pasangannya itu.

Belum ada jawaban dari Mama Rossa, yang ada hanyalah isakan-isakan kecil yang hanya mampu didengar oleh keduanya.

'Mah, mamah baik-baik aja kan?'

Mama Rossa menggelengkan kepalanya tanda bahwa dirinya sedang tidak baik-baik saja.

'Terus mamah kenapa? Coba cerita sama papa.'

'Lea udah ninggalin kita untuk selamanya pah...' ucap Mama Rossa sambil memeluk erat suaminya.

Reaksi Papa Gunawan sama seperti reaksi Mama Rossa tadi waktu mendengar kabar buruk ini. Matanya panas, seluruh badannya juga lemas.

Bersenyawa 2 -Aldebaran & Andin-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang