Part 44 - Aneh

1.7K 278 20
                                    

     Kehilangan memang bukan hal mudah. Perasaan sedih pasti dirasakan saat kehilangan seseorang yang dicintai.

Hal itu dikarenakan kehadiran orang-orang yang dicintai sangat berarti. Rasa kesepian dan kesedihan mendalam seolah menjadi isyarat bahwa saat ini telah kehilangan seorang yang terkasih.

Dalam hidup, setiap orang pasti pernah merasakan kehilangan yang membuat tiap momen terasa begitu hampa.

Kehilangan memang menjadi sebuah hal yang akan selalu ada selama kehidupan berlangsung. Sudah menjadi sebuah keharusan, ketika setiap pertemuan harus diakhiri dengan sebuah perpisahan. Layaknya matahari yang terbit dan menyapa seluruh umat manusia, namun harus berpisah ketika malam tiba.

Tetapi seiring berjalannya waktu, semua harus bangkit dan tidak boleh berlarut-larut dalam kesedihan. Kehilangan memang dapat menyayat hati, bahkan tidak bisa terlupakan sepanjang hidup.

Namun, kehidupan terus berjalan dan kita harus kembali menemukan kebahagiaan. Kita juga harus yakin bahwa kebahagiaan adalah yang kita inginkan.

Begitu pula dengan kehidupan Aldebaran dan Andin beserta keluarga besarnya. Sudah lima bulan semenjak kepergian Lea, mereka semua saling memberi support dan menebar kasih sayang satu sama lain untuk bisa kembali bangkit bersama.

Walau terkadang perasaan sedih itu masih sering terlintas dipikiran Andin. Namun, Andin selalu ingat bahwa 'Tuhan meletakkan seseorang di kehidupanmu karena adanya sebuah alasan. Jadi, jika kamu kehilangannya, maka hal tersebut karena sebuah alasan yang tentunya lebih baik'.

Kini juga usia Azka sudah memasuki 18 bulan, dimana bocah itu sudah lancar berjalan dan sudah memiliki banyak kosakata. Semakin hari pun ada saja tingkah Azka yang membuat semuanya merasa gemas. Azka memang menjadi salah satu alasan bagi mereka semua untuk bangkit dari kesedihan ini.

Pagi ini, mereka sedang sarapan seperti biasanya. Untuk saat ini Mirna membantu pekerjaan Kiki dan juga membantu menjaga Azka. Mama Rossa juga lebih sering berada di rumah, hanya saja terkadang ia mengikuti pertemuan antar ibu-ibu komplek.

'Mah, pah hari ini aku izin pulang agak sore ya. Karena ada acara penggalangan dana untuk korban gempa.' izin Roy kepada kedua orang tuanya.

'Iya Roy nggak apa-apa, yang penting kamu jangan lupa makan ya.'
'Siap mah.'

'Nah gitu dong Roy kalau punya kegiatan itu yang bermanfaat, jangan cuma ngeband terus kerjaannya. Suara pas-pasan juga kan.' timpal Papa Gunawan.

'Papah jangan mancing-mancing ya, nanti susah kalau udah ngambek.'

'Papa bercanda mah. Pokoknya apapun yang kamu lakuin, selama itu buat kamu seneng papa setuju aja Roy. Papa bangga sama kalian berdua!'

'Nggak ada angin, nggak ada hujan tumben banget ini muji kita berdua.' ucap Al.

'Dipuji dibilang aneh, kalau diledekin dibilang ngeselin. Salah ambil anak deh kayaknya papa dulu.'
'Hahaha papa bisa aja.' tawa Andin.

'Ma, mamam mana ma..' celoteh Azka.
'Sabar ya sayang, makannya Azka lagi dibuatin sama ncus.'

'Anak papa nggak sabaran banget sih ini kalau mau makan. Udah laper ya nak?'
'Ya papa.'

'Aduh duh sabar ya sayang, sebentar lagi selesai kok.' ucap Aldebaran sambil mencium perut Azka.

Benar saja, tak lama kemudian Mirna dan Kiki datang dari arah dapur membawakan beberapa makanan yang baru selesai disiapkan.

'Wah udah dateng nih makanannya. Ada yang udah nggak sabar daritadi.'

'Mamam..'

'Bos kecil udah nggak sabar ya, maaf ya sayang tadi agak lama.' ucap Mirna.
'Nggak apa-apa mir, santai aja.' balas Andin.

'Ya udah kalau gitu Kiki sama mbak Mirna permisi dulu ya, selamat makan semuanya.'

Tanpa menunggu aba-aba, Azka langsung mengambil garpu dan sendok kesayangannya.

'Eh sayang, bentar dulu. Ini pake celemek dulu, kamu kalau makan pasti semua baju kena deh.' ucap Andin.

Setelah dipakaikan celemek oleh mamanya, bocah itu langsung makan dengan semangat. Seperti orang yang habis berpuasa satu hari penuh, ia menyantap makanannya tanpa ampun.

'Cucu opa nggak pernah dikasih makan ya sama papa, kok sampe begitu makannya.'
'Emang dasar anaknya doyan banget makan pah, jangan aneh-aneh deh.' ketus Al.

'Udah-udah ayo makan, ayo ndin makan.' ajak Mama Rossa.
'Em, iya mah.'

Sejujurnya, melihat makanan didepan matanya Andin merasakan bau yang kurang sedap. Perutnya seperti menolak untuk diisi makanan. Namun, ia menutupi perasaannya itu. Dirinya tak mau membuat keluarganya cemas akan keadaannya. Akhirnya, ia hanya memakan sepotong roti.

'Kamu nggak makan nasi ndin?'
'Enggak mas, roti aja. Lagi pengen makan roti.'
'Yang banyak ya tapi.'
'Iya mas.'

Baru menggigit bagian depan roti saja, Andin sudah merasakan penolakan dalam perutnya. Tapi disisi lain ia bingung harus dengan alasan apa jika sang suami bertanya perihal dirinya yang tidak menghabiskan sarapannya pagi ini.

'Yah.. maa..' ucap Azka saat dirinya tidak sengaja menumpahkan makanannya.
'Sayang, tumpah ya. Nggak apa-apa nanti kita buat lagi ya, sekarang kita bersihin dulu yuk.'

'Nanti aja ndin, mending kamu makan dulu aja. Bisa minta tolong Mirna juga kan.' ucap Al.

'Nggak apa-apa mas, sekalian aku juga mau ke kamar mandi.' ucap Andin yang mencoba menghindari makanan itu.

'Ya udah ndin, yang penting nanti kamu sarapan lagi ya.' perintah Mama Rossa.
'Iya mah, kalau gitu aku sama Azka ke kamar mandi dulu ya.'
'Hati-hati sayang.'

Sesampainya di kamar mandi Andin merasa lega karena bisa menghindar dari santapannya pagi ini. Ia pun juga merasa heran, mengapa kali ini hanya melihatnya saja perutnya sudah merasakan penolakan.

'Ma.. mandi ma...' pinta Azka.
'Loh nak, kan Azka udah mandi. Nanti sore lagi ya.'

'Mau ma..' rengeknya.
'Azka pinter kan? Nurut sama mama ya, mandinya nanti sore.'

'Mama huaa..' tangis Azka.
'Kok malah nangis sih nak, pusing mama dengernya.'

'Yuk mimi aja yuk, sini mama gendong.'

Azka pun meraih tangan sang mama tanda menyetujui ajakannya.

'Udah besar ya anak mama, udah berat ini. Mama udah capek kalau gendong Azka lama-lama.' ucap Andin sambil menidurkan putranya di kasur.

'Mimi.. mama...'
'Sabar ya sayang, agresif banget sih kayak papanya.'

Belum ada lima menit Azka meminum ASI, bocah itu malah menghindar dan tidak mau kembali menyesapnya.

'Kenapa sayang? Kok nggak mau, katanya tadi mimi.'
'No maa, mimi.'
'Iya ini mimi, kok nggak mau, kenapa?'

Bukannya menjawab Azka malah kembali menangis. Tangisan Azka kali ini lebih kencang dari sebelumnya sampai terdengar di meja makan.

'Loh Al, itu kok tumben Azka nangis kenceng banget kenapa dia.' tanya Mama Rossa.
'Nggak tau juga mah, akhir-akhir ini dia rewel banget.'

'Coba nanti abis selesai makan, kamu langsung samperin Andin. Kasihan dia kalau sampai kewalahan.'
'Iya mah, pasti!'

'Alhamdulillah kenyang. Mah, aku berangkat dulu ya.' pamit Roy.
'Iya sayang, kamu hati-hati ya jangan lupa makan.'

'Siap mah, pah aku berangkat dulu ya.'
'Ya Roy, nanti kalau kamu di lampu merah lihat cewe cantik bisa kali ya dijadiin pacar.'

'Apa sih papah, bisa-bisanya orang lagi penggalangan dana disuruh cari pacar di lampu merah.'
'Ya nggak apa-apa Roy, biar sekali dayung dua tiga pulau terlampaui.'

'Apaan sih pah, ngaco deh. Gue berangkat dulu ya Al.'
'Jangan lupa sholat ya Roy.'

'Iya, bawel. Dadah semua, assalamualaikum.'
'Waalaikumsalam.'

'Oiya mah, aku samperin Andin dulu ya keatas. Ini kok si Azka nangisnya nggak berhenti-berhenti.'
'Ya Al, bantu Andin. Jangan buat dia makin kesel.'
'Iya mah.'

.
.
.

- tbc -

Bersenyawa 2 -Aldebaran & Andin-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang